Bab 594: Semakin Dimanjakan, Semakin Manja
Nama Su An'an sepertinya juga pernah disebutkan padanya, kalau tidak salah, istri anak haram itu dulu.
Memikirkan ini, raut wajah Nenek Mu menjadi sangat muram.
Sudah dari dulu dia bilang, anak haram itu berambisi serigala, ternyata benar.
Mencari istri saja memilih yang jahat, berani mencoba membunuh orang.
Sendiri tidak bisa punya anak, malah tidak mau orang lain punya.
Kalau bukan karena dengar anak haram itu sudah pergi dan Mu Yibei sudah menyelesaikan masalah ini, dia tidak akan membiarkan mereka lolos.
Pintu ruang rawat inap tiba-tiba diketuk dua kali.
Nie Jinshen berdiri di depan pintu, pandangannya beralih dari Hua Bao ke tempat duduk Nenek Mu.
Hari ini dia tidak memakai baju putih, melainkan kemeja santai yang tetap bersih dan rapi, seluruh penampilannya tertata sempurna.
Nenek Mu menengok, hampir terkejut, "Jin Shen?"
Nie Jinshen membalas panggilan itu sambil masuk dari depan pintu, "Hm, sudah lama tidak bertemu, Nenek Mu."
Nenek Mu mendadak canggung, hanya bisa melotok ke arah Wen Ruohan!
Dulu dia dan Mu Yibei masih tinggal bersama. Beberapa teman masa kecil majikannya itu dia kenal baik, jadi bisa mengenali Nie Jinshen.
Tapi Wen Ruohan ini, di permukaan bilang tidak akan membocorkan kabarnya, masa malah memberi tahu Nie Jinshen!
Nie Jinshen bukan tipe yang mudah kompromi. Pasti dia akan laporkan ke Mu Yibei tentang kedatangan neneknya ke Kota Suci dan rawat inapnya.
Jadi akhirnya dia tetap 'dikhianati'!
Wen Ruohan yang berdiri di samping ranjang pasien juga terlihat kesal melihat kehadiran Nie Jinshen, "Dokter Nie kenapa datang?"
Nie Jinshen tidak langsung menjawab. Dia mendekati Nenek Mu sambil berkata dengan santai, "Tidak dengar Yibei menyebut kedatangan Nenek, apalagi rawat inap. Kalian sedang menyembunyikan apa dari Yibei?"
Nenek Mu yang tahu sifatnya bukan tipikal pembohong, segera bertanya curiga, "Jin Shen, kalau memang belum dengar, bagaimana kamu tahu aku di sini?"
Nie Jinshen melirik ke Hua Bao.
Hua Bao dengan wajah polos berkata, "Bukan aku yang bilang! Wen Ruohan suruh dirahasiakan, benar-benar kurahasiakan. Langsung ke rumah sakit saja, tidak beri tahu siapa-siapa."
“Bukan Anda yang membocorkan rahasia.” Nie Jinshen berkata dingin, “Cuma dengar Hua Bao datang ke rumah sakit hari ini, jadi aku datang melihat apakah ada pasien yang merepotkan. Setelah bertanya sebentar langsung tahu kamar rawat inapnya, tak menyangka ternyata Nenek Mu.”
Nyonya Mu sudah paham maksudnya, tapi masih bingung tentang alasan sebenarnya kedatangannya.
“Tentu Nenek Mu jangan salah paham, pasien merepotkan yang kumaksud bukan Anda.” Nie Jinshen melirik Wen Ruohan dengan sudut matanya, “Cuma beberapa orang yang suka pura-pura sakit tanpa alasan jelas.”
Wen Ruohan: “......”
Pura-pura sakit kenapa? Aku makan berasmu?
Dia memutar mata dengan ekspresi meremehkan penjelasan itu.
Nyonya Mu melirik penuh tanya ke Wen Ruohan, ada apa ini sebenarnya?
Hua Bao juga menjelaskan kondisi Nyonya Mu kepada Nie Jinshen.
Nie Jinshen mengangguk, “Aku paham. Mengingat kondisinya stabil, lebih baik Yibei yang menjemput Anda pulang. Fasilitas rumah sakit jelas tak nyaman seperti rumah, sebaiknya Nenek istirahat di Kediaman Mu. Kalau ada keluhan, bisa hubungi saya kapan saja.”
Nyonya Mu berkata dengan ragu, “Siapa bilang aku mau pulang ke Kediaman Mu?”
Sekarang berpura-pura datang diam-diam jadi terasa aneh.
Tapi Nie Jinshen ini terlalu sulit dibohongi, tidak seperti Wen Ruohan yang mudah diyakinkan.
