Bab 596 Kenapa Dia?
Bibi Zhou dibuat bingung oleh perubahan sikapnya yang tiba-tiba, tidak paham apa yang terjadi.
Secara refleks memandang Wen Ruohan yang ikut datang.
Wen Ruohan sama sekali tidak terkejut, seolah-olah jika Nyonya Mu pulang dengan rukun dan puas, itu baru benar-benar aneh.
“Lebih baik Anda cari sumber masalahnya, Nenek.” Wen Ruohan membujuk, “Pelayan-pelayan ini polos, bagian rumah mana yang berantakan.”
“Kamu tahu apa, walau sudah bertahun-tahun tidak ikut campur, tapi aturan tetaplah aturan, tidak boleh sembarangan diubah.” Nyonya Mu berwajah serius dan angkuh, “Ini rumah keluarga Mu, mana boleh seperti ini. Sudah jelas ada yang tidak merawat dengan baik, tidak tahu dimana tanggung jawab nyonya rumah!”
Nyonya Mu terus-menerus mencari-cari kesalahan, samar-samar tidak menyebut Sheng Youran, tapi dari setiap kata yang terucap terasa penolakan terhadap nyonya rumah disini.
“Bibi Zhou berdiri di samping mendengarkan omelan selama setengah hari, baru akhirnya berkata, ”Nenek benar, tapi akhir-akhir ini Kediaman Mu memang jarang diurus, itu semua tanggung jawabku. Ini bukan salah nyonya muda. Saat nyonya muda kembali, kakinya terluka parah, sedang hamil, bahkan tidak bisa turun dari ranjang. Sebelum kembali… Ah, nyonya muda juga melalui banyak kesulitan.””
Nenek Mu sudah mengenal Bibi Zhou selama bertahun-tahun, tak menyangka dia malah membela Sheng Youran.
Sejenak dia terkejut, karena selama ini dia masih mempercayai penilaian Bibi Zhou.
“Hmph, sedang mengandung cucuku, masa masih sembrono seperti ini! Ternyata orang yang tidak tahu prioritas!”
Bibi Zhou buru-buru menjelaskan, ”Bukan begitu, Nenek. Ini bukan karena kecerobohan nyonya muda. Katanya, luka ini akibat diserang orang, sebelum kembali nyaris diculik di bandara. Pelaku mungkin sengaja melukai kakinya untuk mengancamnya.”
Raut wajah Nenek Mu berubah sedikit.
Dia yang berada jauh di Kota A sebenarnya tidak terlalu paham alasan sebenarnya di balik menghilangnya sang nyonya muda selama ini.
Bahkan sempat mendengar desas-desus bahwa perempuan itu kabur bersama pria lain.
Baru kemudian tahu bahwa Xingbao diculik, dia sengaja membiarkan diri dibawa pergi demi menebus Xingbao.
Yang mengejutkan, Wen Xin ternyata terlibat dalam penculikan ini.
Selama di Kota A, Wen Xin dan anaknya selalu menemani Nenek Mu, sering membisikkan gambaran tentang ”Sheng Youran versi kabar angin” menurut dugaan mereka.
Terlalu sering mendengar, akhirnya terbentuklah kesan yang melekat.
"Tidak menyangka urusan akan seperti ini, baru menyadari ibu dan anak itu selalu punya ambisi serigala."
"Tapi Nyonya Tua tidak perlu khawatir, syukurlah sekarang sudah aman. Dokter bilang, nyonya muda setelah istirahat lebih dari sebulan ini sudah bisa berjalan-jalan tanpa masalah, pemulihannya sangat baik. Janin juga tidak terimbas, sangat sehat. Tak lama lagi bisa periksa USG B untuk melihat jenis kelaminnya."
Bibi Zhou tahu yang paling menyentuh hati nenek adalah si anak, segera mengalihkan topik ke bayi yang belum lahir.
Bertanya sambil tersenyum, "Sebenarnya kakak-kakak sekarang sudah punya anak laki dan perempuan, jenis kelamin bayi ini tidak penting, harapan Nyonya Tua apa?"
Nyonya Mu Tua memikirkan ini, hatinya juga berdebar sedikit.
Kondisi tubuhnya selalu lemah, setahun lalu sempat mengira mungkin sampai masuk peti mati pun takkan melihat cicit laki-laki.
Siapa sangka, kehadiran Ling Xi dan Xingbao akhirnya mengabulkan harapannya.
Tapi lebih mengejutkan lagi, di masa hidupnya masih ada kesempatan menyaksikan kelahiran anak ketiga.
