Bab 505 Perbuatan Erbao
Mo Qing juga tidak banyak bicara, "Atur dirimu sendiri. Jika merasa membutuhkan layanan seperti ini di kemudian hari, bisa juga mencoba. Katanya ciri khasnya tarifnya sangat mahal, tapi tidak menerima semua misi. Tapi untuk urusan lain, pertimbangkan matang-matang. Kakek tidak akan ikut campur dengan perempuan macam apa pun yang kamu cari, tapi pembunuh bayaran, bahkan pacaran secara terbuka pun mustahil."
Melihat kakak sulung pergi setelah selesai bicara, Mo Shi juga tidak langsung mengejar, tampak termenung.
*
"Mu Lingxi! Kamu yang menyuruh hacker meretas server perusahaan keluarga kami?"
Mendekati waktu pulang sekolah, Erbao yang sedang bersiap ke lapangan basket dihadang seseorang.
"Ada apa?" Dia melirik Rong Sibai yang wajahnya seperti bakpao, terlihat seperti baru di-bully, "Aku kan tidak membuatmu babak belur."
"Ka...kamu mengaku?" Rong Sibai benar-benar terkejut membeku.
Awalnya dia cuma menebak-nebak.
Saat mengajak Xingbao makan siang tadi, mendengar gadis itu bicara tentang kakaknya berbuat nakal, meretas jaringan orang, kalau Kakak Siqing marah mungkin akan memukulinya.
Lalu sore ini, dia mendengar perusahaan keluarga Rong di-hacker...
Keluarga Rong kan dulunya perusahaan teknologi!
“Masa bisa diretas hacker, ini jelas provokasi, aib yang memalukan!”
Rong Sibai selalu bangga dengan keluarganya. Saat berita ini mulai tersiar di kelas sore itu, dia merasa sangat malu.
Tapi Mu Lingxi justru anggota tim sepakbola sekolah, sepanjang sore pergi latihan, membuatnya tidak bisa menemui orangnya sama sekali.
Benar-benar di-bully!
Apa tindakan ini maksudnya ingin bilang jangan terlalu dekat dengan adiknya?
Tapi dia memang suka bermain dengan Xingbao!
Rong Sibai menganggap semua ini sebagai peringatan untuk dirinya sendiri.
“Sebenarnya kamu mau bilang apa?” Erbao mengusap keringat, memandangnya dengan kesal, “Server rumahmu cuma down empat jam saja, tidak ada kerugian besar kan.”
Rong Sibai melihat ekspresi polosnya yang seolah-olah dirinya yang berlebihan.
“Kamu, kamu, kenapa tidak bisa bicara langsung denganku, harus ganggu keluargaku!” Rong Sibai akhirnya melontarkan, “Tapi kuberi tahu, jangan pikir bisa memisahkanku dari Xingbao!”
“Hah?” Erbao semakin bingung memandangnya.
“Mu Lingxi, meskipun kamu kakaknya juga tidak boleh. Kamu kan bukan ayahnya! Lagipula, keluarga kami jelas setara statusnya!” Rong Sibai buru-buru menjelaskan, “Maksudku, apa salahnya kami bermain bersama? Kamu terlalu ikut campur.”
Erbao memandangnya, ingin sekali mengisi kecerdasan emosional ke otaknya.
Kalau bermain dengan si lucu suka berimajinasi ini, jangan-jangan adiknya tidak akan bisa pintar lagi.
Tapi Erbao berpikir dengan seksama, adik perempuannya ini, meskipun ingin bersama seseorang, pasti bukan Rong Sibai, kan?
Kalau tidak salah ingat, dia lebih suka mencari Rong Siqing. Karena menghargai harga diri Rong Siqing, barulah bersikap baik sedikit pada Rong Sibai.
Kasihan anak-anak itu.
Erbao menepuk bahunya, "Semangat."
Rong Sibai: "..."
Apa dia sedang diremehkan?
Kenapa harus menyemangati dirinya!
Apakah jika tidak berusaha, dia tidak akan mengizinkan dirinya sendiri bersama Xingbao?
"Mu Lingxi, jika nilai ujian akhir semester ini ku lebih baik darimu, kamu tidak akan ikut campur lagi, setuju?"
Erbao baru saja bertemu Rong Siqing, mendengar suara tidak rela dan kesal itu berteriak dari belakang.
Rong Siqing melirik ke arah sana, "Dia bilang apa?"
"Kamu sudah dengar sendiri." Erbao mengangkat tangan, "Dia mau adu nilai denganku."
"..." Rong Siqing tidak ingin bicara.
