Kalimat "keputusan sudah final" membuat Peng Yulan limbung terduduk, hati dipenuhi kesedihan.
Perasaan Feng Lingbo ia rasakan sepenuhnya, sama-sama dipenuhi kemarahan.
"Siapa yang mempertaruhkan nyawa saat Kabupaten Guangyi mempertahankan pasukan pribadi dulu?"
"Ketika pasukan pengadilan menyerang, anak siapa yang bertaruh nyawa di medan perang berdarah?"
"Susah payah mencapai hari ini, Sekte Giok Surgawi hanya bilang 'kemampuan ekspansi tak sebaik Shang Chaozong' lalu selesai!"
"Mengundang serigala ke dalam rumah... Memelihara harimau yang akan menjadi masalah..." Gumam Peng Yulan duduk di lantai, citra wanita bangsawan lenyap.
Peng Zaiyou memahami perasaan putrinya, menghela nafas: "Entah mengundang serigala atau memelihara harimau, dari sudut lain ini justru membuktikan kemampuan Shang Chaozong. Berapa orang di dunia ini punya keahlian seperti itu? Bandingkan dengan Lingbo - bertahun-tahun terkurung di Guangyi, sementara Shang Chaozong baru sebentar di Canglu sudah merebut Kabupaten Pegunungan Hijau. Keberanian dan semangatnya pantas mewarisi nama perkasa ayahnya, Pangeran Shangjian Ning!"
“Ling Bo menjaga warisan untuk mengumpulkan kekuatan!” Peng Yulan menggelengkan kepala dengan kemarahan. “Harta yang susah payah dikumpulkan, tidak digunakan sendiri, malah jadi panggung orang lain. Di mata kalian, ini jadi bukti ketidakmampuan Ling Bo! Tanpa kerja keras Ling Bo bertahun-tahun di Kabupaten Guangyi, dari mana dia bisa dapat biaya dan jumlah pasukan untuk mencaplok Kabupaten Pegunungan Hijau? Buah persik yang ditanamnya sendiri matang, tapi dipetik orang lain. Malah dituduh tak mampu. Ada logika seperti ini di dunia ini?”
“Orang lain?” Peng Zaiyou membungkuk, kedua tangan menopang putrinya bangkit dari lantai. Jarinya menghapus air mata di muka putrinya. “Tak ada orang lain. Shang Chaozong bukan orang lain. Dia menantumu, setengah anak laki-lakimu. Dia, kamu, dan aku adalah keluarga.”
Peng Yulan merintih: “Ayah, kata-katamu ini bagaimana perasaan Ruo Yi dan Ruo Jie? Merancang merebut kekayaan keluarga ayah mertua, ada keluarga seperti ini?”
Hatinya pedih. Status keluarga tetap harus melihat kondisi. Beberapa hal tetap membedakan keintiman. Kekayaan Keluarga Feng yang diperjuangkan dengan susah payah, seharusnya diwariskan ke anak laki-lakinya. Kini, hasil perjuangan anaknya harus diserahkan begitu saja, malah harus memberi hormat sebagai hamba.
Peng Zaiyou: “Bila menurut pernyataanmu, Shang Chaozong adalah keluarga kerajaan Yan. Haruskah dia menganggap kita merampas kekayaan Keluarga Shang Yan? Utang ini bisa dihitung? Yulan, beberapa hal tak ada benar salahnya. Semua harus melihat ke depan. Masa depan akan lebih baik.”
"Peng Yulan: 'Masa depan? Masa sekarang saja sudah tak bisa diurus, siapa yang bisa menjamin urusan masa depan?'"
Dia sangat paham, saat ini tertinggal satu langkah, meski masa depan cerah, anak laki-lakinya diperkirakan akan terus ditekan oleh Shang Chaozong. Hal ini sulit diterimanya.
Peng Zaiyou terdiam sejenak, menyadari penjelasan apa pun saat ini sulit meredakan kekecewaan putrinya. Siapa pun akan sulit menerima hal seperti ini.
Namun di sisi lain, justru karena ini menyangkut putri dan menantunya sendiri, dia bersabar menjelaskan secara perlahan. Jika orang lain, mungkin tak perlu repot-repot begini.
Gagal memberikan pencerahan, dia tak lagi berdebat. Justru mengingatkan: "Sebelum datang, Lan Ruoting pernah menemukanku membicarakan Ruo Nan. Kabarnya Ruo Nan marah dan kabur ke rumah orang tuanya, tak kunjung kembali dan sulit dibujuk. Dia berharap aku bisa menengahi. Yulan, dalam situasi saat ini, kendali dua kabupaten harus diserahkan kepada Shang Chaozong. Jika kau benar-benar ingin yang terbaik untuk Ruo Jie dan Ruo Yi, segera bujuk Ruo Nan pulang."
