Sayang rencana tak sejalan realita. Hari ini nasibnya kurang baik, terus diterpa kejadian tak terduga.
Awalnya dia mengira kemampuan menyelinap di pasir dan datang sendirian cukup memberi ruang manuver. Ternyata nemu lawan sejati yang bisa menyusup ke bawah tanah untuk memburunya, memaksanya kabur pontang-panting.
Setelah memilih rute yang dianggap tepat, eh malah nemu masalah baru.
Kini dia terjebak dalam aula bawah tanah raksasa, dihadang gerombolan kalajengking pasir yang tak terhitung jumlahnya. Berlapis-lapis merayap, mengibas-ngibaskan capit dan ekor berduri berbisa. Pemandangan yang bikin bulu kuduk merinding. Kupu-kupu Bulan ketakutan hingga tak berani terbang rendah, hanya mengepakkan sayap di langit-langit aula.
Di sekelilingnya terdapat patung-patung Buddha berukuran besar kecil dalam berbagai posisi - ada yang berdiri, ada yang duduk. Ekspresinya beragam: ada yang khidmat, ada yang penuh welas asih, ada pula yang berwajah sangar.
Menilai skala ruang aula Buddha ini, Niu Daomei menduga ini adalah peninggalan zaman keemasan agama Buddha sebelum berdirinya Dinasti Wu yang kerap disebut dalam legenda.
Namun rupanya situs Buddha ini telah menjadi sarang kalajengking pasir. Kalajengking-kalajengking berukuran kecil sebesar kelinci berlarian kesana kemari di lantai. Tampaknya dia tanpa sengaja telah menerobos masuk ke salah satu markas utama mereka.
Kedatangan penyusup langsung membuat kalajengking pasir gusar. Mereka mulai memanjat dan menumpuk diri untuk memblokir sebuah koridor di belakang aula Buddha, sambil mengacung-acungkan capitnya sebagai bentuk intimidasi. Tampaknya ada sesuatu yang penting di belakang sana, seolah berusaha menghalangi musuh bersama masuk ke dalam.
Secara bersamaan, gerombolan kalajengking pasir menyerbu dari berbagai jalur, melompat-lompat untuk menyerang.
Niu Daomei sempat ingin mundur lewat rute yang sama. Namun teringat pembunuh bayaran mungkin sudah mengejar dari belakang, mundur sekarang berarti bunuh diri. Dalam sekejap, tubuhnya berputar bak gasing. Pedang di tangannya menebas dan menusuk tak kenal ampun, energi pedang menyambar-nyambar. Kalajengking yang mengepungnya berhamburan terbunuh dengan anggota tubuh tercabik-cabik.
Dengan gesit dia menerjang ke sisi aula, menghantamkan tinju ke dinding hingga batu-batu berhamburan. Namun ternyata di balik lapisan batu terdapat tanah keras yang tak memungkinkannya meloloskan diri seperti saat menyelam ke dalam pasir.
Terbangkit dan memukul sekumpulan kalajengking pasir yang mengepung, tubuhnya melesat keluar dari kekacauan, melayang ke arah atap dan mendarat di batuan penghubung tinggi di atasnya.
Gemuruh! Sebuah pukulan keras lagi menghujam atap, batu-batu tebal berhamburan dengan suara braak, namun struktur yang tak diketahui membuat lapisan batu saling bertautan di atasnya, tak terukur ketebalan dan tingginya.
"Brengsek kau..." Niu Daomei bergumam sambil mengumpat.
Kalajengking pasir yang melompat di bawah tak mampu mencapai ketinggian itu, namun mereka merayap melalui dinding dan pilar batu dari segala penjuru, bersiap mengepung dari atas struktur.
Situasi tak mengizinkan kelambatan, Niu Daomei cepat-cepat mengamati medan sekitar. Melompati balok-balok, kembali ke posisi atas pintu masuk koridor tempatnya menerobos tadi. Memanggil Kupu-kupu Bulan dan segera menyimpannya.
Kegelapan kembali menyelimuti aula. Rombongan kalajengking pasir berhamburan ke arah ini, memblokir pintu masuk dan mulai merayap naik.
