Bab 616 Mulai sekarang tanpa izinku, kamu dilarang pergi kemana-mana!
Ye Mo Er mengatupkan bibir bawahnya sebentar, tidak segera menjawab.
Sheng Youran teringat sesuatu, menoleh ke belakang.
Ye Mo masih belum masuk ke kamar, tapi dia tahu pria itu sedang di aula utama.
Jika Ye Mo Er punya kesulitan yang tak bisa diungkapkan, belum tentu mau bercerita padanya, apalagi di hadapan Ye Mo.
"Gapapa, aku cuma iseng nanya." Sheng Youran menarik napas dalam, tersenyum paksa, "Anggap saja tak pernah kutanya, yang penting kamu selamat."
"Apa yang bisa terjadi padaku, kejadian tadi malam hanyalah sedikit ." Ye Mo Er tersenyum malas, "Sebenarnya tidak ada yang tidak bisa dikatakan, aku sedang menghadapi sedikit . tahu kondisiku sedang tidak baik-baik saja, sebelumnya juga belum pulih sepenuhnya. Jadi mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk menggangguku. Sungguh terpaksa, sialnya atap bocor malah diterpa hujan semalaman, selain mengungsi ke sementara waktu, tidak ada cara lain yang lebih baik. Lebih baik daripada dibunuh orang, benar?"
Sheng Youran mengangguk, awalnya ingin bertanya tentang si R itu?
Tapi memikirkan Ye Mo di luar, tidak tahu apakah orang ini boleh disebutkan.
Justru Ye Mo Er yang aktif berkata, "Kamu baik-baik saja waktu itu kan? Yuan Xi memang punya kemampuan di bidang tertentu. Aku sangat khawatir R tidak akan sempat datang. Mungkin pasukan Ye Mo dan Mu Yibei tidak lemah, tapi hanya kamilah yang paling memahami Yuan Xi. Kalau tidak, kamu hanya akan kewalahan menghadapi serangan tak terduga."
"Aku baik-baik saja, berkat R yang muncul. Kalau tidak, mungkin aku benar-benar akan dibawa pergi oleh Yuan Xi. Meskipun dia berjanji tidak akan menyakitiku, tapi apa yang akan dilakukannya benar-benar tidak bisa dipastikan."
Tendangan sembarangannya saja membuatku harus di rumah selama sebulan.
Itu pun sudah , dengan mengontrol yang tepat. Kalau tidak, aku yakin Yuan Xi bisa membuat ku patah seketika.
"Kalau begitu benar-benar berhasil sampai. Kukira dia pergi hanya akan pulang dengan tangan hampa."
"Kamu tidak tahu?" Sheng Youran membalas bertanya.
Dia hanya menggelengkan kepala, "Tidak tahu, setelah dia pergi ke London, tidak ada kesempatan bertemu, apalagi bertanya lebih lanjut. Jadi aku juga tidak tahu kabarmu, hanya bisa berharap semuanya baik-baik saja."
Pantas saja dia tiba-tiba terperangkap masalah, ternyata karena sama sekali tidak bersama R.
Di luar kamar, Ye Mo mengeringkan rambutnya, tatapannya dingin menyapu sekilas ke arah kamar.
Dia menyalakan sebatang rokok, asap keputihan berkelana perlahan, membuat wajah tampannya berganti-ganti antara jelas dan buram.
Pintu kamar terbuka, Sheng Youran pun merasa tidak enak untuk masuk dan menutup pintu.
Mereka mungkin juga tidak berharap apa-apa, jadi bicara pun tidak sengaja menyembunyikan suara.
Meski tidak sengaja menyimak percakapan mereka, terkadang beberapa kata masih terbang melayang, menyusup ke telinganya.
Misalnya R.
Alis Ye Mo berkerut keras, raut wajahnya langsung menegang kaku.
Saat sebatang rokok habis, dia tiba-tiba berdiri dan berjalan menuju kamar.
Begitu kakinya melangkah masuk, suara percakapan langsung terhenti.
Sebenarnya tidak membahas apa-apa, hanya menyebutkan Sheng Youran hamil, Ye Mo Er turut bersuka cita.
Ye Mo menatap mereka dengan dingin, Sheng Youran berdiri, "Haruskah aku pergi sekarang?"
Bagaimanapun ini kan kamar Ye Mo, tidak pantas dia berlama-lama di sini.
"Ye Mo'er tidak melihat ekspresi wajah Ye Mo, dia hanya berkata pada Sheng Youran, 'Lebih baik kamu pulang dulu untuk istirahat. Temperamen Yibei sangat besar, kalau dia bangun dan tidak melihatmu, mungkin akan menyusahkanku.'"
