Bab 593 Prasangka Nenek Mu
Nenek Mu langsung tak bisa berkata-kata, "Kamu..."
Akhirnya sang nenek dengan wajah kesal mengeluarkan suara "Hmph", terlihat tak mau mengalah tapi tak bisa menemukan kata-kata untuk membantah.
Tentu saja anak-anak itu dilahirkannya, ini pun dia tak bisa membantah.
Tapi cucunya begitu menyukainya, ini membuatnya penasaran.
"Nenek, kalau Anda pindah kembali ke Kediaman Mu, bukankah bisa tahu bagaimana sifat aslinya?" Wen Ruohan melihat sedikit perubahan sikapnya, mulai membujuk lagi.
“Kalau aku pindah kembali, belum tentu tahu bagaimana sifatnya.” Nyonya Mu berkata dengan sok benar, “Di hadapanku, pasti dia pura-pura baik. Orang zaman sekarang banyak yang bermuka dua. Kamu yang suka mencari-cari kesalahan orang ini malah membelanya, sudah jelas dia bukan tipe yang mudah diatur!”
Wen Ruohan: “…Kalau begitu maksud Anda, jika saya memakinya, Anda justru akan menganggapnya orang baik?”
“Hmph!” Nyonya Mu membalas, “Aku tidak bilang begitu.”
“Baiklah, terserah Anda. Sekarang boleh saya telepon kakak sepupu untuk mengirimkan orang jemput Anda pulang?”
“Sekarang belum boleh.” Nyonya Mu cepat-cepat melambaikan tangan, “Jangan banyak bicara, kakiku agak terkilir ini. Tunggu sembuh dulu baru pulang. Jangan beri tahu siapa pun tentang kejadian jatuhku.”
“Tentu saja, mana mungkin Anda jatuh, jalan Anda sangat mantap!”
Wen Ruohan mengikuti omongannya, tiba-tiba teringat sesuatu.
Bukankah rumah sakit ini milik Nie Jinshen?
“Tunggu sebentar, saya akan cari dokter untuk Anda, cari tabib Tiongkok wanita yang cantik!”
Nyonya Mu belum sempat bereaksi, dia sudah keluar.
Lama tak mengerti, mengapa harus mencari tabib wanita cantik? Apa penampilan penting untuk mengobati nenek?
Wen Ruohan pergi ke kantor Hua Bao, baru tahu hari ini dia libur.
Benar-benar sial, alasan kuat yang sudah dipersiapkan malah mentah karena dia tidak ada.
“Hua Bao, aku di rumah sakit, bisa kamu datang ke sini dulu?” Wen Ruohan langsung menelepon, suaranya disesuaikan menjadi mode jernih dan bernada maskulin.
Hua Bao bertanya heran, "Kenapa semua mencari aku hari ini?"
"Ada siapa lagi yang mencarimu hari ini?"
“Tidak ada. Youran tadi mau bicara sesuatu denganku, tapi dia bilang tidak apa-apa. Lambungmu tidak bermasalah, kalau masih mengeluh sakit, cari dokter lain saja, aku tidak bisa mengobatimu!”
“Tidak, bukan aku. Aku tahu lambungku baik-baik saja, akhir-akhir ini juga tidak sakit lagi. Hari ini ada urusan darurat, nenekku tadi jatuh tidak sengaja. Beliau sudah sepuh, aku khawatir ada masalah, kondisinya terlihat parah.”
“Wen Ruohan, banyak dokter di rumah sakit itu, kenapa harus memaksa aku yang sedang liburan untuk datang?”
“Meski ada banyak dokter di rumah sakit, aku hanya percaya padamu.”
Hua Bao terdiam sejenak dengan sakit kepala, “Kamu tidak bohong kan?”
“Aku pakai nenekku untuk membohongimu? Kalau kamu datang lihat sendiri pasti tahu. Ini neneknya Mu Yibei, tapi urusan ini harus dirahasiakan. Selain itu, karena tidak memahami bibi ipar, beliau tidak suka dan ingin mencari perempuan lain untuk menggantikan posisi kakak sepupuku. Kamu temannya bibi ipar, merawat beliau juga bisa meningkatkan poin penilaian untuknya.”
“Baiklah, tunggu sebentar, aku segera datang.”
Wen Ruohan berhasil, mengejar lagi, “Bagaimana kalau aku jemput?”
“Lebih baik kamu urus nenekmu saja, bukankah kondisinya parah?”
“……Benar juga, aku akan merawatnya dulu.”