Niu Daomei meringkuk di sudut balok tanpa bersuara, merasakan kedatangan kalajengking yang merayap cepat. Bersiap mengaktifkan Gang Qi Pelindung untuk menahan serangan tanpa membalas.
Tiba-tiba, GEMURUH! Getaran dahsyat mengoyak pintu masuk. Energi pedang yang garang menerobos, memenggal barisan kalajengking yang menghadang.
Di pintu masuk, cahaya dari kepakan sayap Kupu-kupu Bulan mulai terlihat, siluet seseorang bertubuh tinggi kurus menerobos masuk. Banyak kalajengking pasir langsung menyerangnya, sementara Kupu-kupu Bulan hinggap di bahunya.
Pria tinggi kurus itu menggerakkan tubuhnya, energi pedang berantakan mengacau. Potongan tubuh kalajengking pasir yang mengepung beterbangan, semakin menarik banyak serangan dari kalajengking pasir.
Memanfaatkan pria tinggi kurus yang menarik perhatian banyak kalajengking pasir, dan juga memanfaatkan kekacauan ini sebagai penyamaran, Niu Daomei cepat-cepat melompat turun. Ia menyelinap keluar dari pintu masuk yang sebelumnya diblokir kalajengking pasir tapi kini telah diterobos paksa oleh pria itu, lalu melarikan diri lewat rute yang sama.
Ia yakin, tempat yang menjadi sarang banyak kalajengking pasir ini pasti memiliki pintu masuk/keluar menuju gurun.
Tapi untuk sementara hantu saja yang tahu lokasi pasti pintu masuknya, yang penting pembunuh di belakang masih mengejar. Ia tak punya waktu berputar-putar mencari jalan keluar, ditambah keributan yang ditimbulkan kalajengking pasir sepanjang jalan pasti akan memancing perhatian si pembunuh. Terus dikejar seperti ini terlalu berbahaya.
Karena itu, dengan cepat ia menenangkan diri dan memutuskan: kembali lewat rute yang sama lebih praktis. Pasti ada ahli bela diri dari tiga sekte di luar yang bisa menghalangi, cukup untuk memberinya waktu melarikan diri.
Yang ia butuhkan adalah selisih waktu antara dirinya dan si pembunuh yang masuk-keluar aula ini.
Begitu menerobos masuk ke koridor rute awal, beberapa kalajengking pasir yang belum mundur dari mulut koridor langsung menyerangnya.
Pria tinggi kurus yang sedang menghalau kalajengking pasir sembari mencari Niu Daomei di bagian bawah tiba-tiba menoleh. Meski tak melihat bayangan Niu Daomei, dia menyadari sesuatu dan tersenyum sinis penuh amarah.
Berani bermain tipu muslihat di wilayah kekuasaannya! Target eksekusi ini jelas memiliki ketenangan dan kewaspadaan luar biasa saat menghadapi masalah. Nyali yang dimilikinya benar-benar melebihi manusia biasa!
Energi Gang Qi tiba-tiba meledak dari tubuhnya, berputar kencang. Pria tinggi kurus itu tak lagi bermain-main dengan kalajengking pasir, langsung menyeruduk dengan paksa.
Braak! Braak! Braak! Kalajengking pasir yang menyerang dan tertabrak beterbangan seperti terpental. Siluet pria tinggi kurus itu telah menyusup ke koridor masuk, mengejar dengan panik.
Niu Daomei berlari liar dalam kegelapan. Sensor Qinya mendeteksi timbunan pasir di koridor yang runtuh. Dia langsung menghantam dengan satu telapak tangan, membuat pasir beterbangan dan pasir hisap masuk deras. Ia memanfaatkan momentum untuk menerobos tumpukan pasir.
Hampir bersamaan dengan munculnya dari lubang di atas, kilatan cahaya menyambar di koridor.
Pria tinggi kurus dengan Kupu-kupu Bulan di bahu telah tiba. Di tengah debu pasir beterbangan, ia menghujamkan pedangnya. Tanpa peduli apakah Niu Daomei sudah keluar atau belum, lebih baik menebas dulu untuk menghindari jebakan.