"Mu Lingxi berani janji tidak?" Rong Sibai berlari kecil ke sini, menarik lengan Rong Siqing, "Kamu, kamu jadi saksi. Dia meretas server keluarga kita sampai aku malu, melarangku bersama Xingbao."
Rong Siqing melirik wajah Rong Sibai yang memerah karena marah dan kesal, lalu berkata pada Erbao, "Apa PR kelasmu terlalu sedikit?"
"Mungkin." Erbao berkata dengan nada santai, "Aku punya hak istimewa tidak perlu mengerjakan PR. Aku juga tidak paham apa yang dipikirkan orang-orang yang perlu ngerjain PR. Kalau mau main sama Xingbao, silakan saja, asal dia senang."
“Kau, kau berani mengatakan tidak mencegah? Tapi terakhir kali aku mengajaknya beli snack, dia bilang Kakak tidak mengizinkan. Saat aku ajak makan es krim di akhir pekan, dia bilang Kakak tidak mengizinkan...”
Rong Sibai mengutarakan banyak contoh berturut-turut.
Erbao baru menyadari, adiknya telah menggunakan dirinya sebagai tameng untuk menolak permintaan orang lain dengan halus.
Mungkin seperti kebiasaannya selalu mencari dia dan Rong Siqing, tapi berani mengatakan di hadapannya bahwa dialah yang memanggilnya.
"Baik! Dengan ucapan 'kamu tidak ikut campur' ini, Mu Lingxi, aku tidak akan adu nilai lagi denganmu. Selamat tinggal!" Rong Sibai langsung lari setelah berkata.
Ucapan itu langsung disesalinya. Adu nilai dengan Mu Lingxi? Belajar 24 jam sehari pun mustahil bisa menyamainya.
Apalagi kalau dia belajar mati-matian, mana ada waktu untuk bermain dengan Xingbao!
"Server Rong, kau yang mengutak-atik?" Rong Siqing hanya menangkap kalimat ini, mengangkat alisnya.
Jelas dia hanya ingin memastikan hal tersebut. Berbeda dengan adiknya, dia sendiri tidak terlalu memedulikan masalah ini.
Erbao tentu tidak perlu menyangkal. "Teman-teman hack-erku yang meretas. Sore ini aku mau main bola, mana sempat. Lagipula ini bukan karena temanku iseng, tapi permintaan pamanmu itu."
Rong Siqing mengerutkan kening.
"Pamanmu ini, katanya benar-benar ber-temperamen aneh. Minta uang saja sudah keterlaluan, masa mau menguji teknologi mereka dengan menyuruh meretas server Rong." Erbao terlihat bingung, "Bukannya dia keluarga kalian sendiri?"
“Tidak terlalu bisa dihitung.” Rong Siqing berpikir dalam-dalam, “Dia berjanji pada kalian?”
“Tentu, dia sangat kekurangan uang, itu hanya masalah kecil. Yang penting adalah, dia pasti harus meneliti apa yang perlu kami teliti.”
Hari ini dia berencana pulang cepat untuk menanyakan kemajuan pada Paman Ye Mo.
Katanya paman ini sangat krusial, jika bisa meneliti obat Ibu dalam waktu singkat pasti bagus.
“Ke depannya, beri tahu saya tentang urusannya.” Rong Siqing membuang kalimat itu lalu pergi.
Erbao menjawab, “Ngomong-ngomong, liburan segera tiba. Kamu mau pulang? Benar-benar tidak pertimbangkan ikut liga game elektrik denganku?”
Rong Siqing terseret sudut mulutnya, “Kamu benar-benar tidak ada kerjaan.”
Meski jarang bertemu yang tidak terlalu bodoh, masih bisa diajak berkomunikasi.
Tapi urusannya setiap hari terlalu banyak, bahkan main game bisa dihitung.
*
Sebelum pulang, Erbao pertama-tama menemukan tempat tinggal Ye Mo.
Ye Mo di London, memiliki apartemen tidak jauh dari sekolah mereka.
“Di mana Paman Ye Mo?”
Anak buah Ye Mo melihatnya datang, segera menyajikan minuman melayani.
Awalnya mereka agak keberatan dengan Lao Da yang mempercayai anak ini.
Meski putra Tuan Mu, tetap hanya anak-anak, mengapa mereka harus mendengarkan anak enam tahun?
Tapi kemudian, satu per satu kejadian, mereka baru sadar bantuan yang dibawa anak ini ternyata jadi kunci.
Maka sikap semua orang berubah.
“Lao Da sementara tidak ada, ada permintaan apa, Kakak Ling Xi?”
