Shao Sanxing melirik ke kiri-kanan, berbisik, "Apakah mereka memang menargetkan nona muda? Haruskah kita memberi peringatan padanya?" Yang dia maksud adalah Su Zhao. Karena ada anggota Gunung Dazen di sekitarnya, dia tak bisa berbicara terbuka tentang hubungan mereka dengan Paviliun Bulan Sabit, khawatir orang-orang Gunung Dazen mendengarnya.
Angin tiba-tiba mengamuk, menyapu hamparan pasir kuning, menerbangkan kerudung jubah Shao Pingbo yang menutupi sebagian wajahnya, sekaligus membuka jubahnya. Di balik jubah putih itu, terlihat baju putihnya yang seputih salju.
Shao Pingbo yang rambutnya sudah mulai memutih menantang Langit dengan kepala tegak, menatap langit biru laut. Pikiranannya melayang pada kenangan di dalam kamar Su Zhao. Ekspresinya sedikit terganggu, sepertinya menyadari sesuatu.
"Hatinya sudah tak di sini lagi. Tak bisa dipertahankan. Beri tahu orang-orang di pihaknya, biarkan nasibnya yang menentukan." Shao Pingbo berkata datar sambil tetap menatap Langit.
Hati Shao Sanxing bergetar. Dia pun menyadari maksud tersembunyi dari perkataan itu - bukan memperingatkan Su Zhao, tapi memberitahu Paviliun Bulan Sabit bahwa Su Zhao sudah terbongkar. Bagaimana Paviliun biasanya menangani anggota yang terungkap? Entah apakah orang di belakang Su Zhao bisa mempertahankannya.
"Selain itu, pihak sana melarang untuk menyentuh Niu Daomei. Entah perjanjian apa yang mereka buat dengan Niu Daomei. Kemungkinan Yuan Gang juga tak akan diganggu... Beri tahu juga pengadilan Qi tentang status mata-mata An Taiping."
Shao Pingbo menambahkan, kali ini berniat menghabisi Yuan Gang.
Jubahnya berkibar-kibar tertiup angin di belakangnya, seluruh tubuhnya bagai burung putih yang hendak mengepakkan sayap terbang, menciptakan kesan seolah dia ingin menunggang angin dan menghilang...
"Kediaman Jenderal Huyan, seorang kasim berpostur besar memimpin beberapa orang masuk."
"Kasim berpostur besar ini adalah orang yang dulu menangkap Linghu Qiu, bernama Mo Zhe, murid kepala pengawas istana Bu Xun."
"Para pengawal berhenti di paviliun, Mo Zhe diundang masuk ke aula utama untuk minum teh."
"Tak lama kemudian, Cha Hu menemani Huyan Wuhui tiba. Mo Zhe cepat-cepat meletakkan cangkir teh lalu bangkit, memberi hormat: 'Hamba menyampaikan penghormatan untuk Jenderal Shang!'"
"Huyan Wuhui bertanya: 'Apakah Yang Mulia punya dekrit khusus?'"
"Mo Zhe menjawab sopan: 'Tidak ada dekrit, tapi Yang Mulia menyuruh hamba menyampaikan pesan untuk Jenderal Shang.'"
"Huyan Wuhui membusungkan dada mendekatinya: 'Bicaralah.'"
"Mo Zhe berkata: 'An Taiping pemilik Kedai Tahu, status sebenarnya adalah pelayan setia Niu Daomei dari Kabupaten Pegunungan Hijau, Nan Zhou, Kerajaan Yan. Nama aslinya Yuan Gang.'"
"Mata harimau Huyan Wuhui berkedut. Perlahan ia menoleh bertukar pandang dengan Cha Hu yang juga terkejut."
"Huyan Wuhui bertanya: 'Apakah ada kesalahpahaman? Jika dia mata-mata, mengapa menolak bergabung dengan Pasukan Xiaoqi?'"
"Mo Zhe menjawab: 'Hamba tidak tahu. Yang Mulia menyuruh hamba menyampaikan: Semua keputusan ada di tangan Jenderal Shang.'"
"Huyan Wuhui diam sejenak, lalu bertanya perlahan: 'Apakah Yang Mulia punya perintah lain?'"
"'Tidak. Yang Mulia hanya ingin mengingatkan Jenderal Shang agar tidak terdesak. Jika tidak ada hal lain, hamba pamit untuk kembali melapor.' Mo Zhe mengatupkan tangan lalu pergi."
Huyan Wuhui menyampingkan badan memberi jalan, mengulurkan tangan membuat gestur undangan, lalu berkata pada Cha Hu: "Tolong antarkan beliau."
"Tidak perlu tidak perlu." Mo Zhe cepat-cepat melambaikan tangan.
Namun Cha Hu tetap mengantarnya sampai ke gerbang utama baru kembali.
Huyan Wuhui membisu di aula utama. Saat Cha Hu kembali, mendekat dan bertanya: "Hukuman apa yang akan Jenderal berikan?"
