Bab 487: Menabrak Tembok Daging di Depan Mata
Pelayan tertegun, "Tuan Mu, sepertinya tidak bisa mengubah rute penerbangan kapan saja..."
Mu Yibei meliriknya sekilas, "Kamu cukup sampaikan begitu saja padanya."
Pelayan buru-buru mengangguk, lalu mendorong kereta makan mendekati Sheng Youran.
"Nyonya Mu, lebih baik Pilih satu saja untuk dimakan..."
Saat pelayan hendak mulai mempromosikan lagi, terdengar suaranya lagi, "Sudah kubilang, aku tidak bisa makan sekarang."
"Hmm... Tadi, Tuan Mu bilang kalau Nyonya tidak makan maka kita tidak akan ke London, pesawat akan langsung diubah rutenya."
Tatapan Sheng Youran beralih dari jendela, lalu tertuju pada botol arak yang masih tergeletak di meja Mu Yibei.
Benar-benar selera yang istimewa.
"Ini pesawat atau taksi? Bisa diubah sesuka hati, langsung sekarang?"
Pelayan gemetar bibirnya, sudah tahu akan mendapat pertanyaan menyebalkan ini, terpaksa memaksakan diri menjawab, "Kalau Tuan Mu bersikeras, tentu saja bisa."
"Apa mungkin juga tiba-tiba berhenti dan membuangku keluar?" Sheng Youran tersenyum tipis memandangi pelayan, seolah tak peduli sama sekali.
"Saya tidak tahu, tapi begitulah yang Tuan Mu katakan. Jika Nyonya punya pertanyaan..."
Sheng Youran tersenyum memandangi pelayan yang tampak kesulitan, "Kalau ada pertanyaan aku harus tanya langsung padanya ya?"
Pelayan hanya tersenyum kaku.
"Sudahlah, berikan saja sepiring apa pun."
“……”Pelayan mengantarkan set menu ala Prancis padanya, sambil berkata, “Tuan Mu juga bilang, harus dihabiskan.”
“……” Sheng Youran menggigit giginya, “Kenapa dia sendiri tidak makan?”
“Soal ini……”
Memang, Tuan Mu hanya memesan arak, tidak memesan makanan.
Tapi mana berani mereka mencampuri urusan.
Mau makan atau tidaknya Tuan Mu, apa hubungannya dengan mereka?
Sheng Youran teringat bahwa sebenarnya saat ini dia tidak boleh minum alkohol.
Alisnya berkerut, “Aku mau makan boleh, tapi ambilkan botol arak di mejanya ke sini.”
Kepala pelayan itu pusing, keringat dingin mengucur deras.
“Nyonya Mu, jika ingin minum arak, boleh saya bukakan botol baru untuk Anda?”
Mata Sheng Youran menatap botol anggur merah itu, “Persis sama?”
“Yang di meja Tuan Mu, di pesawat hanya tersisa satu botol itu. Tapi kami punya jenis lain, dijamin juga kualitasnya bagus.”
“Tidak.” Dia menggeleng, tetap menatap ke arah itu, “Aku mau yang itu.”
Pelayan itu hampir tertekan sampai gila.
Tapi ini adalah Nyonya Mu, mana ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi antara suami istri ini.
“Baik, Anda tunggu sebentar.”
Pelayan tidak bisa menolak, terpaksa memaksakan diri menyetujui permintaan itu.
Setelah kereta makan didorong kembali, pelayan mendekati meja Mu Yibei, memberanikan diri, “Tuan Mu……”
Mu Yibei menatap layar laptop yang baru saja dibukanya lagi, bahkan tidak mengangkat kepala, “Dia sudah makan?”
Pelayan itu gemetar bibir sejenak, “Nyonya Mu... ada syaratnya.”
Lelaki itu tiba-tiba mengangkat pandangan, menyipitkan matanya, “Apa?”
“Nyonya Mu juga ingin minum arak.” Pelayan melihat ke arah botol anggur merah berkualitas tinggi di mejanya, "Nyonya Mu ingin minum anggur di meja Anda, tapi di pesawat hanya tersisa satu botol ini. Yang lain tidak dia mau."
Sungguh tidak mengerti mengapa dua orang ini perlu menggunakan perantara untuk berkomunikasi, dan kenapa tidak minum bersama jika ingin minum dari botol yang sama?
Apa tidak ada masalah dengan otaknya?
Saat pelayan mengira Mu Yibei akan mengajak istrinya minum bersama...
"Biar dia bermimpi. Ulangi perkataan saya tadi padanya. Kalau tidak habiskan semuanya, dia jangan kembali ke London. Silakan coba kalau tidak percaya."
Pelayan: "..."
