Niu Daomei yang hendak memasuki kabin kapal tiba-tiba menghentikan langkahnya, menoleh ke arah daratan, "Mereka naik ke darat?"
Gongsun Bu menghela napas: "Hei Mudan khawatir Anda dalam bahaya, membawa Duan Hu ke darat, katanya untuk mengalihkan kemungkinan bahaya yang mengancam Anda."
"Mengalihkan bahaya untukku?" Sorot mata Niu Daomei beralih ke wajahnya, tubuhnya perlahan berbalik menghadapinya, membentak: "Kondisi seperti apa ini?"
Teriakan ini menarik perhatian Lu Lijun yang sedang berada di dalam, berdiri di depan pintu kabin sambil memandang ke arah mereka.
"Sebelumnya menerima pesan, memerintahkan kita berangkat saat fajar. Hei Mudan memprediksi Tao Ye mungkin menghadapi bahaya…" Gongsun Bu menjelaskan kondisinya secara detail.
Guan Fangyi mengedipkan mata indah besarnya yang berkilauan, dalam hati bergumam: Apapun yang dilakukan Hei Mudan benar atau salah, tak bisa disangkal dia adalah bawahan yang setia. Di dunia seperti ini, orang seperti ini langka!
"Keterlaluan!" Niu Daomei mencela marah, pedang di tangannya menghunjam keras di geladak kapal, "Aku melarang kapal menepi ke darat supaya kalian menunggu di laut. Lari ke darat buat apa? Siapa yang menyuruh kalian ke darat?"
Bagaimana Gongsun Bu menjawab ini? Namun dia juga menyadari: Kemarahan sebesar ini dari Niu Daomei membuktikan bahaya itu nyata. Hatinya mulai cemas akan keselamatan Hei Mudan dan Duan Hu!
Niu Daomei wajah pucat, mondar-mandir di geladak kapal sambil sesekali melirik ke arah garis pantai, pandangannya penuh kecemasan.
Sebelumnya dia sudah merasa ada keanehan, sejak kabur dari padang rumput pengembangbiakan, perjalanan mereka terlalu lancar tanpa hambatan sama sekali, tidak ada indikasi pencarian yang dirasakan.
Dia sempat berpikir mungkin dirinya terlalu paranoid, sama sekali tidak muncul situasi mengkhawatirkan yang dia bayangkan, tak ada perlawanan yang terlihat.
Sekarang jelas, mungkin benar dirinya terlalu khawatir, atau mungkin Hei Mudan telah memainkan peran dengan baik, benar-benar berhasil mengalihkan perhatian pasukan centaur pencari.
Logikanya sederhana: jika benar ada bahaya seperti itu, dari selisih waktu dan analisis situasi musuh-sekutu, pasti bisa dibuat prediksi serangan dini.
Semoga ini hanya kekhawatiran berlebihan, semoga tidak ada bahaya potensial yang dikhawatirkannya benar-benar muncul.
"Apakah mereka membawa Jin Chi?" tanya Niu Daomei sambil menoleh dari tepi kapal.
Gongsun Bu menjawab: "Tidak!"
Niu Daomei: "Apakah mereka menyebutkan arah tujuan?"
Gongsun Bu menggelengkan kepala: "Juga tidak, hanya bilang jika keadaan darurat dan tidak bisa menunggu, mungkin akan pergi ke tempat Shen Qiu dan yang lain, akan bertemu kita di sana."
Dum! Pedang di tangan Niu Daomei kembali menghunjam keras ke geladak, amarahnya tak menemukan saluran pelampiasan.
Tanpa Jin Chi berarti tidak bisa menghubungi Hei Mudan cs, tidak tahu tujuan mereka berarti mustahil melacak. Darat begitu luas, mengandalkan beberapa orang mencari tanpa arah seperti kucing buta kejar tikus, sama saja dengan mencari jarum dalam jerami - sungguh tidak realistis!
"Tao Ye, sekarang harus bagaimana?" Gongsun Bu mencoba bertanya, maksud tersiratnya: masihkah harus meneruskan pelayaran?
Niu Daomei membentak marah: "Masih bisa apa? Tunggu!"
Guan Fangyi awalnya ingin menunjukkan sikap kekanak-kanakannya yang biasa, namun melihat lokasi pertemuan ini, dia kesal. Menurutnya Niu Daomei terlalu licik - saat menyuruh Chen Bo dan dua lainnya pergi, dia menolak mengungkapkan lokasi, jelas-jelas berusaha berjaga-jaga.
Tapi melihat ekspresi Niu Daomei yang jelas sedang emosi, sikap kekanak-kanaknya pun ditelan...
Sebuah rangkaian pegunungan curam dengan nama tempat "Sembilan Aliran".
Di kaki gunung, dua penunggang kuda melesat.
"Kakak, bahaya!"
Duan Hu yang terus-menerus mengawasi sekeliling tiba-tiba berteriak panik dari punggung kudanya.
Hei Mudan menoleh tajam, mengikuti arah pandangannya. Di bawah sinar bulan purnama, beberapa bayangan hitam besar melintas - burung-burung raksasa.