Khawatir apapun yang dikatakannya, pria itu tetap tak bergeming.
"Jin Shen, urusan ini tak perlu kau campuri. Ruohan ada di sini, dia akan merawatku sepenuhnya. Menurutku, aku sudah datang, istirahat 1-2 hari di sini, biar Ruohan yang mengantarku pulang."
"Tak bisa seperti itu." Nie Jinshen berkata dengan nada dingin, "Kondisi tubuh Nenek sampai ke Kota Suci saja sudah sulit, apalagi sampai terjatuh. Hal sebesar ini harus diberitahu ke Yibei. Bagaimanapun, Yibei adalah cucu laki-laki Nenek. Ini masalah penting, Nenek tak boleh pergi sembarangan."
Nenek Mu ingin membantah beberapa kata tapi tak sanggup melawan ketegasannya.
Akhirnya tak ada cara lain, terutama saat melihat Nie Jinshen mulai menelepon Mu Yibei, ia marah memalingkan kepala sambil melontarkan sorot mata peringatan ke Wen Ruohan.
Kenapa tak diberi tahu sebelumnya kalau Nie Jinshen juga dekat dengan tabib Tiongkok cantik ini? Andai tahu, cukup ganti dokter saja.
Malah bikin masalah beruntun!
Setelah Nie Jinshen selesai menelepon, dia memberi kabar bahwa Mu Yibei segera datang menjemput, lalu membawa Hua Bao pergi.
Nenek Mu melihat wajah mengerikan Wen Ruohan, "Rupanya gadis ini tak menyukaimu? Kau cuma pura-pura sakit setiap hari?"
Wen Ruohan memutar mata kesal, "Nenek, percaya dia atau percaya aku?"
Nenek Mu berpikir sejenak, "Lebih baik aku percaya dia. Omongannya lebih bisa diandalkan."
Karena terlalu bisa diandalkan, saat melihat Nie Jinshen, dia langsung tahu segalanya akan terbongkar. Pasti cucunya akan tahu semua.
Hanya karena keadaan sudah sampai di titik ini, tidak ada cara lain. Dia terpaksa RELAAN dijemput.
Tidak lama kemudian, Mu Yibei muncul sendiri.
Sebelum masuk ke ruang rawat inap, dia melirik tajam ke arah Wen Ruohan.
Nenek sampai masuk rumah sakit, urusan sebesar ini masa berani tidak memberitahunya?
"Kuingatkan, ini semua permintaanku. Jangan kau sulitkan Ruohan!" Nenek keluarga Mu mengambil alih tanggung jawab, "Dia juga dipaksa olehku. Akulah yang melarangnya bicara."
Raut wajah Mu Yibei menggelap, "Nek, Anda terlalu bertindak semaumu. Bagaimana jika terjadi sesuatu?"
"Sudah kukatakan baik-baik. Duh!" Nenek Mu bergumam, "Cicit laki-laki dan cicit perempuanku sudah kembali ke tanah air. Aku sangat merindukan mereka, tapi kau tidak juga membawa mereka menjengukku. Dulu bagaimana janjimu pada nenek?"
"Nek, akhir-akhir ini benar-benar sibuk. Setelah urusan ini selesai pasti akan menjenguk Anda."
"Sudahlah! Kurasa matamu hanya melihat perempuan itu. Sedikit saja urusannya, kau langsung lebih peduli daripada apapun. Kudengar dia baru-baru ini terluka kaki, setiap hari terbaring di ranjang kau layani ya?"
Mu Yibei: "......"
"Luka kaki biasa saja, perlu segitu khawatirnya? Semakin kau manjakan, dia semakin sok karena dimanjakan. Jangan kira dengan memberi keluarga Mu dua anak, dia bisa minta apa saja. Dulu dia pernah membawa pergi anak-anak itu! Itu juga tidak bisa dihapuskan."
Mu Yibeu tak tahan menyela, "Nenek merasa kakinya yang terluka bukan masalah besar, tidak pantas membuatku khawatir. Lalu apa yang pantas kukhawatirkan? Kehamilan?"
Nenek Mu hendak berbicara tiba-tiba menyadari dua kata terakhirnya aneh, mengangkat kepala.
"Ibu hamil yang kakinya terluka itu, menurut Anda apakah pantas dikhawatirkan?" Mu Yibeu mengangkat alisnya.
"Ibu hamil... ibu hamil apa?" Nenek Mu membelalakkan mata, tiba-tiba bertanya, "Jangan-jangan..."
"Jika Anda tak ingin melihat anak lagi, anggap saja aku tak pernah bicara." Mu Yibeu menambahkan perlahan, "Anda tidak mau, aku masih mau."