……
Jelas terlihat Sheng Youran hampir meledak marah setelah mendengarnya.
Tapi saat melihat ekspresi memelas pelayan yang seolah berkata 'tolong jangan menyusahkan saya lagi', dia hanya bisa berkata, "Sudah, tidak apa-apa. Kamu bisa pergi."
Sheng Youran memegang garpu, menyadari kemarahannya kali ini benar-benar tidak perlu.
Ancaman tidak boleh kembali ke London berarti melarangnya bertemu putra dan putri.
Dia memang sangat paham, sekarang yang terpenting baginya adalah anak-anak, bukan dirinya.
Sheng Youran menusuk sepotong daging dengan kasar.
Seberapapun dia berusaha tenang, tetap ada perasaan marah yang mengganjal.
Kenapa pengakuannya malah dianggap kebohongan?
Belum lagi ucapan Mu Yibei bahwa Mo Yuchen tidak punya hubungan spesial dengannya, apakah dia kecewa...
Dia dianggap seperti apa sebenarnya?
"Pesawat sampai hampir mendarat, Sheng Youran baru selesai makan dengan lamban dan patuh."
Setelah makan, dia pergi ke toilet.
Sekitar setengah jam lagi akan sampai di London.
Artinya, dia tidak perlu lagi melihatnya setiap hari!
Saat mencuci tangan, Sheng Youran teringat tatkala berjalan melewatinya tadi, lelaki itu bahkan tidak mengangkat kelopak matanya sedikit pun.
Lebih baik begitu, tidak bertemu ya tidak perlu bertemu!
Di London masih ada segudang urusan menantinya - selain putra dan putri, ada juga Ayah.
Semua orang penting dalam hidupnya setelah kehilangan ingatan berada di London.
Dia sama sekali tidak ingin pergi ke Shengyue.
Baru keluar toilet, hampir saja dia menabrak tembok daging.
Mu Yibeu berdiri di depan pintu, menunduk memandangi kondisi dirinya yang memegangi kepala, tetap diam.
Dengan suara "Prak!", Sheng Youran menendang pintu hingga tertutup. "Tuan Mu juga mau ke toilet? Silakan sendiri."
Tanpa melirik sedikit pun, dia berusaha melewatinya.
Tak disangka baru satu langkah diayunkan, lengannya tiba-tiba dicengkeram lalu ditekan keras ke pintu.
Saat punggungnya menghantam pintu, sakit di tulangnya membuat raut wajahnya berubah.
Ketika hendak meronta, lelaki itu langsung menindih, menyumpal semua jalan kaburnya.
"Mu Yibei, kau gila?!" bentaknya sambil menahan sakit.
Mu Yibei menatapnya dari atas melihat kondisinya yang hampir meledak, berkata dingin, "Suara sekeras ini, apakah kamu ingin semua orang datang mengerumuni kita?"
“……”
Mengerumuni... mengerumuni apa?
Mengerumuni bagaimana dia menangkapku untuk wall-Dung sebelum ke toilet?
Matanya melotok bulat, temperamennya sudah habis, "Lepaskan aku!"
"Kau bersikap seperti ini?" Mu Yibei tidak hanya tidak melepaskannya, malah melangkah maju lagi, memaksanya sampai tak bisa bergerak sama sekali, "Kemarin masih bilang akan terus mengganggu, sekarang minta dilepaskan? Apa ucapanmu kemarin salah?"
Sheng Youran hampir tertawa getir. Dia tahu saat merendahkan diri untuk menyenangkannya, dia tetap diacuhkan.
Sekarang dia tak peduli lagi, terserah bagaimana pikirannya, hasilnya baru keluar toilet langsung ditekan di pintu tak mau lepas.
"Apakah Tuan Mu sekarang ingin aku terus mengganggu?" Dia menatap wajah ganteng luar biasa lelaki itu, seolah apapun perbuatan tak tahu malunya selalu terlihat sok benar.
Pergelangan tangannya bergerak, memelintir kedua tangannya ke belakang badan, membungkuk mendekat, menempel di daun telinganya, "Sepertinya aku tak pernah mencegahmu mengganggu. Tidakkah kau tahu arti ganggu terus itu adalah tak boleh menyerah meski ditolak?"
Panas dalam yang terus menerus menyusup ke telinga membuat wajahnya kemerahan.
Sheng Youran memalingkan wajah, "Tapi aku sudah mengubah keputusan, tak ingin mengganggumu lagi. Aku tak suka ditolak, jika ditolak akan menyerah... Ah!"
Cuping telinganya tiba-tiba terasa panas.
Wajahnya langsung memerah.
Suara dingin yang tiba-tiba terdengar di telinganya bertanya, "Sekarang?"