Setelah menutup telepon, Wen Ruohan kembali ke ruang rawat inap neneknya dan melihat ekspresi penasaran di wajah sang nenek.
Ia membersihkan tenggorokannya ringan, "Aku akan memanggil seorang pemuda tabib untuk memeriksa kondisi Nenek."
Untuk menghindari prasangka buruk Nenek Mu terhadap Hua Bao, sengaja tidak menyebutkan bahwa Hua Bao adalah temannya Sheng Youran saat ini.
"Sejak kapan kau punya teman tabib wanita cantik?" Alis Nenek Mu terangkat tinggi, "Jangan-jangan itu gadis yang kau sebutkan sebelumnya?"
Wen Ruohan hanya tersenyum tanpa menjawab.
"Kalian berdua benar-benar menyusahkan orang tua. Baiklah, nenek ini akan terpaksa menilainya untukmu."
Hua Bao tidak menunda-nunda. Karena tempat tinggalnya memang tidak jauh dari rumah sakit, ia segera tiba.
Seperti yang diperkirakan Wen Ruohan, gadis seperti Hua Bao sangat disukai orang tua.
Tampak serius dan bertanggung jawab, manis tanpa berlebihan, juga tidak terlalu bermulut manis.
Usai pemeriksaan, mata Nenek Mu terus menyipit memperhatikannya dengan tatapan penuh arti.
Diam-diam memberi kode mata pada Wen Ruohan, memuji selera baik cucunya.
"...Nenek cukup beristirahat beberapa hari. Jika ada keluhan, bisa menghubungi saya kapan saja." Senyum Hua Bao mengembang.
Nenek Mu buru-buru menyahut, "Tentu, tentu. Kalau sakit pasti kubuat cicitku menghubungimu."
"Tidak perlu serumit itu. Bukankah Nenek adalah neneknya Tuan Mu? Youran teman saya, cukup melalui dia saja."
Ekspresi Nenek Mu mendadak kaku, "Siapa yang kau sebut tadi?"
Hua Bao dengan tenang menjelaskan, "Youran ya, dia istri Tuan Mu. Anda... tidak tahu namanya?"
Dia tentu tahu!
Tapi, dia tak menyangka gadis manis ini ternyata teman Sheng Youran.
Nenek Mu melirik sekilas ke Wen Ruohan di sampingnya.
Pantas saja dia membela Sheng Youran, ternyata karena gadis ini berteman dengannya.
Nenek Mu tiba-tiba merasakan perasaan campur aduk di hati, antara penasaran dan sulit memahami cucu menantunya ini.
"Namanya memang kukenal, tapi wajahnya belum pernah kulihat." Dia kembali bersikap angkuh seperti Ratu Janda, "Entah perempuan macam apa yang berani membawa kabur cucu keluarga Mu selama lima enam tahun. Sepanjang hidupku belum pernah kulihat wanita kedua seperti ini!"
Hua Bao memandang Wen Ruohan. Nenek Mu ini benar-benar punya prasangka kuat terhadap Youran.
Insiden dulu memang ada kesalahpahaman. Tapi sebagai orang tua, sebesar apapun kesalahpahamannya pasti tetap memihak keluarga sendiri.
Bagi Sheng Youran, yang tersisa hanyalah fakta bahwa dia membawa pergi darah keluarga Mu.
Hua Bao berpikir sejenak, "Mungkin ada hal yang tidak Anda ketahui. Sebenarnya ada beberapa kesalahpahaman disini. Kalau Youran tidak pergi, belum tentu anaknya bisa dilindungi."
Nenek Mu tertegun, "Apa maksudnya? Mengapa anak tidak bisa dilindungi?"
“Saat itu ada orang yang memberi obat padanya untuk menggugurkan anaknya, aku menemukan obat itu bermasalah. Seperti yang Anda tahu, hal-hal seperti ini sulit dihindari. Ditambah saat itu dia ada kesalahpahaman dengan Tuan Mu, terpaksa mengambil langkah darurat. Menurutku, sekarang semuanya sudah berlalu, tidak perlu lagi menyelidiki hal-hal itu. Bagaimana pendapat Anda?”
“Siapa? Siapa yang melakukannya?” Nenek Mu terus mengejar.
“Namanya Su An'an, tapi dia sudah tidak ada di keluarga Mu. Tuan Mu baru tahu tentang ini jauh kemudian, dan sudah menanganinya.”
Nenek Mu terdiam cukup lama, ternyata pernah terjadi hal seperti ini.