Tumpukan pasir kembali meledak. Pria itu cepat-cepat menyimpan Kupu-kupu Bulan di bahunya ke kotak pribadi, lalu menyusup ke dalam pasir. Dengan gesit ia mengejar suara desiran pelarian yang berasal dari dalam timbunan pasir.
Dia telah menyadari maksud Niu Daomei yang kembali melalui rute yang sama, pasti ingin membuat komplotannya menghalanginya demi membuka peluang kabur.
Mana mungkin dia membiarkan Niu Daomei meraih keinginan! Gang Qi di sekujur tubuhnya berkumpul dan berputar dalam amarah, dia mengejar dengan kecepatan puncak!
Merasakan kecepatan pengejaran dari belakang, Niu Daomei diam-diam mengeluh. Kali ini benar-benar bertemu ahli bela diri sejati, bertemu jagoan!
Sesaat sebelum menyentuh target, orang tinggi kurus itu kembali mengayunkan pedang dengan ganas.
Saat tiba waktunya berjuang mati-matian, Niu Daomei tak banyak bicara. Jimat Warisan Ilmu dalam tubuhnya diaktifkan, telapak tangannya melepaskan cahaya merah menyala-nyala.
Energi pedang ganas bertabrakan dengan kekuatan mengerikan yang terkumpul dari kultivasi kultivator Pil Emas.
BRAK! Ledakan dahsyat dari tubrukan itu menyapu sekeliling. Kerongkongan Niu Daomei terasa manis, sambil menggunakan Qian Kun Nuo Yi untuk menyerap gaya, dia kembali melepaskan energi Jimat Warisan Ilmu sebagai serangan balasan, lalu kabur secepat mungkin.
Namun telapak tangan tambahan ini bagi si tinggi kurus sama vitalnya dengan malapetaka maut.
Tubrukan ledakan kekuatan pertama ini persis seperti situasi saat pengejaran sebelumnya. Ruang di sekeliling tubuh si tinggi kurus yang telah dia buka mulai runtuh.
Keadaan ini membuatnya kaget lagi. Hatinya bertanya-tanya: Berapa banyak "talisman ledakan" yang dimiliki penjahat ini sampai bisa digunakan semewah ini?!
Untunglah dengan pengalaman pertama tadi, dia segera mempersiapkan sihir untuk menahan tekanan tanah yang dahsyat secara mentah-mentah.
Namun yang tak pernah ia bayangkan dalam mimpinya, sebuah gemuruh dahsyat kembali menerjang. Baru saja ia berjuang mati-matian menahan tekanan dahsyat dari bumi, serangan ini nyaris membuat nyawanya melayang.
Terjebak dalam timbunan pasir yang membuatnya tak bisa bergerak, tak ada cara untuk menghindar. Ia harus terus mempertahankan tenaga magisnya menahan tekanan bumi sekaligus menghadapi serangan mematikan ini!
Tanpa pilihan lain, ia memprioritaskan menahan serangan maut terlebih dahulu, mengerahkan seluruh tenaga magisnya untuk bertahan mentah-mentah!
Gemuruh! Serangan berhasil ditahan, namun guncangannya nyaris membuatnya tak sadarkan diri. Tekanan bumi yang menyusul kemudian hampir menghancurkannya menjadi bubur daging.
Hanya berkat ketangguhan tenaga magisnya yang luar biasa, ia bisa bertahan dari ujian ini.
Wajahnya menyiratkan kepedihan, seluruh tubuhnya bergetar. Saat ia memaksakan tenaga magisnya membuka ruang di sekelilingnya, tenggorokannya terasa panas dan segumpal darah menyembur dari mulutnya.
Dengan segala daya upaya, ia berjuang menerobos ke atas!
Ia sadar lukanya parah. Jika tak segera keluar, nasibnya mungkin akan berakhir terkubur selamanya di gurun ini...
Di permukaan, pertempuran telah usai. Sepuluh murid dari tiga sekte berhasil membunuh dua pembunuh dan menangkap satu tersisa yang terluka!
Mereka juga mengingat pesan Niu Daomei untuk menyisakan satu tawanan hidup.
