Ini ucapan tulus hatinya, sekaligus bukan ucapan tulus hatinya.
Ketidaktulusannya muncul karena dia yakin Niu Daomei takkan mengampuninya. Sebaliknya, dia percaya Niu Daomei juga berpikir sama - takkan saling memaafkan. Siapa pun yang berkuasa, akan menjadi hari kematian lawannya!
Ketulusannya yang sejati adalah: Dia tahu Taishu Xiong hanya berangan-angan. Niu Daomei mustahil tunduk pada Taishu Xiong.
"Dia dan Niu Daomei berkali-kali berhadapan langsung, saling menyusun strategi untuk menghabisi lawan. Keduanya telah berinteraksi dalam detail-detail kecil, sehingga saling memiliki pemahaman tertentu."
"Dalam tingkat tertentu, Niu Daomei dan dia adalah sejenis manusia. Sama-sama tak mau dikendalikan orang lain. Kalau bukan karena terdesak sampai tak punya cara lain, mana mungkin dia meninggalkan Provinsi Bei dan bergabung ke sini."
"Demikian pula, Niu Daomei yang sudah mengelola Nan Zhou dengan baik, kini bahkan telah membangun posisi 'kata-katanya bagai Sembilan Ding' di sana. Mustahil dia melepaskan Bei Zhou untuk datang ke sini dan memberi hormat sebagai hamba."
"Karena itu dia tahu, Taishu Xiong pasti gagal merekrut, pasti akan membunuh jika tak bisa mendapatkannya. Untuk apa dia berlaku picik mengotori mukanya sendiri dan mencoreng nama baik dalam hati Taishu Xiong!"
"Namun Taishu Xiong justru terharu. Terharu oleh sikap tegasnya yang tak ragu-ragu. Dengan wajah berbinar dia berkata: 'Jika semua menteri di istana bisa sebesar hati dan berpandangan jauh seperti kamu, mana mungkin Jin terkurung begini? Sudah lama kami menjadi harimau garang yang menggemuruh ke seluruh dunia! Mendapatkan Tuan Muda seperti kamu adalah keberuntunganku, juga kehormatan bagi Jin Raya. Aku tak salah pilih orang, bagus, sangat bagus!'"
"Yang Mulia terlalu memuji. Air pasang baru perahu bisa naik. Hamba juga punya kepentingan pribadi." Shao Pingbo memberi hormat sambil membungkuk, berterima kasih atas pujian itu.
"Logika ini semua orang tahu. Adakah yang tak paham di seluruh istana? Semua paham. Tapi yang bisa melaksanakan prioritas sesungguhnya bisa dihitung jari. Hanya dengan ini saja, kamu sudah ribuan kali lebih baik dari mereka." Taishu Xiong terus memujinya. Karena orang ini bersedia berdamai, dia pun tak pelit mengucapkan kata-kata pujian.
Shao Pingbo hanya bisa membungkuk lagi, "Tidak pantas."
Taishu Xiong mengulurkan tangan menopangnya bangkit, lalu membusungkan dada: "Masalah strategi Qi dan Wei, Aku dengar kau masih ragu-ragu. Haruskah dipercepat? Ataukah Biro Heishui tak bekerjasama maksimal? Siapa berani menggagalkan Peristiwa Besar ini, sebut saja namanya!"
Yang dimaksud adalah usaha mengadu-domba saudara kandung Penguasa Wei dengan Kaisar Qi dan putranya. Urusan ini diserahkannya kepada Shao Pingbo sebagai Kepala Biro.
Saat ini Shao Pingbo memang tak punya tugas lain, utamanya berperan sebagai ahli strategi di sampingnya. Tanpa prestasi, tak pantas memberikan posisi resmi padanya.
Kehadiran Shao Pingbo sudah mendapat perlakukan istimewa yang melampaui aturan, memicu bergunjing di istana. Memberi jabatan tinggi pada orang luar ini tanpa alasan semakin tak pantas.
Kini rencana rahasia ini harus dijaga ketat, tak boleh bocor sedikit pun. Karena tak melibatkan pejabat istana, hal ini menjadi batu uji bagi Shao Pingbo.
Bila strategi Shao Pingbo berhasil, mampu mendukung serangan pasukan besar bak bambu terbelah, itu akan menjadi prestasi gemilang. Dengan kontribusi sebesar itu, pengangkatan Shao Pingbo ke kelas bangsawan akan memiliki alasan yang sah.