Wajah Hei Mudan berubah pucat. Situasi ini di luar perkiraannya. Rencana awalnya adalah membuat keributan lalu kabur ke medan berat, mengandalkan keunggulan geografis untuk meloloskan diri. Tapi tak disangka pihak lawan menggunakan burung besar untuk mengejar, apalagi dalam jumlah banyak!
Dalam pemahamannya, satu ekor burung besar saja harganya selangit. Tak terbayangkan ada yang berani menggunakan banyak burung besar hanya untuk mengejar.
Sebelumnya dia yakin bisa kabur, tapi kecepatan reaksi lawan dengan menggunakan burung besar melampaui perkiraannya. Tak disangka mereka bisa menyusul secepat ini, sampai-sampai dia kehilangan momentum untuk melarikan diri!
"Tidak mungkin burung-burung besar ini hanya lewat secara kebetulan!" Dia tahu ini benar-benar masalah besar, benar-benar bahaya!
"Pergi!" Hei Mudan berteriak keras, melompat dari punggung kuda dan terbang menuju gunung.
Duan Hu juga segera melompat menyusul. Keduanya meninggalkan kendaraan tunggangan, melepas tudung kasa, memperlihatkan wajah asli mereka dalam kepanikan melarikan diri!
Di udara, lima burung terbang berpisah dan menyatu, menjelajahi area sambil naik turun ketinggian.
Seekor burung nyaris menyentuh tanah, melayang rendah di atas dua kuda yang ditinggalkan, lalu meluncur miring ke atas mengejar dua figur yang sedang melesat di lereng gunung.
"Kriiik!" Burung itu mengeluarkan suara lengkingan panjang sebagai alarm.
Empat burung lain segera berbelok, mengepakkan sayap lebih cepat dan meningkatkan kecepatan mengejar.
Tak lama, Hei Mudan dan Duan Hu terpojok di puncak gunung. Di seberangnya terbentang ngarai curam dengan aliran sungai bergemuruh.
Seekor burung berputar-putar di atas kepala mereka, dua lainnya mengitari, satu hinggap di seberang ngarai, dan seekor lagi bolak-balik melintasi arus deras.
Setiap burung membawa tiga penunggang berjubah hitam dengan wajah setengah tertutup, menyembunyikan identitas.
Dari jenggot dan keriput wajah beberapa orang terlihat, banyak yang sudah berusia lanjut.
"Jalan melarikan diri telah terputus sepenuhnya, kami juga terkepung total!" Hati Hei Mudan dan Duan Hu dipenuhi ketegangan dan kegelisahan. Mengaku tidak takut sama sekali hanyalah kebohongan.
Seekor burung terbang mengantarkan seorang pria yang mendarat di hadapan mereka, matanya mengamati wajah kedua orang ini dengan saksama.
Bagi yang berpengalaman, jelas terlihat bahwa keduanya tidak menggunakan teknik penyamaran.
Secara kasat mata, warna kulit dan kecantikan Hei Mudan tidak sesuai dengan Guan Fangyi. Sementara usia Duan Hu jelas jauh lebih tua dari Niu Daomei, mustahil dia adalah Niu Daomei.
Hei Mudan bersuara berat: "Kalian ini siapa? Mengapa terus menerus mengejar kami?"
"Kalian bukan Niu Daomei dan Guan Fangyi! Berpura-pura menjadi mereka untuk mengecoh kami! Cepat katakan, ke mana Niu Daomei pergi?" Pria itu bertanya dengan suara menggelegar.
Hei Mudan: "Tidak mengerti apa yang kau bicarakan!"
"Berani sekali bersikap keras kepala!" Pria itu membalikkan telapak tangan. Bayangan telapak tangan sebesar meja berpendar cahaya hijau melesat dengan dahsyat!
Keduanya kaget. Tak ada celah untuk menghindar. Begitu pria itu bertindak, langsung terasa bahwa kekuatannya sama sekali tak mungkin dilawan.
Tapi setelah bertahun-tahun menjelajahi dunia kultivasi bersama, kerja sama mereka sudah seperti menyatu.
Hei Mudan segera mengerahkan seluruh tenaga kultivasinya, kedua telapak tangan menyemburkan energi pertahanan.
Duan Hu menempelkan kedua telapak tangannya di punggung Hei Mudan, mentransfer seluruh tenaga magisnya untuk mendukung pertahanan.
BOM! Bayangan telapak tangan hijau itu menghancurkan pertahanan gabungan mereka dalam sekejap.
Hei Mudan melemparkan kedua lengannya, suara tulang-tulang yang remuk terdengar jelas. Dari mulutnya "Pu!" menyemburkan darah segar ke langit.
Braak! Getaran menghempas Hei Mudan yang terpental hingga menabrak Duan Hu. Yang terakhir juga "Pu!" mengeluarkan darah, namun sebagian besar daya serang ditanggung Hei Mudan. Kondisi Duan Hu jelas jauh lebih baik.
Dua siluet manusia terlempar oleh satu telapak tangan, jatuh ke dalam ngarai. Dengan suara 'brak-brak', mereka menghantam arus deras di dasar jurang.
