Keesokan harinya pagi-pagi, Feng Entai datang sendiri ke biéyuàn untuk menemui Niu Daomei. Seperti yang sudah disepakati kemarin, ia akan menjalankan keramahtamahan dengan mengajak Niu Daomei berkeliling kompleks baru Sekte Giok Surgawi.
Bai Yao yang berjaga di dalam paviliun segera menyapa. Setelah tahu maksud kedatangannya, ia cepat-cepat menghindar, tak mau bertemu Niu Daomei.
Alasannya adalah rasa tak nyaman. Dulu Niu Daomei di matanya hanyalah orang tak berarti. Kini, Niu Daomei telah menjadi saudara angkat pamannya sendiri, membuat senioritasnya lebih tinggi satu tingkat. Setiap bertemu, ia harus memanggilnya "Tao Ye" dengan patuh dan sopan - benar-benar membuatnya merasa kikuk.
“Seluruh murid Sekte Giok Surgawi di Kabupaten Pegunungan Hijau boleh tidak menghormati Shang Chaozong, tapi tidak boleh tidak memberi muka pada Niu Daomei. Tidak ada cara, dia bersaudara dengan Sesepuh Feng. Kalau bukan karena status biksunya, paling tidak harus menghormati Buddha. Saat bertemu harus memanggilnya dengan sopan 'Tao Ye'.”
Entah berapa banyak yang punya keberatan dalam hati, diam-diam menyalahkan Sesepuh Feng sudah pikun, mengangkat saudara angkat yang tidak jelas.
Setelah menemukan Niu Daomei, Feng Entai keluar dari biara bersama-sama, berjalan-jalan di antara pegunungan yang permai ini.
Awalnya sekte yang menempati tempat ini tergolong kecil, skala bangunannya juga tidak besar. Kini tempat ini dikuasai Sekte Giok Surgawi. Jumlah murid mereka yang banyak membuat wilayah ini masih dalam proses perluasan besar-besaran.
Dibandingkan pengeluaran Sekte Giok Surgawi, biaya perluasan ini tidak seberapa. Tidak perlu menggunakan uang sekte, hadiah ucapan selamat pindah rumah dari berbagai pihak sudah cukup. Niu Daomei sendiri menyumbang 10.000 koin emas sebagai hadiah. Beberapa bupati pasti memberi lebih banyak. Shang Chaozong mewakili dua kabupaten mengeluarkan 100.000 koin emas untuk menunjukkan isi hatinya.
Keduanya akhirnya berdiri di puncak sebuah gunung, memandangi pemandangan danau dan pegunungan di bawah. Di bawah sinar matahari terlihat asap ungu melayang, sesekali ikan melompat dan burung menyambar, menciptakan nuansa surgawi.
"Tempat yang bagus!" Niu Daomei yang berdiri dengan tangan di belakang mengeluarkan decak kagum.
Feng Entai malah menggelengkan kepala tak puas, "Sepertinya Saudara Ketiga belum pernah mengunjungi markas asli Sekte Giok Surgawi. Jauh lebih bagus dari sini. Dalam kondisi sekarang, seluruh sekte harus mengutamakan kepentingan umum. Anggap saja ini solusi sementara."
Niu Daomei berkata sambil tertawa: "Ini masih diremehkan? Sekte-sekte besar memang luar biasa."
"Lao San, aku sudah menghubungi Lao Er." Feng Entai tiba-tiba mengucapkan kalimat ini.
Niu Daomei perlahan berbalik memandangnya.
"Lao Er sudah memberitahuku semua hal, bagus!" Feng Entai menepuk bahunya dengan ekspresi yang cukup berkesan.
Niu Daomei hanya tersenyum tanpa bicara.
Pada saat itu, seorang murid melesat mendekat dan memberi hormat: "Kepala suku, pesta jamuan akan segera dimulai."
"Baik, tahu." Feng Entai mengangguk, lalu berbalik memberikan isyarat mengundang kepada Niu Daomei. Mereka pun berangkat kembali.
