Bab 618: Kau ini ibu hamil, bisakah tenang sedikit?
Sorot mata Ye Mo dingin menusuk, melirik ke arahnya.
Sama sekali tidak ada kesadaran sebagai tahanan politik, juga tak sedikitpun kekhawatiran akan masa depannya sendiri.
Bahkan saat ia melarangnya pergi ke mana pun setelah ini, reaksinya biasa saja.
Perilakunya tak berbeda dengan hari-hari biasa, seolah ia hanya datang untuk memulihkan luka.
Setelah lukanya sembuh dan semua urusan selesai, kapan pun ia ingin pergi bisa langsung pergi.
Sayangnya, ia takkan lagi memberikan kesempatan seperti itu.
“Tidak ingin makan?” Ye Mo Er seolah tak melihat kedalaman tak berujung di pupilnya, masih terus mendesak.
Dia agak menyesal, pandangan terakhir beralih ke siomay udang, menghela napas perlahan.
“Kalau begitu anggap saja selesai.”
Saat hendak menyantap siomay itu sendiri, sumpitnya tiba-tiba ringan – siomay udang sudah raib.
Ye Mo Er: „……“
Lelaki yang biasanya seperti tak menyentuh dunia fana itu, wajahnya seolah diselimuti bayang-bayang pekat, mengunyah siomay udang tadi.
Matanya tak berkedip memandanginya.
Tapi semakin dia memandang, semakin suram raut wajahnya.
“Enak?” tanyanya penasaran setelah melihatnya menghabiskan makanan.
Ye Mo langsung menangkapnya dan mendudukkannya di kursi, lalu pergi tanpa sepatah kata.
Ye Mo Er malas-malasan menoleh, “Bukannya kau mau keluar untuk muntah?”
Ye Mo bahkan tak menoleh, tak menghiraukannya sedikitpun.
Dari suara pintu saja dia tahu bahwa pria itu benar-benar pergi.
Andai tahu cara mengusirnya semudah ini, pasti dari tadi dia menyumpal mulutnya dengan makanan.
*
Saat Sheng Youran kembali ke kamar, Mu Yibei ternyata sudah lama terbangun.
Tampaknya dia baru mandi, mengenakan piyama longgar yang terlepas-lepas, berdiri anggun nan malas di depan jendela lantai ke langit.
Mendengar suara kepulangannya, sorot mata barunya mulai fokus dengan nada melankolis. Suara berat bernada maskulinnya berbicara tanpa terburu-buru, "Seberapa laparnya kamu sampai sarapan pun memakan waktu begitu lama?"
Sheng Youran mempercepat langkahnya berlari mendekat, memeluk lengan pria itu, "Kamu sudah bangun sejak kapan?"
Mu Yibei menundukkan pandangan, melihat perempuan yang mendekat dengan manis ke sampingnya, "Bukan dengan merayu kamu bisa lolos dari pertanyaan ini."
"Lalu apa lagi yang kamu mau?"
Merayu pun tidak mempan, seolah-olah dia telah melakukan kesalahan besar.
Berespons berlebihan!
Alis Mu Yibei berkerut halus, tatapannya semakin dalam saat mendengar kalimat "apa lagi yang kamu mau" darinya.
Kalimat ini mustahil tidak menimbulkan berbagai tafsiran.
Masih banyak hal lain yang dia inginkan.
"Tadi pergi ke mana?" Mu Yibei menekan pikiran-pikiran nakal yang mulai muncul, menariknya ke dalam pelukan, "Meski makanmu memang lambat, tapi tidak sampai selama ini. Aku menghitung waktunya."
Sheng Youran dalam hati hanya bisa menghela napas.
Masih menghitung waktu, kekanak-kanakan sekali.
"Bukankah kamu bilang kemarin Ye Mo Er sudah di Kota Suci?" Pipinya menempel di dada pria itu, "Tadi aku mencarinya."
Kerutan di dahi Mu Yibei langsung bertambah dalam, "Kamu mencari dia di mana?"
Kedatangan Ye Mo Er ke Kota Suci bukan untuk liburan - ada yang sedang mengincarnya.
Dirinya sendiri sekarang berada dalam lingkungan berbahaya, ditambah luka sebelumnya yang membuat kemampuannya bertahan dipertanyakan. Sheng Youran berani-berannya mencarinya!
"Ada apa?" Sheng Youran memandang bingung ekspresi dingin yang tiba-tiba muncul di wajah Mu Yibei, "Apa aku tidak boleh mencarinya?"