Huyan Wuhui mengusap janggut sambil bergumam: "Niat mendekati keluarga Huyan memang nyata, tapi tidak terlihat seperti mata-mata. Juga tidak melakukan hal merugikan bagi keluarga kita."
"Sekarang belum bertindak, bukan berarti nanti tidak akan." Cha Hu tersenyum. "Apakah Jenderal berniat merekrutnya?"
Huyan Wuhui: "Aku bahkan berani memakai jenderal dari pasukan musuh yang kalah, apalagi dia? Asalkan dia mau tinggal! Harimau, ribuan prajurit mudah didapat, seorang jenderal sulit dicari! Bertahun-tahun aku di militer, tidak mungkin salah menilai orang."
Cha Hu tersenyum tanpa komentar...
Paviliun sisi barat yang baru direnovasi bisa dibilang kompleks termewah di kediaman Jenderal Shang.
Huyan Wei pulang dengan wajah hitam legam, diikuti dua kultivator yang terlihat seperti mengawalnya kembali.
"Wah, ada kabar buruk ya?"
Hao Qingqing yang sedang membawa pedang dari taman kebetulan bertemu, melihat ekspresi Huyan Wei langsung melontarkan candaan.
Huyan Wei sama sekali tidak mempedulikannya, masuk ke aula utama sementara dua kultivator itu berjaga di paviliun.
"Ada apa terjadi?" Hao Qingqing mendekati dua kultivator itu dan bertanya.
"Seorang kultivator tersenyum menggelengkan kepala, "Kami juga tidak tahu, pihak Jenderal Shang menyuruh kami mengawasinya, untuk sementara tidak boleh membiarkannya melakukan hubungi sedemikian dengan dunia luar.""
Hao Qingqing berseru "Hei" penuh keheranan, berbalik dan kembali ke aula utama, menemukan Huyan Wei sedang duduk di dalam ruangan sambil menuang teh ke dalam gelas dengan geram.
"Ada apa ini? Gadis simpanan siapa yang berani menyinggungmu?"
Hao Qingqing duduk di sampingnya sambil melontarkan sindiran.
Prak! Huyan Wei meraih cangkir teh dan menghancurkan di lantai, meraung "Jangan mengganggu aku!"
Aksi mendadak ini membuat Hao Qingqing kaget, tapi dia bukan main, saat lawannya menghancurkan cangkir, seketika dia "Braak!" menghunus pedang dan mengarahkannya ke leher Huyan Wei, "Berani-beranian mengancamku, kau ingin cepat mati?"
Menghindari kerugian di depan mata, Huyan Wei langsung menyerah, "Putri berkata apa, aku tidak marah padamu, aku marah pada An Taiping itu, salah, harusnya Yuan Gang. Bangsat, dia membohongiku habis-habisan."
Mata indah Hao Qingqing berkedip, pedang yang mengarah ke lehernya melepas, bertanya: "Cepat cerita, sebenarnya ada apa ini?"
Huyan Wei menggeleng: "Ah, ini menyebalkan sekali, lebih baik tidak usah dibicarakan!"
Sruukk! Hao Qingqing mengarahkan pedang ke dadanya, "Mau cerita atau tidak?"
Wanita ini selalu mengancamnya dengan pedang, Huyan Wei menjadi marah, "Bagaimana? Kalau aku tidak cerita, kau mau membunuh suamimu sendiri?"
Hao Qingqing berkata sambil tertawa: "Anak Jenderal Shang, mana berani aku membunuhnya sembarangan. Tapi menusuk beberapa lubang di tubuhmu masih berani kok." Begitu ucap, pedang di tangannya mendesak, mata pedang langsung merobek pakaiannya.
"Hei hei hei, ada baiknya kita bicara baik-baik." Huyan Wei langsung berubah sikap merengek minta ampun. Dia tahu betul si wanita manja ini memang bisa melakukan apa saja.
Dari posisi lebih tinggi, Hao Qingqing menodongkan pedang ke arahnya yang duduk di kursi, "Mau ngomong atau enggak?"
Huyan Wei menghela napas lesu, "Masalah ini bikin pusing. An Taiping itu nama aslinya Yuan Gang, anak buah Shang Chaozong Pangeran Yongping dari Kabupaten Pegunungan Hijau Yan. Bisa jadi mata-mata. Sudah lama keluarga Huyan memperlakukannya baik, aku juga anggap dia saudara. Tapi dia tega menipuku. Baru tadi Ayah menanyai beberapa hal terkait, baru kuketahui kalau pihak Ayah sudah menyiapkan jebakan. Rencananya setelah semua pegawai Kedai Tahu pulang bereskan lapak, langsung digulung habis. Ayah takut aku ceroboh sampai ketahuan, jadi menyuruh orang menjagaku..."
Setelah mendengar, Hao Qingqing mencibir, "Cuma masalah segitu doang." Dengusnya pendek, pedang bermata dingin kembali ke sarungnya sebelum ia berlalu.