Jamuan kemarin sebagai penyambutan tamu, sedangkan jamuan hari ini sebagai perpisahan. Orang-orang yang hadir tetap sama.
Bagi mereka, makan-minum bukanlah tujuan utama. Pembahasan urusan penting selama jamuanlah yang menjadi fokus.
Setelah beberapa gelas anggur diminum, topik beralih ke pasokan pasukan lima kabupaten. Total pasukan dari berbagai faksi di lima kabupaten kini mencapai hampir 600.000, menjadi beban berat bagi keuangan wilayah.
Poin diskusinya: apakah masih perlu mempertahankan jumlah pasukan sebanyak ini? Sebelumnya setiap kabupaten memiliki pasukan sendiri untuk menghadapi tekanan dari berbagai pihak. Kini dengan lima kabupaten yang telah bersatu dan memiliki sekutu di belakang, tekanan dari depan maupun belakang akan jauh berkurang. Memangkas 200.000 pasukan tidak menjadi masalah, sehingga bisa meringankan beban tiap kabupaten.
Namun, Sekte Giok Surgawi kemudian menantang terang-terangan bahwa Nan Zhou adalah target. Mereka meminta semua pihak bertahan di bawah tekanan. Begitu Nan Zhou berhasil direbut, 600.000 pasukan yang ada akan disebar untuk pola pertahanan yang tidak terlalu padat. Sekte Giok Surgawi juga akan membatasi permintaan persembahan sesaji agar tidak membebani kabupaten-kabupaten.
Para pihak terkait sepenuhnya menyadari hal ini. Kemurahan hati Sekte Giok Surgawi kini dimungkinkan berkat keuntungan minuman keras yang mencapai beberapa juta koin emas per tahun—melebihi total persembahan dari seluruh kabupaten sebelumnya.
Bupati Tu'an Zhao Xingfeng tak bisa menahan diri, "Pemimpin, model tata kelola Kabupaten Pegunungan Hijau dan Guangyi cukup baik. Andai tiga kabupaten kami juga bisa mendapat pengurangan pajak..."
Ucapan itu terpotong oleh hardikan Peng Zaiyou, "Kabupaten Pegunungan Hijau dan Guangyi menyediakan pemasukan tambahan. Apa yang bisa tiga kabupatenmu berikan? Apakah kau pikir kami bisa menelan habis keuntungan minuman keras? Persembahan tahunan untuk Istana Xiaoyao, Gua Adamantium-Ungu, dan Gunung Pedang Gaib harus terus mengalir. Biaya persembahan sesaji justru akan membengkak demi merebut Nan Zhou. Maukah kalian menanggungnya? Semua dibiayai Sekte Giok Surgawi. Cukup, jangan bahas lagi!"
Zhao Xingfeng terlihat canggung. Tak disangka usulan sederhananya memicu reaksi keras. Ia pun diam dengan malu.
Peng Zaiyou melanjutkan, "Lima kabupaten dengan pemerintahan sendiri memang tak masalah dalam situasi normal. Tapi jika terjadi keadaan darurat, pasukan dari lima kabupaten perlu komando terpadu. Persiapan dini diperlukan—menurut kalian siapa yang pantas jadi koordinator?"
Setelah ucapan ini keluar, pandangan Niu Daomei dan Meng Shanming spontan bertemu. Mereka mengira masalah ini baru akan dibahas setelah merebut Nan Zhou, tak menyangka sudah dimulai sekarang.
Zhao Xingfeng hendak berbicara lagi, Niu Daomei batuk kering menarik perhatian semua orang, "Tentu lebih baik diserahkan pada Pemimpin Sekte Peng untuk komando terpadu. Dalam hal kharisma, siapa yang bisa menandingi Pemimpin Sekte Peng di sini?"
Meng Shanming perlahan mengangkat gelas ke bibirnya. Dia tahu Niu Daomei sedang mengacau, tak ingin komando terpadu jatuh ke tangan orang lain.
