Jika ibukota sampai jatuh, ini akan menjadi aib memalukan yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah Yan. Shang Jianxiong membutuhkan kain penutup aib. Setelah memilih-milih, hanya Shang Yongzhong yang paling pantas - sebagai pangeran keluarga kerajaan sekaligus Panglima Besar yang bertanggung jawab atas urusan militer Yan.
Dengan menugaskan Shang Yongzhong tetap bertahan, baik sebagai tameng aib maupun penjelasan untuk internal maupun eksternal, adakah figur yang lebih tepat darinya?
Tong Mo dan Gao Jiancheng yang memahami isi hati kaisar secara diam-diam merekomendasikan Shang Yongzhong. Begitu mengetahui hal ini, Shang Yongzhong nyaris hilang nyawa ketakutan, hampir langsung menghujat leluhur Tong Mo dan Gao Jiancheng. Namun ia sadar, kedua menteri itu hanya memanfaatkan momentum. Keputusan akhir tetap di tangan kaisar.
Mana mungkin ia berani bertahan? Itu sama saja mencari maut. Ia menghadap kaisar untuk menolak, namun permintaannya ditolak mentah-mentah. Shang Jianxiong tak mau mengabulkannya.
Shang Jianxiong berjanji akan melindungi keluarganya dan mengungsikan mereka bersama, agar Shang Yongzhong tak perlu khawatir dan fokus mempertahankan ibukota. Tapi bagi Shang Yongzhong, ini terdengar seperti sandera terselubung.
Kaisar juga berjanji: "Jika kau bertahan menjaga ibukota, itu akan dianggap jasamu. Kesalahan masa lalu tak akan dituntut lagi."
Begitu tegasnya pernyataan kaisar, Shang Yongzhong pun paham: jalan mundur telah tertutup. Di saat seperti ini, sang penguasa bagai hewan buas yang mudah tersulut amukannya.
Terpaksa, dia pun menyanggupi, dan dengan nekat menenangkan semangat pasukan yang tinggal, berkata kepada mereka, "Aku di sini, tak perlu takut, bala bantuan akan segera datang," dan sejenisnya.
Ini juga salah satu peran Kaisar dalam menugaskannya untuk menjaga pertahanan.
Tidak ada cara, Shang Jianxiong segera mengendalikan keluarganya, berani tidak menyanggupi? Kesalahan strategi sebelumnya yang merugikan negara adalah alasan terbaik untuk membantai!
Saat itu, dia benar-benar menangis bahagia, matanya berkilauan air mata sukacita, akhirnya bisa lolos dari bahaya. Dengan kedua tangan menyangga kabar baik, dia mempersilakan Shang Jianxiong untuk melihat.
Shang Jianxiong tidak bermaksud menerimanya, memandangnya dengan mata dingin, "Kau pikir ini kabar baik yang hamba butuhkan? Bisakah membuat pasukan Song mundur? Ini kabar kemenangan Shang Chaozong!"
Ketika menyebut Shang Chaozong, gerahamnya terkertak-kertak.
Sebelumnya dia masih berharap sedikit, namun hingga akhir, harapannya hancur sepenuhnya. 100.000 kuda besi Shang Chaozong terus menemani pergerakan pasukan Song.
Sampai akhir dia bertahan, tak terlihat sedikit pun niat Shang Chaozong untuk menyerang pasukan Song. Ini memaksanya kabur dari Yanjing, jelas-jelas bermaksud membiarkan Kaisar Yan meninggalkan ibu kota dalam pelarian panik!
Shang Chaozong memberinya harapan, lalu menghancurkannya di depan matanya. Betapa kejamnya ini baginya. Sekarang dia telah membenci Shang Chaozong sampai ke tulang sumsum!
Prak! Shang Yongzhong menepuk dahinya, sadar perkataannya tidak jelas sehingga membuat kaisar salah paham, buru-buru menjelaskan: "Yang Mulia, bukan hanya 2 juta pasukan elit pertahanan sungai Song yang punah seluruhnya, tapi juga menangkap 600.000 tawanan! Meng Shanming menawan 600.000 pasukan elit Song. Dengan 600.000 tawanan ini sebagai alat tawar, negosiasi akan menguntungkan kita! Yang Mulia, negara mana tega meninggalkan 600.000 pasukan elitnya? Dengan sandera sebanyak ini, beranikah Song menyerang ibukota kita lagi?"
Mendengar ini, ekspresi dingin Shang Jianxiong mencair. Sama seperti Tian Yu, wajahnya memancarkan keheranan.
Shang Jianxiong tampak ragu, "Dalam waktu sependek ini, bisa menangkap 600.000 tawanan dari pasukan elit Song yang sedang berperang?" Tangannya menyambar laporan kemenangan yang dipegang lawannya.