Logika ini dia pahami, Shao Pingbo juga tahu.
“Mendengar hal itu, Shao Pingbo segera menjelaskan dengan serius: ‘Bukan karena Kepala Pengawas Tao tidak memberikan kerja sama penuh, melainkan hamba tidak ingin bertindak ceroboh. Meskipun Penguasa Wei terkesan konyol, tetapi Xuan Wei dari negara Wei tak kalah dari pria, Kaisar Qi Hao Yuntu juga bukan orang sembarangan. Jika kita mengganggu ular sehingga mereka mendeteksi dan meningkatkan kewaspadaan, maka taktik ini tak akan bisa digunakan lagi di masa depan. Taktik ini harus digunakan sekali saja dengan efek maksimal. Kandidat yang disediakan Heishuitai saat ini belum memuaskan hamba, perlu seleksi lebih cermat bersama Heishuitai. Persiapan harus sempurna, orang yang disusupkan harus tak tertembus, tidak boleh ada celah yang terdeteksi!’”
“Hmm, argumenmu valid. Aku terlalu terburu-buru.” Taishu Xiong mengangguk berulang tanda setuju, “Dengan kecerdikanmu, urusan ini kuserahkan padamu. Aku tenang!”
“Terima kasih kepercayaan Yang Mulia! Hamba pasti tak akan mengecewakan amanah besar ini!”
……
Di aula Yingwutang Kediaman Bupati Nan Zhou, Meng Shanming duduk di depan peta, sementara Shang Chaozong berdiri.
Meski telah mengetahui pasukan Yan mundur dan membatalkan rencana serangan ke Nan Zhou, urusan dengan negara Zhao belum selesai. Jin Zhou masih menghadapi tekanan besar. Jika Jin Zhou jatuh, Nan Zhou akan menghadapi serangan dari belakang di masa depan.
Peta saat ini menunjukkan pergerakan pasukan Zhao. Rencana pertahanan dan strategi perang sedang dibahas untuk mengantisipasi segala kemungkinan.
Lan Ruoting membawa surat masuk ke dalam, setelah memberi salam, surat itu diberikan kepada Shang Chaozong, "Surat dari Tao Ye, meminta Wangye mengumpulkan 10.000 Ying Yang dan Wu Lie Wei untuk memasuki Jin Zhou, sekaligus mengerahkan pasukan besar bergerak ke arah Jin Zhou. Tunjukkan sikap siap mendukung Jin Zhou melawan Pengadilan Zhao dengan segala cara sebagai bentuk intimidasi!"
Meng Shanming menatap peta sambil mengangguk halus: "Hal yang sudah diperkirakan."
Lan Ruoting mengangguk: "Jin Zhou dan Nan Zhou bagai bibir dengan gigi, saling mengandalkan. Sekarang tak boleh ada yang tumbang duluan. Jika salah satu jatuh, pihak yang tersisa akan kesulitan menghadapi tekanan satu kerajaan!"
"Sepertinya aku menjadi boneka yang hanya mengangguk perintah Tao Ye." Shang Chaozong tiba-tiba melontarkan kalimat itu.
Meng Shanming dan Lan Ruoting serentak kaget, memutar tubuh menatapnya, membeku tak berkata-kata. Tanpa sadar mereka melirik sekeliling, sepertinya khawatir ada telinga di balik dinding.
Ucapan itu membuat keduanya gemetar ketakutan.
Melihat reaksi mereka, Shang Chaozong menggelengkan tangan sambil tersenyum getir: "Jangan salah paham. Aku tahu kita harus membantu Jin Zhou. Hanya saja Tao Ye sama sekali tidak membocorkan rencana apa pun kepada kami. Hanya sepucuk surat singkat sudah menyuruh kita menggerakkan pasukan. Terlalu sembrono! Ini baru setelah situasi jelas. Bagaimana jika saat situasi masih kabur? Bagaimana aku bisa mengeluarkan perintah buta? Bagaimana mengatur ribuan pasukan: pergerakan, penempatan, penugasan - apa semuanya harus ditumpuk ke Jin Zhou begitu saja?"