Mu Yibei melihat kebingungannya, tidak mengeluarkan kata-kata kasar tapi tetap berkata, "Dia tidak terlalu aman sekarang. Sebagai ibu hamil, bisakah kau tenang-tenang saja?"
"Tidak aman?" Matanya membelalak heran, "Apa yang akan Ye Mo lakukan padanya sampai dia tidak aman? Atau jangan-jangan Ye Mo sendiri yang berbahaya?"
"Kau menemukannya di tempat Ye Mo?"
Sheng Youran mengangguk, menjelaskan secara singkat kejadian tadi.
Sebenarnya dia juga tahu melalui Ji Chixi.
"Aku mengerti. Tapi jauhi urusannya. Sekarang tidak ada yang tahu mengapa dia tiba-tiba kembali. Bagaimanapun juga, pasti ada tujuan istimewa. Kemungkinan besar bukan hal baik."
Sheng Youran tidak percaya, "Tujuan apa? Bukankah dia kembali untuk mengungsi? R tidak ada sekarang, dia sendirian tanpa bantuan. Selain melarikan diri ke sini untuk mendapat kesempatan diselamatkan dari pemburuan... Meski dia tidak ingin bertemu Ye Mo, tapi ini masih lebih baik daripada mati."
"Tidak sesederhana itu."
"Meski dia seharusnya lebih memilih mati daripada jatuh ke tangan Ye Mo lagi, bukan berarti cara ini tidak mungkin berhasil. Lagipula, Ye Mo tidak selalu berhasil. Mungkin dia menunggu R di sini. R pernah menyelamatkannya dari cengkeraman Ye Mo sekali, pasti bisa kedua kalinya. Meski tingkat kesulitan kedua lebih tinggi, tapi menurutku R tampak sangat berwibawa..."
“Mu Yibei sudah tak punya kesabaran lagi mendengar omongannya yang tak henti-henti, 'Cukup! Ini semua bukan urusanku. Pokoknya jangan ikut campur, dan kemungkinan yang kau sebutkan tadi, jangan pernah kau sebut di depan Ye Mo, mengerti?'”
“Sekarang hal terpenting bagi Ye Mo bukan lagi kaburnya Ye Mo'er dari pengawasannya, atau alasan dia kembali.”
“Melainkan nama R yang sudah menjadi bom waktu di hatinya.”
“Jika bukan karena risih dengan alasan tertentu, mungkin dia benar-benar akan mencari cara untuk membunuh orang ini di tengah jalan.”
“Seorang pria sebesar hati apapun takkan bisa mentolerir perempuan miliknya yang berhubungan tidak jelas dengan orang lain.”
“Baginya, tak peduli sejauh apa dia melepas, Ye Mo'er tetaplah miliknya.”
“'Dia terluka, aku hanya ingin menengoknya. Syukurlah tidak parah. Tak kusangka Ji Chixi...'”
“Mu Yibei menunduk, melihat bibirnya yang bergerak-gerak, ingin segera menciumnya.”
“Belum sempat menyentuh, terdengar suara 'bip'.”
“Pintu kamar terdorong terbuka.”
“'Benarkah Ibu sudah bangun? Sulit dipercaya.'”
“'Sudah kubilang, Ibu tadi pergi makan sarapan sendirian.'”
“'Hari ini malah Ayah yang tidur malas... Ayah Ibu, kalian sedang apa?'”
“Dua bocah kecil sudah mendorong pintu masuk.”
“Sanbao menggenggam kartu kamar dengan tangan mungilnya yang gemuk, memandang mereka dengan senyum manis.”
“Mu Yibei melepaskan pegangan, wajahnya sudah dipenuhi garis hitam.”
“Tidak ada apa-apa.” Sheng Youran mengatupkan bibir dengan senyum tipis, “Kenapa pagi-pagi begini?”
Sanbao berlari-lari kecil mendekat, “Ibu, hari ini aku bangun sangat pagi. Tadinya ingin langsung mencari ibu untuk temani ke pantai main, tapi kakak bilang ibu pasti belum bangun. Tapi, Paman Ji Chixi bilang ibu sudah sarapan di restoran, jadi aku datang ke sini!”
Erbao melompat ke sofa mewah lalu duduk angkuh, di sebelahnya seorang lelaki dengan kaki panjang bersilang dan raut wajah muram.
Dua sosok berbeda usia itu, satu bermuram durja dan satu tersenyum menggoda, namun tetap memiliki siluet dan aura yang mirip.
Setelah berbicara, Sanbao mengulurkan tangan dan dengan lembut meraba perut Sheng Youran, “Ibu, aku rasa adik juga ingin main ke pantai, kan?”