Shang Yongzhong berkata dengan nada kagum, "Memang sulit dipercaya, tapi harus diakui si cacat tua Meng Shanming memang jago strategi. Setelah menerobos pertahanan sungai, dia memutar-mutar pasukan Song hingga bingung, menjebak mereka dalam perangkap. Dengan memecah tanggul sungai, dia membanjiri wilayah pertempuran di Gunung Qunluo. Tanpa setetes darah pun, pasukan Song musnah. 600.000 tawanan dikumpulkan bagai memungut kacang, bahkan merampas perbekalan mereka. Yang Mulia, sekarang jelas alasan Meng bersikeras menyerbu Song - ternyata sudah menyiapkan jebakan mematikan ini. Dengan 600.000 sandera ini..."
"Diam kau!" Shang Jianxiong sedikit mengangkat pandangan, bersuara berat mencela, "Kau di pihak mana?"
Tian Yu di sampingnya juga memandang Shang Yongzhong dengan ekspresi aneh, menyadari yang satu ini sepertinya terlalu girang sampai mulutnya tak terkendali.
Tapi bisa dimaklumi, ada kesempatan lolos dari bahaya.
"Ha..." Shang Yongzhong tertegun, setelah sadar berkeringat dingin, hampir memukul mulutnya sendiri. Ia baru sadar dirinya terlalu senang sampai tak sengaja membela Shang Chaozong, buru-buru menunduk dan diam.
Tapi dalam hati ia tetap antusias, toh nyawanya selamat. Sebelumnya ia benar-benar siap mengorbankan diri untuk negara.
Tanpa gangguan, Shang Jianxiong akhirnya membaca tuntas kabar kemenangan. Kemenangan besar ini memang di luar dugaan - 600.000 tawanan tertangkap!
"Berdiplomasi dengan Song?" Shang Jianxiong menutup laporan sambil bergumam seolah bicara sendiri.
Shang Yongzhong mengangguk-angguk, "Yang Mulia, segera panggil utusan Song! Perintahkan pasukan Song mundur! Dengan 600.000 sandera plus pertahanan barat Song yang hancur, negara mereka kosong dan terancam Meng Shanming - pasti menyerah!"
Utusan Song masih di Yanjing. Meski dua negara berperang, utusan tak boleh dibunuh. Masih perlu komunikasi diplomatis, jadi mereka tetap di sana siap dipanggil kapan saja.
Shang Jianxiong ragu-ragu bertanya, "Bisakah Meng Shanming menyerahkan 600.000 tawanan itu?"
Shang Yongzhong heran, "Tidak menyerahkan? Apa gunanya menyimpan 600.000 tawanan? Bekalan logistik Meng Shanming saja sudah kurang, mau memberi makan 600.000 tawanan? Masa iya dia mau membantai semua 600.000 tawanan? Lagipula, ada Tiga Sekte Besar. Bukankah mereka ingin kedua negara berhenti berperang? Mau sampai mati-matian dan membiarkan Han mengambil untung? Yang Mulia bisa menemui Meng Xuan, minta Tiga Sekte Besar menekan Shang Chaozong dan Meng Shanming. Pasti mereka menyanggupi!"
Shang Jianxiong mengangguk setuju, lalu menoleh ke Tian Yu yang juga mengangguk halus, menunjukkan persetujuannya.
Shang Jianxiong berbalik dan bergegas pergi sambil memberi perintah, "Panggil Dàsīkōng dan Menteri Besar ke ruang studi kekaisaran untuk musyawarah!"
Tian Yu segera memanggil seorang kasim dan menyampaikan perintah itu.
Shang Jianxiong sendiri akan menemui Meng Xuan. Khawatir terjadi hal tak terduga, dia ingin memastikan Tiga Sekte Besar mengendalikan 600.000 tawanan itu.
Tak lama setelah meninggalkan istana, terlihat sekelompok wanita dari arah harem kerajaan - dipimpin permaisuri yang masih gemetar ketakutan.
Melihat mereka, Shang Jianxiong berhenti. Pandangannya beralih dari para wanita ke arah harem. Napasnya memburu, wajahnya memucat.
Shang Yongzhong belum tahu kejadian di harem. Urusan semacam itu biasanya baru bocor setelah kejadian. Dia hanya merasa ekspresi kaisar agak memalukan.
Ketika melihat permaisuri dan yang lain, wajah Tian Yu tampak memalukan. Kabar kemenangan datang terlambat. Jika ibukota tidak perlu ditinggalkan lagi, namun gadis-gadis jelita di harem kerajaan sudah selesai dieksekusi, bagaimana perasaan Yang Mulia?
Karena itu, dialah yang paling memahami perasaan Shang Jianxiong saat ini.
Pipi Shang Jianxiong menegang sejenak, lalu mengabaikan permaisuri dan rombongan yang keluar dari harem, terus berjalan maju.
Tian Yu bergegas mendekati permaisuri. Setelah memberi salam, dia berbisik mengingatkan: "Niangniang, silakan para orang terhormat menunggu sebentar."
Permaisuri bertanya dengan sedikit gugup: "Ada masalah apa?"
Tian Yu menggelengkan kepala. Dia juga tak bisa menjelaskan. Masih harus melihat apakah Tiga Sekte Besar bersedia atau tidak untuk memutuskan apakah akan tinggal.