Burung-burung mitos yang meliuk di ngarai menyambar. Seorang manusia tiba-tiba terjun bebas, menggenggam sebuah Mutiara Malam, menyelam ke air untuk mengejar kedua orang itu!
Begitu masuk air, Duan Hu langsung memeluk Hei Mudan yang nyaris tak berdaya. Berjuang mati-matian menyelam ke dasar air, mengikuti arus deras. Dia tahu sungai ini mungkin satu-satunya harapan kabur mereka.
Seakan ada kilatan cahaya mengejar dari belakang. Duan Hu panik.
Dalam kepanikan, naluri bertahan hidup membuatnya tak akan melewatkan kesempatan sekecil apapun. Tangannya menyentuh celah selebar dua jari - entah mulut gua atau tebing yang lapuk. Tanpa pikir panjang, dia mendorong Hei Mudan yang terpelintir di lengannya masuk ke celah itu.
Melihat Hei Mudan bisa masuk dengan mudah, berarti masih ada ruang di dalam. Duan Hu pun menyusul menyelinap masuk.
Begitu masuk, baru menyadari ini adalah gua air. Tidak tahu seberapa besar ruang di dalamnya. Segera memeluk Hei Mudan dan menempel di dalam tanpa berani bergerak. Satu tangan menutup mulut Hei Mudan, mencegah aroma amis darah dari hidung dan mulutnya keluar lagi.
Setelah kilau cahaya di luar gua menghilang, Duan Hu mengulurkan kakinya yang melayang ke belakang, menemukan lagi sebuah mulut gua kecil.
Awalnya dia mengabaikan mulut gua kecil ini. Memeluk Hei Mudan, berenang menuju ruang lebih besar di dalam. Keduanya segera muncul ke permukaan air. Ruang di dalam tidak diketahui besarnya.
Awalnya ingin membawa Hei Mudan naik ke darat, tapi setelah berpikir, ternyata menyelam kembali ke air. Menemukan mulut gua kecil di pinggir lubang sebelumnya. Setelah menjelajah sebentar, ruang di dalam hanya cukup untuk tiga empat orang. Memasukkan Hei Mudan ke dalam, lalu sendirian mengambil batu besar dari dalam gua air. Saat masuk sendiri, menyeret batu besar untuk menutup mulut gua kecil itu.
Di permukaan air deras, Mutiara Malam tiba-tiba bersinar. Seseorang muncul ke permukaan sambil menggoyangkan Mutiara Malam, lalu menyelam kembali.
Dari atas, sepuluh orang segera terjun terbang. Satu per satu mengeluarkan Mutiara Malam dan menyelam ke air. Seketika terlihat cahaya-cahaya di dasar sungai yang deras, menyebar ke hulu dan hilir untuk mencari.
Dua ekor burung mitos masing-masing mengangkut satu orang, bolak-balik berpatroli di atas sungai.
Di udara masih ada dua ekor lagi yang masing-masing membawa satu orang, berpatroli di sekitar pegunungan.
Pria berjubah hitam yang menyerang itu berdiri di tebing, di sampingnya seekor burung mitos.
Seseorang menemukan mulut gua persembunyian Duan Hu, membawa Mutiara Malam menyusup masuk.
Duan Hu yang bersembunyi di sudut kecil dekat mulut gua langsung tegang. Ia bisa melihat cahaya menyusup masuk melalui celah batu yang menghadang lubang kecil itu.
Namun keputusan cerdik yang dibuatnya dalam kepanikan ternyata tepat. Orang yang datang mengabaikan mulut gua, masuk ke dalam lalu melewatkan batu besar di sudut, memasuki bagian dalam sambil terus mempersiapkan sihir untuk memeriksa, sama sekali tak menyangka ada orang tersembunyi di pintu masuk gua.
Dalam level tertentu, pilihan awal Hei Mudan menjadikan Sembilan Aliran Sungai sebagai arah pelarian adalah keputusan yang cerdas.
Orang itu muncul ke permukaan air di bagian dalam, naik ke tepian, mengangkat Mutiara Malam menyelidiki ruang bawah tanah sedalam puluhan zhang. Semua gua besar-kecil yang terhubung di dalam tidak ada yang terlewat.
Setelah pemeriksaan menyeluruh dan tak menemukan siapa-siapa, orang itu akhirnya kembali ke air, menyelinap keluar gua, lalu masuk ke sungai deras di luar untuk terus mencari tempat lain.
Dari lubang kecil persembunyiannya, Duan Hu melihat cahaya melintas cepat di luar.
Ia tahu orang itu sepertinya sudah pergi, tapi tetap tak berani bergerak sembarangan, terus bersembunyi.
Hingga merasakan Hei Mudan yang pingsan dalam pelukannya hampir kehabisan napas, barulah ia terpaksa mengambil risiko dengan hati-hati mendorong batu penghadang, menarik Hei Mudan keluar, menyelam masuk ke dalam gua sambil menggendongnya naik ke tepian.
Mempersiapkan sihir untuk mengendalikan tetesan air di tubuh mereka, menerobos masuk lebih dalam, lalu menemukan ruang persembunyian bersama. Barulah ia melakukan pertolongan pertama pada Hei Mudan...