"Tentu suka baik laki-laki maupun perempuan, sama saja!"
Kalau benar disuruh pilih, sungguh tidak bisa memutuskan.
Bagi Grup Mu, tentu anak laki-laki lebih baik.
Tapi sebagai nenek, punya cucu perempuan yang manis juga bagus.
Lagipula ini bukan soal pilihan, dipikirkan pun percuma.
Kalau terlalu berharap tertentu, malah mudah kecewa.
Sekarang baginya jenis kelamin apapun adalah kejutan menyenangkan.
Wen Ruohan menggoda dengan senyuman, menyadari Bibi Zhou masih pandai menebak isi hati sang nenek.
"Nenek, kalau tidak ada hal lain, aku pamit dulu."
Nenek Mu tahu sejak Hua Bao pergi bersama Nie Jinshen, pria itu sudah ingin meninggalkan tempat. Beliau tidak menahan, hanya mengingatkan, "Jangan lupa urusan yang kubicarakan sebelumnya. Pastikan uang itu kau berikan kepada orang baik hati yang putrinya sekelas dengan Xingbao. Selain itu, aku merasa cukup cocok dengannya. Kalau ada waktu, ajak dia membawa anaknya main ke sini bersama Xingbao."
Setelah menyetujui, Wen Ruohan pun meninggalkan Kediaman Mu.
Nenek Mu belum sempat mengkritik keadaan tempat ini, Erbao sudah kembali.
"Nenek buyut!"
Bocah kecil yang baru masuk dari depan gerbang langsung menyapa manis begitu melangkah ke dalam, setelah sebelumnya diingatkan oleh Wen Ruohan.
Nenek Mu yang awalnya bersikap angkuh langsung luluh mendengar panggilan itu. "Ling Xi, cepat ke sini biar Nenek buyut lihat!"
"Nenek buyut, sejak kapan Anda datang?"
"Baru saja tiba." Nenek Mu menariknya sambil mengamati sekujur tubuh. "Wah sudah tinggi sekali, jadi besar! Nenek sangat merindukan kalian!"
Erbao yang pandai merayu berkata, "Aku juga merindukan Nenek buyut."
Percakapan hangatnya membuat sang nenek berseri-seri, sementara Bibi Zhou tersenyum lega dari samping.
Kehadiran dua anak ini sesungguhnya telah menghilangkan banyak kekhawatiran.
"Anak-anak saja sangat menyukainya, apalagi tidak suka pada nyonya muda."
"Hanya karena belum sering bertemu jadi seperti ini."
"Nenek buyut!"
Tak lama kemudian, sosok kecil lainnya melompat-lompat turun tangga, disertai teriakan jernih.
Sanbao berlari cepat, tidak menunggu ibu di belakang, segera turun dari tangga dan menghampiri nenek buyut, lalu memeluknya.
Nenek Mu sangat gembira, sama sekali tidak bisa lagi menyembunyikan raut wajahnya.
"Nenek buyut, kenapa hari ini nenek duduk di kursi roda?" tanya Sanbao dengan suara kekanakan.
"Nenek buyut tidak sengaja terjatuh, tidak apa-apa, beberapa hari lagi pasti sembuh. Xingbao, nenek tadi pergi ke tempat kamu menyanyi. Sayangnya nenek terlalu bersemangat sampai jatuh, dibawa ke rumah sakit oleh ibu-ibu baik hati, jadi tidak sempat bertemu kamu."
Sanbao memandang kaki nenek buyut dengan penuh perhatian, "Sakit sekali ya? Nenek buyut, biar Sanbao tiup-tiup."
"Tidak sakit, tidak sakit. Melihat kalian, nenek langsung sembuh semua."
Bibi Zhou melihat Sheng Youran turun tangga, tersenyum berkata, "Nyonya muda. Nenek baru saja diantar oleh Tuan Wen Ruohan, khusus datang menjenguk Kakak Ling Xi dan Nona Xingbao."
Sheng Youran menatap ke arah sana tanpa berkedip, hingga Nenek Mu menoleh ke sini.
Akhirnya dia bisa 100% yakin!
"Ini ternyata nenek yang dia masukkan ke rumah sakit?!"
Ekspresi Nyonya Mu sama terkejutnya, wajahnya membeku!
Kok bisa dia?
Bukankah ini gadis baik hati yang mengantarnya ke rumah sakit?
Jangan-jangan dia Sheng Youran, dan "putri" yang dia maksud adalah Xingbao?