Permaisuri yang baru menyaksikan eksekusi kejam di harem, melihatnya tak mau bicara, tak berani bertanya lebih jauh.
Setelah memberi hormat, Tian Yu mengundurkan diri dan mengejar Shang Jianxiong...
Komunikasi dengan Meng Xuan berjalan lancar. Meng Xuan hampir bersamaan menerima laporan kemenangan besar. Mengetahui kabar 600.000 tawanan itu benar, melindungi Yanjing tentu harus dilakukan. Menghentikan perang dan mempertahankan Kerajaan Yan menyangkut kepentingan Tiga Sekte Besar. Tentu harus menyetujui. Meng Xuan dengan antusias menyanggupi.
Setelah mengatasi Tiga Sekte Besar, Shang Jianxiong kemudian menemui Tong Mo dan Gao Jiancheng. Setelah berdiskusi, segera memanggil utusan Song Qian Liansheng.
Awalnya Qian Liansheng masih bersikap angkuh, pasukan Song yang kuat memang menekan Kerajaan Yan.
"Laporan pertempuran dari pihak Kerajaan Yan datang langsung dari medan perang, sedangkan kabar kekalahan Song langsung dikirim ke pengadilan Song tanpa segera diberitahukan kepada utusan Song Qian Liansheng. Karena itu, Qian Liansheng baru mengetahui dari Yan tentang kekalahan telak pasukan Song dan 600.000 tawanan yang ditangkap pasukan Yan, membuatnya terkejut luar biasa!"
Terhadap syarat-syarat yang diajukan Yan, dia tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Dia meminta waktu untuk melaporkan ke atas sekaligus mencari kejelasan kebenaran kasus ini, lalu pergi terburu-buru.
……
"Tuan, mengapa Bapak pulang? Semua di rumah sudah siap, kita bisa berangkat kapan saja."
Di depan gerbang Kediaman Gao, Gao Jiancheng turun dari kereta. Baru kembali dari istana, kepala rumah tangga Fan Zhuan segera menyambutnya. Awalnya Gao Jiancheng sudah sepakat ikut rombongan kaisar, kedatangannya yang mendadak ini membuat Fan Zhuan mengira tuannya khawatir dengan persiapan rumah tangga.
"Tidak perlu. Sepertinya kita tak perlu kabur. Suruh semua orang kembali ke aktivitas normal." Gao Jiancheng melemparkan pesan itu lalu menuju paviliun dalam.
"Ha..." Fan Zhuan tertegun, tapi tetap menjalankan perintah. Dia berbalik memberi instruksi agar barang-barang yang sudah dikemas dikembalikan ke tempat semula.
Gao Jiancheng tiba di ruang baca pribadinya. Begitu masuk, dia sempat mengira salah kamar karena ruangan yang kosong melompong, baru kemudian sadar bahwa semua barang mungkin sudah dikemas rapi.
Meja kursi masih ada setidaknya, tidak sampai ikut dikemas. Baru saja duduk di balik meja, Fan Zhuan sudah masuk sambil bertanya, "Ada apa, Tuan?"
Sambil bicara, dia mengeluarkan selembar kertas dari lengan bajunya.
"Gao Jiancheng" bersandar di sandaran kursi sambil menggelengkan kepala dengan senyum getir, "Meng Shanming itu memang hebat, ternyata bisa memenangkan pertempuran seperti ini. Dalam satu perang, dia berhasil memotong 'satu kaki' Song, hampir merenggut setengah nyawa mereka. Sekarang, di tangan Meng Shanming ada 600.000 pasukan elit Song sebagai tawanan. Dengan cadangan pasukan ini, Song tidak punya pilihan selain mundur. Jadi Yanjing aman, tidak perlu lagi melarikan diri."
Sambil berbicara, dia mengangkat tangan dan mengusap janggutnya, sorot mata penuh vitalitas. Melalui pertempuran ini, dia akhirnya menyadari: taruhan rahasia yang terpaksa dia pasang mungkin tepat sasaran. Layak dinantikan.
Fan Zhuan tertegun sejenak, menyodorkan selembar kertas sambil berbisik, "Tao Ye baru mengirim kabar. Membahas persis tentang 600.000 tawanan itu. Ingin tahu pendapat Tuan: dibantai atau tidak?"
"Bunuh?!" Gao Jiancheng kaget. Dalam hati protes: Tao Ye, jangan nakut-nakuti! Baru saja kami membatalkan rencana evakuasi dari Yanjing. Kalau 600.000 tawanan itu kau bantai, apa gunanya berunding dengan dua negara? Nanti pihak Yanjing santai-santai di sini, tapi pasukan Song malah menyerang. Lari pun tak sempat. Para pejabat Yanjing pasti terkubur hidup-ham karena ulahanmu!
Dia tahu betul pengaruh Niu Daomei terhadap Meng Shanming. Jika Niu benar-benar berniat membantai, masalah besar akan menimpa para pejabat ibukota.
Segera dia menyambar surat rahasia itu, mencermati maksud sebenarnya Niu Daomei.