"'Baik, aku pergi dulu. Kamu istirahatlah dengan baik.'"
"Sheng Youran menoleh ke Ye Mo, 'Aku pulang dulu. Kakinya masih bengkak, saranku carikan dokter. Bukankah Nie Jinshen juga ada di sini? Bisa minta dia memeriksa.'"
"'Aku tahu.' Jawab Ye Mo dengan dingin."
"Sheng Youran mengangguk dan meninggalkan suite."
"Ye Mo'er menguap malas, menyipitkan matanya melihat ke jendela, tampak ingin melanjutkan tidur."
"Sebelum sempat masuk ke dalam selimut, tangannya dijepit kuat oleh lelaki itu."
"Ye Mo memandangnya dari ketinggian, genggaman tangannya tak kendur, 'Kau berniat menganggapku tidak ada sama sekali?'"
"Sejak kemarin malam, dia bahkan tidak meliriknya sekalipun."
"Saat dia menggotongnya dari taman ke kamar, dia sudah tertidur."
"Setelah itu pun dia terus dalam kondisi tertidur, bahkan dia tidak masuk mengganggunya."
"Saat Sheng Youran ada, dia tampak segar. Kini setelah Sheng Youran pergi, dia kembali layu."
"Rongga dada Ye Mo seakan dipenuhi amarah, napasnya menjadi berat beberapa tingkat."
"Tidak ada, Kakak Ye Mo." Ye Mo Er tersenyum tipis, pergelangan tangannya yang dijepitnya pun tak berniat menarik kembali dengan susah payah, "Kamu begitu mencolok, mana mungkin aku mengabaikanmu."
Sorot mata Ye Mo gelap bagai bisa merembeskan air, tak berkedip memandang senyuman dingin di wajahnya.
"Tapi kurasa kamu mungkin tak ingin bertemuku atau bicara denganku, jadi aku tak mau malu-maluin diri." Seluruh tubuh Ye Mo Er lesu seperti kucing malas, terbaring tak bertenaga, "Lagipula aku memang agak ngantuk dan lelah. Jika kamu tak berniat memanggilkan dokter, bolehkah aku tidur dulu?"
Pergelangan tangannya terasa semakin sakit.
Untunglah ini dirinya, jika perempuan lain, mungkin mengira lelaki ini hendak menghancurkan pergelangan tangannya.
Ye Mo Er mengatupkan bibir bawahnya, "Jika ini caramu meluapkan emosi, maka aku harus membuatmu reda."
Jarang ada yang bisa lolos dari pengawasan ketat Ye Mo lalu tertangkap kembali, namun tetap bertahan hidup.
Dulu pergi dengan tekad takkan bertemu lagi seumur hidup, tapi dalam hitungan bulan sudah harus menelan ludah sendiri.
"Tapi Kakak Ye Mo, jika tak salah ingat, masa berlaku kontrak kita sudah berakhir. Luka waktu itu kusebabkan sendiri. Masalah yang kubicarakan tentu kutanggung sendiri. Jadi meski pergi tanpa pamit, bukankah tak ada kesalahan besar?"
“Ye Mo mencengkeram lima jarinya dengan kaku dan keras, namun dalam kekakuan ini, dia perlahan melepaskan genggamannya. "Kontrak telah berakhir, bukan berarti kamu bisa pergi tanpa izinku. Ye Mo Er, selama bertahun-tahun aku terlalu memanjakanmu, sampai kau benar-benar merasa bebas tanpa pengawasan."”
“Aku sudah dewasa.” Ye Mo Er berkata dengan nada mengejek, “Apa aku masih perlu wali?”
Pupil Ye Mo yang dingin bagai diselimuti lapisan es. "Kalau kamu tetap tidak patuh, jangan salahkan aku merebut kebebasanmu. Mulai sekarang tanpa izinku, kau tak boleh kemana-mana!"”
Ye Mo Er menatapnya tanpa berkedip, wajahnya memancarkan kekejaman tanpa emosi.
Reaksinya tenang namun penasaran, "Dengan sudut pandang apa kau merebut kebebasanku? Kakak Ye Mo, bukankah dulu kita sepakat untuk putus hubungan? Kau tak perlu lagi mengurus hidup matiku?"”
“Aku yang setuju?" Ye Mo memandangnya dingin dari ketinggian, "Itu omonganmu sendiri. Pernah aku berjanji?"”