Asal tidak bodoh, semua paham bahwa siapa yang ditetapkan memimpin lima kabupaten sekarang, besar kemungkinan akan menjadi penguasa Nan Zhou di masa depan.
Dengan mengatasnamakan Peng Zaiyou, Zhao Xingfeng terpaksa menelan kembali ucapannya. Mengatakan ada orang yang lebih baik dari Peng Zaiyou jelas tidak pantas.
Peng Zaiyou tertawa terbahak-bahak, "Saudara muda memang punya ide bagus. Tapi tenagaku tak cukup, urusan militer juga bukan keahlianku."
Niu Daomei menunjuk-nunjuk kepala suku Sekte Giok Surgawi yang hadir, "Sekte Giok Surgawi punya banyak talenta. Cukup utus satu murid biasa saja sudah kompeten."
Peng Zaiyou kembali menggeleng, "Praktisi kultivasi punya urusan kultivasinya sendiri. Latihan spiritual adalah prioritas. Selain tenaga yang terbatas, pikiran juga tak bisa banyak tercurah untuk urusan duniawi. Kalau tidak, untuk apa para Bupati hadir di sini? Seleksi SDM untuk urusan militer-politik berbeda dengan seleksi murid kultivasi. Saudara muda Niu, keahlian profesional itu ada spesialisasinya. Menurutku masalah ini lebih baik diserahkan pada yang ahli memutuskan. Kita berdua jangan ikut campur."
“Pemimpin Sekte Peng, argumen Anda valid.” Niu Daomei tertawa kecil, menoleh ke arah Feng Ruonan yang duduk di sana, bertanya: “Permaisuri, Anda juga berasal dari kalangan prajurit, menurut Anda siapakah yang pantas untuk memimpin pasukan secara terpadu?”
Feng Ruonan diam-diam menggigit giginya.
Feng Lingbo melirik dingin ke arah Niu Daomei, sementara Peng Yulan bahkan tampak gerah. Membawa-bawa putrinya ke dalam masalah, bukankah ini sama saja menjerumuskan sang putri ke dalam api?
Shang Chaozong, Lan Ruoting, dan Meng Shanming saling bertukar pandang penuh keheranan. Masalah ini jelas bukan wewenang Feng Ruonan, entah apa maksud Niu Daomei membuat masalah untuk Feng Ruonan.
Peng Zaiyou melambaikan tangan ke arah para hadirin, “Kultivator tidak perlu terlibat dalam hal ini. Biarkan keempat bupati yang memilih bersama!”
Satu kalimat langsung meredam Niu Daomei sekaligus mengeluarkan Feng Ruonan dari masalah.
Niu Daomei tersenyum ramah dan mengangkat gelas ke arah Peng Zaiyou. Ia hanya bisa mengakhiri pembicaraan di sini. Hak keputusan dan kendali diskusi sepenuhnya berada di tangan lawan. Fakta ini tak bisa diubah.
Zhao Xingfeng kembali berbicara, menunjuk Feng Lingbo yang duduk di sana, “Kabupaten Guangyi ada lebih dulu sebelum Kabupaten Pegunungan Hijau. Berkat Feng Lingbo yang membuka situasi di Guangyi, kedua kabupaten ini bisa mencapai kondisi sekarang. Dari semua mantan bupati yang hadir, hanya Feng Lingbo yang kuhormati. Saya mengusulkan Feng Lingbo sebagai komandan pasukan lima kabupaten!”
Niu Daomei sedikit mengangkat alisnya, berkata sarkastik: “Nama Bupati Zhao memang sangat tepat!”
Semua orang saling pandang, Zhao Xingfeng tercekat, apa maksudnya?
Lan Ruoting segera menyambut, "Apa maksud perkataan Tao Ye ini?"
Niu Daomei berkata perlahan, "Membuat kekacauan lah."