Meng Shanming berkata perlahan: "Tao Ye kurang memahami hal ini, mungkin itu sebabnya dia bertindak demikian. Nanti saya akan berkomunikasi dengannya, dia pasti bisa mengerti. Tapi... Yang Mulia, harap tetap menjaga ucapan!"
"Sembunyikan kelemahan!" Lan Ruoting juga menekan kedua tangannya ke bawah, berbisik mengingatkan: "Saat guru masih hidup, beliau pernah berkata pada Almarhum Raja: Sebagai raja harus memiliki dada seluas sungai, dalam menggunakan orang jangan terlalu menonjolkan kemampuan, tunjukkan kelemahan agar orang bisa mengembangkan bakatnya! Jika semua hal diputuskan sendiri, cukup tunggu perintah saja, bagaimana orang bisa leluasa berkarya? Mana mungkin orang yang penurut mau mengerahkan seluruh kemampuannya dengan ikhlas?"
"Kemampuan Tao Ye sudah diketahui Yang Mulia, apa yang dilakukannya justru melengkapi kekurangan Yang Mulia. Bagian yang menjadi kelemahan Yang Mulia bisa diserahkan padanya untuk ditutupi. Hal yang bukan wewenang Yang Mulia, tutup sebelah mata saja. Untuk hal yang menjadi wewenang Yang Mulia, tunjukkan kemampuan sepenuhnya! Dalam hal ini, Tao Ye benar-benar orang pintar. Untuk urusan di luar wewenangnya, dia hampir tidak ikut campur. Yang Mulia, sembunyikan kelemahan, sembunyikan!"
Shang Chaozong tersenyum getir: "Masih ingat saat baru kabur dari ibukota, setelah saya mengayunkan golok membunuh komandan penjaga gerbang, Guru Lan langsung menegur saya karena terlalu menonjol. Sudah tak terhitung kali dia mengingatkan saya untuk menyembunyikan kelemahan. Maksud guru saya pahami, saya juga tahu harus bagaimana. Saya hanya bicara sembarangan, tidak ada maksud lain. Jenderal Meng dan Guru terlalu berprasangka."
Entah dia sedang berfilsafat atau sekadar bicara biasa, Meng Shanming kembali bersuara perlahan dengan kalimat yang sama, "Hati-hati bicara!"
Pada saat yang sama, surat yang diterima juga berada di dalam Kediaman Wang ini, Gunung Dazen juga menerima surat dari Niu Daomei.
Di dalam sebuah aula, Huang Lie yang telah membaca surat tersebut memberikan surat itu kepada para kepala suku untuk dilihat bergiliran.
Isi suratnya tidak lain adalah meminta Gunung Dazen mengerahkan banyak personel untuk mendukung pasukan Shang Chaozong bergerak ke barat guna menekan Zhao.
Pihak di sini juga tidak bodoh, dengan situasi yang telah mencapai tahap ini, mereka tentu memahami tujuan pengiriman pasukan ke barat: untuk mempertahankan Jin Zhou di wilayah selatan yang menjadi arah belakang Nan Zhou.
Sementara orang-orang bergiliran membaca surat, Huang Lie berjalan mondar-mandir keluar aula, berdiri di tangga bawah bubungan atap, tangan terkunci di belakang punggung menatap langit, "Aduh!" dia menghela napas ringan.
Dalam situasi seperti ini, tidak mematuhi bukanlah pilihan. Mempertahankan Jin Zhou juga berarti menjaga kepentingan Gunung Dazen-nya sendiri, hanya saja perasaan seperti dipermainkan ini terasa tidak enak.
Tapi tak ada pilihan lain. Pasukan Yan telah mundur, pihak di sini bahkan kehilangan kualifikasi untuk menjadi ilalang di puncak tembok.
Baik Gunung Dazen maupun Shang Chaozong tidak menunda. Begitu perintah Shang Chaozong dikeluarkan, pasukan yang semula disiapkan untuk menghadapi pasukan pengadilan mulai berbalik arah, bergerak menuju Jin Zhou di Zhao dengan menunjukkan kesiapan mendukung Jin Zhou apapun pengorbanannya.
……
Di dalam Istana Zhao, Hai Wuji berdiri diam lama di depan peta.
Seorang kasim membawa nampan berisi mangkuk sup, mendekat dan berbisik, "Yang Mulia, Paduka belum..."
Braak! Hai Wuji mengibaskan tangan menyapu nampan. Mangkuk giok pecah berantakan, sup tumpah ke lantai.