"Urusan pria terkadang sulit dijelaskan. Jika posisi Ruo Nan benar-benar digantikan wanita lain yang memanfaatkan celah, hubungan kalian dengan Shang Chaozong benar-benar akan menjadi orang luar. Begitu Shang Chaozion sukses berprestasi, pengaruhnya akan makin besar. Sekte Giok Surgawi pun tak bisa lagi memperlakukannya sebagai figur kecil. Ruo Nan sebagai istrinya enggan bersamanya, jika Shang Chaozong ingin menikah lagi, Sekte Giok Surgawi tak bisa protes. Tak ada alasan memaksa siapa pun menjadi janda. Pertimbangkan baik-baik hal ini sendiri..."
Sementara rombongan Sekte Giok Surgawi tiba di Kabupaten Guangyi, beberapa pemuda dari Desa Xiaomiao yang dipandu pengawal kerajaan Shang Chaozong juga melintasi kabupaten tersebut dengan kuda.
Setelah menempuh perjalanan berat tidur di alam terbuka, akhirnya mereka sampai di lembah di luar ibu kota Kabupaten Pegunungan Hijau.
Mereka turun dari kuda dan menunggu di tempat sambil menanti pemberitahuan. Beberapa pemuda kekar itu sesekali melirik ke sekeliling, wajah mereka berdebu namun mata penuh keingintahuan.
Tak lama kemudian, Niu Daomei dan Yuan Gang beserta rombongan datang.
Bila orang biasa, mungkin Niu Daomei takkan muncul menyambut langsung.
Meski yang datang ini lebih sederhana kedudukannya, tak ada pilihan lain - mereka sesama warga satu desa.
Ada sikap yang tak boleh ditunjukkan, ada perasaan yang tak boleh disakiti.
"Kak Gangzi, Daoge!"
Melihat keduanya, para pemuda itu bersorak sambil melambaikan lengan. Mengabaikan para penjaga, mereka berlari berhamburan menyambut.
Niu Daomei memberi isyarat agar penjaga tak menghalangi.
Niu Daomei masih memberi jarak, tapi terhadap Yuan Gang mereka tak sungkan - langsung memeluknya erat.
Rupanya pelukan biasa belum cukup untuk kegembiraan mereka. Mereka mengangkat Yuan Gang ke udara, menangkapnya, lalu melemparnya lagi.
Hei Mudan dan yang lain terkejut. Terkejut dengan kedekatan mereka, juga terkejut melihat senyum tipis di wajah sang penjaga berwajah dingin.
Setelah turun, Yuan Gang bertanya, "Kenapa cuma kalian berempat? Yang dua lagi mana?"
Da Wan terkekeh: "Da Heizi baru saja menikah, belum genap beberapa hari pernikahan, tak tega meninggalkan istrinya. Mu Tou juga sudah menikah, orang tuanya setiap hari mendesaknya untuk melanjutkan keturunan, jadi dia juga tidak bisa datang."
Yuan Gang terdiam sejenak. Karena mereka tidak ingin datang, dia pun tidak bisa memaksa.
Di tengah keriuhan ini, sekelompok pasukan berkuda tiba. Shang Chaozong dan Lan Ruoting datang.
Mendengar laporan dari bawah bahwa warga Desa Xiaomiao yang diminta Yuan Gang telah datang, Lan Ruoting yang penasaran dengan penduduk desa itu segera bergegas melihat. Shang Chaozong yang juga penasaran pun ikut serta.
"Wangye, Guru Lan." Niu Daomei memberi hormat dengan sopan.
Beberapa pemuda yang pernah bertemu Shang Chaozong sebelumnya, menyadari kedatangan orang penting ini - seorang pangeran - langsung menghentikan keributan mereka.
Mereka tidak mengerti tata krama resmi. Dengan gelisah mereka berdiri di samping Yuan Gang tanpa berani bersuara, sama seperti Yuan Gang yang tidak memberi salam.
"Kudengar rekan senegaramu datang, sengaja datang melihat." Kata Shang Chaozong sambil tersenyum, matanya sudah mengawasi ketat beberapa orang ini.
"Warga desa tak paham tata krama, mohon Wangye jangan tersinggung." Niu Daomei lebih dulu meminta maaf untuk beberapa pemuda itu.
Lan Ruoting sejak tadi matanya telah menatap tajam ke arah mereka. Setelah mengamati sejenak, dia mulai melihat keunikan pada beberapa orang ini.
Terlihat familiar, seharusnya mereka adalah beberapa orang yang pernah dilihat di luar desa dulu. Namun dibandingkan masa lalu, beberapa pemuda itu jelas mengalami perubahan. Postur punggung harimau dan pinggang lebah mereka mirip Yuan Gang, masing-masing perkasa, penuh energi vital, tidak bisa dibandingkan dengan prajurit biasa.
Lan Ruoting dan Shang Chaozong secara spontan saling pandang, dalam hati bergumam. Tampaknya setiap orang dari mereka bisa langsung dikirim sebagai pejuang sejati. Rupanya Desa Xiaomiao itu benar-benar tidak biasa, terus memunculkan ide-ide sialan.
Sebenarnya Niu Daomei juga menangkap perubahan pada mereka, melirik Yuan Gang dengan penuh maksud tersembunyi.