Di antara yang hadir, ada yang menahan tawa, ada yang wajah datar. Wajah Zhao Xingfeng mulai muram.
Niu Daomei segera melirik dingin, "Melihat wajah Bupati Zhao, apakah ada keberatan terhadapku? Hanya sekedar candaan, jangan dianggap serius. Kalau serius nanti jadi tidak baik."
Zhao Xingfeng segera memberi hormat ke Peng Zaiyou, ingin meminta Sang Pemimpin menegakkan keadilan.
Peng Zaiyou cepat-cepat mengangkat tangan menghentikan, tidak memperbolehkannya berkonfrontasi terbuka dengan Niu Daomei. Jelas-jelas Niu sengaja mencari gara-gara. Jika benar-benar diberi alasan untuk membuat masalah, Zhao Xingfeng mungkin tidak bisa menahan. Kuncinya, Niu memegang satu jalur rezeki Sekte Giok Surgawi yang membuat sekte ini juga harus waspada.
Jadi urusan yang bisa diselesaikan dengan logika, tidak perlu berkonfrontasi. Tunggu sampai saatnya balas dendam baru bicara.
Ia berseru menekan, "Saudara Niu, kita sedang membahas tugas penting di sini. Jangan bercanda. Jika merasa tidak nyaman duduk di sini, Yang Mulia bisa mengatur ruang VIP untukmu." Memberikan peringatan.
Niu Daomei melambaikan tangan, "Pemimpin Peng terlalu sopan. Semuanya terlalu tegang, hanya mencairkan suasana saja."
Peng Zaiyou mengalihkan pandangan ke yang lain.
Bupati Huxi Mei Linsheng juga menyambut, "Saya juga memilih Feng Lingbo!"
Bupati Wuyang Wu Tiandang mengikuti, "Setuju, memilih Feng Lingbo!"
Di tengah meja, Feng Lingbo yang duduk di sana matinya sempat berkilat kegirangan. Terhadap hasil ini, dia sudah ada perhitungan di hati sebelumnya. Pandangannya menatap menantunya, ingin melihat apa lagi yang bisa dilakukan Shang Chaozong.
Peng Yulan memandang ayahnya dengan penuh rasa syukur. Setelah berputar-putar, dia menyadari ayahnya tetap memihak keluarga sendiri. Juga memahami kebijaksanaan ayahnya yang berani mengorbankan yang kecil untuk meraih yang besar. Setelah semua ini, Shang Chaozong hanyalah batu loncatan bagi keluarga mereka. Sungguh luar biasa kelihaian ayahnya ini.
Diam-diam dia teringat ucapan ayahnya semalam: "Sekte Giok Surgawi bukan milik keluarga Peng. Dalam segala hal harus memperhatikan cara dan metode, harus berdebat secara logika. Jika urusan sudah mendapat dukungan semua pihak, barulah mudah diselesaikan."
Para elite Sekte Giok Surgawi yang hadir sama-sama menampakkan wajah datar. Sorot mata mereka sesekali melirik Shang Chaozong. Hasilnya tentu sudah mereka rembukkan sebelumnya.
Shang Chaozong memainkan cawan anggur di tangannya, diam seribu bahasa.
Feng Ruonan mengencangkan bibirnya tanpa sepatah kata.
Fei Changliu dan yang lain tampak muram.
Meng Shanming melirik Niu Daomei, hanya melihatnya mengangguk halus.
Peng Zaiyou tersenyum bertanya: "Yang Mulia, bagaimana pendapat Anda?"
Shang Chaozong berkata dengan datar: "Apakah keberatan hamba masih ada artinya?"
Peng Zaiyou dengan lapang berkata: "Silakan bicara bebas. Segala sesuatu harus berdasarkan logika. Jika ada pandangan berharga, silakan disampaikan."
Setelah menerima kode mata dari Meng Shanming, Shang Chaozong menegangkan pipinya dan berkata lantang: "Hamba menyetujui pandangan mulia ketiga bupati. Setuju!"