Hai Wuji yang berbalik tubuh menunjukkan wajah bayangan hitam. Sang kasim ketakutan langsung bersujud, tidak berani mengangkat kepala.
Di dalam aula Hai Wuji yang muram, sosoknya mondar-mandir dengan murka yang tertahan.
Yan tak punya nyali, aliansi Yan-Zhao runtuh seketika. Jin Zhou kini bebas mengerahkan pasukan ke barat. Dengan gabungan kekuatan dua provinsi, Zhao yang sudah kelelahan berperang rawan diserang musuh. Ia tak bisa lagi bertindak semaunya.
Baru saja menyala-nyala, tiba-tiba sudah padam.
Masalahnya, meski tak ada bukti, semua sudah tahu. Siapa yang tak mendengar kabar ia meracuni adiknya sendiri? Tapi Hai Ruyue selamat, Jin Zhou pun tak berani disentuh. Dosa sudah ditanggung, tapi keuntungan tak didapat. Aibnya terkuak, kemarahan pun tak tersalurkan!
"Yang Mulia!" Seorang kasim lain masuk. Melihat situasi di aula dan wajah sang kaisar, ia segera bicara hati-hati, "Yang Mulia, utusan Yan, Gao Shaoming meminta audiensi!"
"Masih berani menghadap?!", Hai Wuji meledak. "Dasar sampah! Usir dia! Sampaikan ke Yan: Hamba tak sudi menerimanya. Suruh mereka ganti utusan!"
……
Di Kediaman Bupati Jin, Situ Yao tersenyum lebar sambil mengantar beberapa orang masuk ke paviliun Niu Daomei.
Setelah Guan Fangyi memberitahu, Niu Daomei muncul. Begitu bertemu, Situ Yao langsung berseru gembira, "Adik, pasukan istana sudah mundur! Badai telah berlalu!"
Niu Daomei juga tersenyum, "Pemimpin Situ, bukankah hamba sudah janji? Reaksi pasukan Nan Zhou kami cepat bukan? Tak ada waktu yang terbuang!"
Situ Yao merasa lega bagai batu raksasa jatuh dari dadanya. Dengan perasaan riang, ia menggenggam tangan lawan bicaranya sambil menepuk-nepuk, "Tidak-tidak, kesulitan mengungkap ketulusan. Adik adalah orang yang bisa dipercaya. Dengan Adik berkedudukan di Nan Zhou, Kediaman Wan Dong Tian bisa dengan tenang mempercayakan punggung kami! Di hadapan semua, saya berikan jaminan: Gunung Dazen tidak mewakili sikap Nan Zhou. Urusan dua provinsi ke depan, Kediaman Wan Dong Tian hanya akan berdiskusi dengan Adik!"
Niu Daomei bertanya lagi: "Apakah merusak persahabatan aliansi?"
Situ Yao: "Bagaikan sepasang suami istri yang menyatu hati selamanya!"
Suami istri? Niu Daomei melirik tangannya yang masih digenggam, hampir merinding. Ia menarik lengannya sambil berseloroh: "Kalau memang pasangan, pasti Jin Zhou yang betina."
Situ Yao tak terima. Mengapa Jin Zhou harus tunduk? "Menurutku Nan Zhou lebih mirip betina."
Niu Daomei melambaikan tangan: "Salah besar. Hai Ruyue perempuan tak bisa jadi pria, Wangye pria tak bisa jadi wanita. Kalau dipasangkan, memang mirip pasangan suami istri."
Begitu ucapan ini meluncur, para anggota Kediaman Wan Dong Tian serentak terdiam. Li Wuhua mengedipkan mata tak karuan.
Guan Fangyi menyembunyikan senyum kecut. Ternyata Tao Ye tak mudah terdesak, mulutnya selalu punya logika.
"Dasar kau, untung kecil pun tak mau lepas!" Situ Yao melototi sambil menepuk bahu Niu Daomei, "Adik, salah generasi ini."
Mengacu pada selisih senioritas antara Hai Ruyue dan Shang Chaozong.
Semua tertawa terbahak-bahak. Niu Daomei ikut tertawa, memperlakukan ini sebagai candaan belaka.
“Adik, bicara di tempat lain.” Situ Yao tersenyum lalu menepuk bahunya Niu Daomei, mengulurkan tangan mengundang.