Ketiga kultivator dari tiga sekte yang telah menyelesaikan urusan dengan Manager Pan tiba, pertempuran telah berakhir. Alih-alih bergabung, mereka justru membantu melawan gerombolan kalajengking pasir yang berdatangan.
Kumpulan kalajengking pasir semakin banyak, mereka juga tidak tahu apakah harus pergi atau tidak, Niu Daomei menghilang, entah hidup atau mati!
Jika pergi, bagaimana jika Niu Daomei membutuhkan bantuan mereka?
Sulit memutuskan sejenak, terpaksa bertahan melawan gerombolan kalajengking pasir sambil menunggu.
Tiba-tiba, suara gemuruh datang dari bawah tanah, disusul dentuman berikutnya.
Para kultivator tiga sekte yang melawan banyak kalajengking pasir saling pandang, antara cemas dan lega - cemas karena tidak tahu kondisi di bawah, lega karena masih ada aktivitas berarti Niu Daomei masih hidup.
Brak! Hujan pasir menyembur dari tanah tak jauh, sosok manusia melesat ke langit dari dalam pasir, jubah hitamnya terkibas-kibar di bawah sinar bulan.
"Niu Daomei..." seseorang berseru gembira.
Beberapa kalajengking pasir melompat ke udara, mengepung Niu Daomei yang sedang mendarat.
Niu Daomei memotong ekor kalajengking yang menusuk dengan pedang kilat, menginjak tubuh makhluk itu untuk meluncur dengan dorongan, melesat ke arah kelompok tiga sekte.
Hampir bersamaan, tanah kembali menyemburkan hujan pasir, pria tinggi kurus juga muncul dari dalam pasir.
Niu Daomei berseru, "Hentikan dia!"
Belasan anggota tiga sekte segera melesat menghadang.
Pria tinggi kurus yang menumbangkan sekelompok kalajengking dengan telapak tangan dari udara itu mendarat, darah menetes dari sudut mulutnya yang berdarah-darah.
Melihat sekelompok kultivator Pil Emas menyerang, wajahnya dipenuhi kemarahan tak terhingga. Tiba-tiba dia membentangkan kedua lengannya, tenaga magis liar membanjir keluar. Permukaan gurun dalam area luas berpusat padanya bergetar seperti saringan.
"Ah!" Pria tinggi kurus itu mengangkat tangan dengan kasar, mendongak ke langit sambil mengaum gemuruh. Darah mengalir dari ""-nya.
Gemuruh! Pasir gurun dalam skala besar meledak ke angkasa, pasir dan kalajengking pasir tercabik-cabik oleh kekuatan brutal, meledak bersama menghanyutkan belasan kultivator yang menyerbu.
Pria kurus di tengah badai pasir itu mengayunkan pedang, mengeluarkan energi pedang menggetarkan bertubi-tubi.
Badai pasir mereda, bangkai kalajengking pasir berhamburan. Belasan kultivator yang terserang pun jatuh tersandung, dua di antaranya sudah terpotong separuh oleh energi pedang mematikan.
Para penyintas yang berhasil menahan serangan brutal itu wajah memucat, mata penuh panik menatap pria kurus berpedang itu. Tak disangka orang ini begitu menakutkan!
Niu Daomei yang sedang bersiap kabur menoleh ke belakang, tertegun. Jika puluhan orang ini tak sanggup menahan satu serangannya, percuma dia lari!
Namun sesaat kemudian, pria tinggi itu tiba-tiba limbung. Darah segar mengucur deras dari ""-nya.
Sruukk! Niu Daomei segera bertindak, melemparkan pedangnya yang berubah menjadi aliran cahaya. Sementara itu, tinjunya menghempas kalajengking pasir yang mengepung.
Pria tinggi kurus mengangkat lengan mengayunkan pedang menghalangi aliran cahaya yang datang, namun lengannya tak berdaya menahan. Braak! Pedangnya terpental, menunjukkan level kelemahannya yang mengkhawatirkan.
Pu! Aliran cahaya menembus dadanya, hanya menyisakan gagang pedang. Punggungnya menyemburkan percikan darah disertai kilatan bilah pedang yang menyala-nyala.