Wangye sudah datang, Niu Daomei tentu harus mengajak. Yuan Gang membawa beberapa orang berdebu untuk membersihkan diri.
Setelah mengantar kepergian Shang Chaozong, Niu Daomei memanjat tebing, berdiri sendiri di tepi jurang menunggu.
Tak lama kemudian, Yuan Gang datang. Sebelum sempat berbicara, Niu Daomei yang membelakanginya sudah bertanya: "Kau mengajarkan Ying Qigong yang kau latih kepada mereka?"
Yuan Gang terdiam sejenak, memahami kekhawatirannya. Sejujurnya, dulu dia tidak menyangka Ying Qigong yang dilatihnya begitu luar biasa.
Di kehidupan sebelumnya ketika bersama sekelompok orang, mereka semua berlatih bersama. Mengajarkannya pada warga desa juga tidak terasa masalah. Tujuan saat itu untuk memperkuat tubuh agar bisa menjaga desa, tidak ada pikiran lain. Sekarang baru sadar mungkin akan menimbulkan ganti rugi.
Yuan Gang mengangguk: "Ya! Tapi agak aneh, saat luka saya sembuh, kami hampir mulai berlatih bersama-sama, tapi progres mereka jelas kalah jauh dibanding saya, kesenjangannya sangat besar."
Niu Daomei: "Setiap ilmu bela diri berbeda sesuai individunya. Kalau semua bisa latihan, dunia ini sudah penuh kultivator. Ying Qigong yang kau latih mungkin juga mengikuti prinsip ini... Walau prinsipnya begitu, lebih baik tidak disebarkan sembarangan, tetap simpan kartu lawan. Waspadai efek balik sihir. Kau harus paham maksud saya."
Yuan Gang mengangguk diam-diam. Semakin berbahaya suatu ilmu, semakin tidak boleh diajarkan sembarangan!
Tiba-tiba terdengar teriakan dari pinggang gunung, "Kak Gangzi, Daoge!"
Para pemuda yang sudah bersih-bersih kembali berlarian penuh semangat bagai naga-harimau ke atas gunung, berisik dan tak kenal aturan - kontras dengan lingkungan sekitar.
Niu Daomei yang menoleh ke arah mereka tersenyum tipis.
Yuan Gang bersuara berat memberi peringatan: "Ini bukan desa! Jangan sampai dipermalukan. Mulai sekarang panggil Tao Ye!"
"Tao... Tao Ye?" Beberapa terbata-bata, belum terbiasa. Seseorang menggaruk kepala sambil terkekeh.
Yuan Gang berpaling ke Niu Daomei: "Tao Ye, nama mereka semua tidak pantas. Bisa membuat malu. Kau lebih paham soal ini, beri mereka nama baru."
Memang seperti katanya, nama Yuan Gang termasuk yang terbaik di Desa Xiaomiao - diberikan oleh pejalan asing yang lewat. Lainnya ada yang bernama Yuan Dabang (Gada Besar Yuan) atau Niu Ergou (Anjing Kedua Niu), normal di desa tapi memalukan di dunia luar.
Mengenai Niu Daomei, menurut perkiraan Yuan Gang, nama "Daomei" ini pasti bukan merujuk pada moral atau etika, melainkan jalan raya. Maknanya adalah "sapi yang punya jalan", karena orang normal takkan memberi nama aneh seperti ini. Hanya cocok dengan status Tao Ye yang sekarang yang agak berkelas. Jika Niu Daomei dilepas bertani di desa, tingkat kesopanan langsung turun drastis.
Sebenarnya di Desa Xiaomiao tidak ada marga campuran, kebanyakan bermarga Niu atau Yuan.
Niu Daomei tersenyum kecut, tidak menolak. Matanya menyapu wajah keempat orang, akhirnya menetap di wajah Yuan Gang. Dia mengerti maksudnya, lalu berkata perlahan: "Segeras angin, setenang hutan, mengganas seperti api, kokoh bagai gunung! Feng... Lin... Huo... Shan!"
Ucapan ini tepat mengenai pikiran Yuan Gang. Yuan Gang menyukainya, mengangguk tanpa keberatan. Segera menoleh ke beberapa orang, menunjuk sambil berkata: "Gada, kau mulai sekarang bernama Yuan Feng. Mengzi, kau jadi Niu Lin. Xiao Gouzi, kau Yuan Huo. Mangkuk Besar, kau jadi Niu Shan!"
"Aku Yuan Feng, kamu Niu Lin..." Keempatnya tertawa riang, saling mengejek sambil menghafal nama baru.
Seperti saat Niu Daomei menebak pikiran Yuan Gang saat memberi nama, dia tahu rencana Yuan Gang. Benar saja, keesokan harinya Yuan Gang pergi.
Yuan Gang ingin memilih ratusan orang, membentuk pasukan sendiri. Pasukan Shang Chaozong tak dia mau. Dia akan berkeliling mencari bibit unggul sendiri.
Niu Daomei meminta tiga sekte mengirim beberapa ahli bela diri sebagai pengawal untuk menghindari bahaya.