"Bajingan!" Huyan Wei menyumpah pelan ke arah siluet tubuhnya yang menjauh, lalu kembali duduk menggerutu.
Di dalam ruang baca, Hao Qingqing mondar-mandir sebentar sebelum akhirnya duduk dan menulis sepucuk surat.
Setelah mengemas amplop dengan rapi, dia memanggil dayangnya dan menyerahkan surat tersebut sambil berpesan: "Pergilah ke Kedai Tahu, berikan surat ini langsung ke tangan pemilik kedai yaitu An Taiping. Ingat, harus ke tangannya sendiri..."
Fu Fang Yuan.
Di balai paviliun, Yu Cang bersandar di pagar sambil memegang surat: "Yuan Gang! Kalau memang ada ketertarikan mendekati Su Zhao, artinya Niu Daomei sudah tahu status Su Zhao."
Du Gu Jing menjawab: "Sepertinya begitu."
Yu Cang: "Faksi kita sampai bisa bocor informasi sebesar ini, pasti ada kaitan dengan sikap membiarkan Kepala Suku Bai! Bukankah dia bilang kalau ada yang terkena imbas akan dia selesaikan sendiri? Bawa surat ini padanya, biar dia yang menentukan!"
"Ya!" Du Gu Jing mengangguk.
……
Di Kedai Tahu, Yuan Gang juga sedang membaca surat yang dikirim Hao Qingqing.
Usai membaca, Yuan Gang diam-diam merobek surat itu. Perasaannya berat. Hao Qingqing memberi waktu tiga hari untuk mengungsi, tapi baru dua hari identitasnya sudah terbongkar.
Dia paham maksud Hao Qingqing mengirim surat ini - mungkin sang putri ingin membuktikan dirinya bukan pengkhianat.
Matanya menyapu kedai yang lebih sepi dari biasanya. Para bawahan sudah diaungsikan sejak pagi tadi dengan dalih latihan militer, sementara operasional kedai diserahkan pada pelayan baru.
Tuan Gao sempat menggerutu karena kekurangan tenaga di lapangan.
Adapun alasan dirinya tetap bertahan, ada pertimbangan lain yang membuatnya ragu-ragu.
"Melihat surat ini, dia memahami, sudah tidak ada cara lagi untuk menunda, harus segera mengambil keputusan."
Begitu tekad bulat, dengan cepat kembali ke kamar merapikan beberapa barang bawaan, lalu segera meninggalkan Kedai Tahu, menumpang perahu yang berlabuh di dermaga tepi danau.
Perahu membelah gelombang sepanjang perjalanan, berlabuh di paviliun air pintu belakang Baiyun Jian. Yuan Gang turun dan langsung mencari Su Zhao.
Su Zhao yang muncul menyambut belum sempat berkata apa-apa. Yuan Gang melirik Qin Mian yang mengawasi dari kejauhan, berbisik memanggilnya, "Kau datang sebentar."
Su Zhao tak mengerti maksudnya, mengikuti sampai ke kamar tidur khusus putrinya.
Masuk dan menutup pintu, Yuan Gang menarik lengannya, bergegas masuk sambil menatapnya.
"Ada apa?" Su Zhao merasakan keanehan dalam sikapnya hari ini.
Yuan Gang langsung terus terang, "Kau mau ikut aku pergi?"
Su Zhao heran, "Ke mana?"
Yuan Gang: "Tinggalkan Baiyun Jian, ikut aku ke Kabupaten Pegunungan Hijau."
"......" Su Zhao tercekat, tiba-tiba disebutkannya Kabupaten Pegunungan Hijau menyentuh permohonan hatinya yang terpendam, ragu-ragu untuk berbicara.
Yuan Gang berkata: "Nama asliku Yuan Gang, Niu Daomei adalah saudara tertuaku."
Su Zhao terkejut, menyibakkan tangannya sambil berteriak, "Kau... kau ini Yuan Gang?!"
Dia tentu pernah mendengar tentang orang julukan ini di sekitar Niu Daomei.
Yuan Gang mengangguk, "Aku juga tahu status aslimu."
"Su Zhao segera menyadari sesuatu, wajahnya berubah penuh kemarahan, "Apakah kau bersamaku hanya ingin memanfaatkanku?"
Yuan Gang: "Ya! Identitasku telah terbongkar, keluarga Huyan akan menyerangku. Aku harus pergi, maukah kau ikut denganku?"
Su Zhao menggigit bibirnya dengan gigi peraknya, menatap tajam sambil bergetar: "Kau sudah membohongiku, masih berani datang ke sini? Kira aku tak berani membunuhmu?"
Yuan Gang: "Identitasku terbongkar. Jika aku pergi, Paviliun Bulan Sabit pasti akan mengetahui kebenarannya. Itu berarti mereka juga akan tahu identitasmu telah terbongkar, situasimu akan sangat berbahaya."
