"Satu Kemenangan Besar!" Niu Daomei menghela napas panjang setelah menerima informasi.
Dia hanya melihat perubahan posisi antara menyerang dan bertahan dari hasilnya. Perang mulai menguntungkan pihak ini. Dia juga tahu Shang Chaozong memenangkan ini dengan risiko, tapi tidak menyadari kekejaman pertempuran sebenarnya.
Tepatnya, dia yang telah membaca banyak sejarah epos bisa membayangkan betapa kejamnya perang itu. Hanya saja tidak ingin menyaksikan langsung kekejaman tersebut, menghindarinya.
Baginya, tingkat kekejaman tidak penting. Yang lebih dihargai adalah hasil.
Hasilnya, Shang Chaozong dan kawan-kawan yang dia dukung dengan separuh hidupnya tidak seperti tanah yang tak bisa dibentuk. Mereka cukup berjuang sendiri, tidak mengecewakannya.
Dalam tingkat tertentu, dia tidak berbeda dengan kultivator lain.
Seiring gerak maju Meng Shanming dkk, Niu Daomei telah kembali ke Nan Zhou. Tapi tidak pulang ke Perkebunan Maolu.
"Tao Ye, Yu Cang ingin bertemu." Yuan Gang datang menyerahkan surat rahasia.
"Menemuiku?" Niu Daomei curiga. Menerima surat itu dan memeriksanya. Guru Yu Cang memang ingin bertemu, katanya ada urusan penting untuk didiskusikan langsung.
Harus tatap muka? Niu Daomei merenung sejenak. Tidak tahu maksud Yu Cang ingin bertemu di saat seperti ini. Dia tidak ingin mudah terlihat di hadapan orang yang bisa mengancamnya. Yu Cang jelas termasuk salah satunya.
Sejak kemunculan Su Zhao palsu itu, dia meningkatkan kewaspadaan terhadap Paviliun Bulan Sabit.
Alasannya sederhana: selain dia, hanya Paviliun Bulan Sabit yang mengetahui hubungan Yuan Gang dengan Su Zhao. Ketika Yuan Gang tiba-tiba bertemu Su Zhao palsu, mustahil baginya untuk tidak curiga.
"Mereka diminta merusak Zhao, tapi tak ada kabar sama sekali. Jika tak mau membantu, tak perlu bertemu! Bilang perang sedang genting, tak ada waktu, tolak pertemuan!" Niu Daomei menolak dengan tegas.
……
"Apakah Guru yakin dengan kepergian ini?"
Di kediaman perdana menteri, Zi Pingxiu yang sedang melepas kepergian Jia Wuqun menggenggam tangannya penuh harap, matanya memancarkan antisipasi.
Situasi Song sangat genting. Sedikit kesalahan bisa menyebabkan keruntuhan kerajaan.
Meski Luo Zhao mengalami kegagalan strategis menghadapi Meng Shanming, harus diakui kemampuannya di medan perang tetap tangguh. Tapi semua tergantung lawan yang dihadapinya.
Memang Luo Zhao jago bertarung, sayang lawannya bukan orang biasa - Jinjue, Panglima Besar Han!
Sangat sulit bagi Luo Zhao membalikkan keadaan di medan perang dengan kekuatan yang lebih lemah untuk Song.
Strategi bertahap ala Jinjue yang mengandalkan keunggulan kekuatan justru semakin efektif. Meski Luo Zhao terus mengeluarkan siasat cerdik, tak ada yang mampu menembus pertahanan strategis Jinjue yang membuatnya frustasi.
Inilah kesan khas yang selalu ditimbulkan Jinjue pada setiap lawannya.
Luo Zhao mencoba segala cara namun hanya bisa memperlambat laju kekalahan pasukan Song. Hasil yang terlihat semakin mendekat hari demi hari.
Orang luar tak bisa membayangkan perasaan Luo Zhao. Itu adalah keputusasaan yang berasal dari hati terdalam, namun tak berani diluapkan karena takut mempengaruhi semangat pasukan. Hatinya sangat tertekan.
Dalam perang yang diprovokasi Song kali ini, Luo Zhao pertama kali menderita kekalahan memalukan di tangan Meng Shanming. Kini berhadapan dengan Jinjue, ia kembali dipaksa masuk ke ujung tanduk secara bertahap.
Mengenang semangat heroik sebelum perang, kesuksesan di usia muda, karier yang melesat, ambisi besar yang bisa menelan langit dan bumi. Tiba-tiba mengalami kegagalan berturut-turut dengan ketidakberdayaan yang begitu nyata. Orang luar sulit membayangkan betapa berat pukulan ini baginya.
Ketidakpuasan beberapa orang terhadapnya di masa lalu, kata-kata sarkastik yang pernah dilontarkan, ucapan tentang sikap arogannya seolah menjadi kenyataan.
Kepercayaan dirinya goyah. Berhadapan dengan Meng Shanming dan Jinjue secara berturut-turut, keyakinannya hampir hancur!
Dalam situasi inilah, dengan masa depan Song yang sudah bisa diprediksi, beberapa pihak berusaha menyelamatkan Song dari kehancuran. Jia Wuqun memutuskan untuk pergi mengunjungi Piao Miao Ge.
Ini adalah cara terakhir yang tak terhindarkan. Gelombang besar sudah mencapai tahap ini. Kecerdasan individu Jia Wuqun sulit mengubah apa pun, seperti Shao Pingbo dan Niu Daomei yang sama-sama tak berdaya menghadapi arus zaman.
Berharap pada negara-negara lain sudah tidak realistis. Hanya bisa menaruh harapan pada tingkat yang lebih tinggi untuk turun tangan. Berharap bisa melobi Piao Miao Ge agar bersedia menyelesaikan krisis Song.
“Yakin?” Menghadapi perhatian Zi Pingxiu, Jia Wuqun tersenyum getir: “Masih ada pilihan? Hanya bisa mengobati kuda mati sebagai kuda hidup, hanya bisa mencoba. Tuan Perdana Menteri juga jangan berharap apa-apa padaku. Kami di mata Piao Miao Ge hanyalah semut kecil, anggota junior sekte. Mereka benar-benar tidak akan menghargai kami.”
“Terima kasih atas kerja keras Guru.” Zi Pingxiu memberi hormat dengan tangan tergenggam, membungkuk dalam-dalam.
Jia Wuqun tidak bermain manis, langsung berbalik dan pergi...
“Harimau tak akan melahirkan anak anjing! Pertempuran Pangeran Muda ini sungguh gemilang!”
Memandangi markas besar pasukan Han di seberang sungai dari batu tepi Sungai, Shao Dengyun yang menerima laporan pertempuran dari Nan Zhou menghela napas lega, berdesah kagum.
Ia juga sangat khawatir dengan situasi perang di Nan Zhou. Kemenangan Shang Chaozong dalam satu pertempuran mengubah situasi, membuatnya lega. Mengenang mantan tuannya, hatinya dipenuhi kehangatan...
Di balik meja Ruang Studi Kekaisaran, Shang Jianxiong juga membaca laporan pertempuran Nan Zhou. Shang Chaozong berhasil mengubah kekalahan menjadi kemenangan dengan pasukan kecil, mengubah strategi bertahan Yan menjadi ofensif.
Bagi Kaisar Yan ini, seharusnya ini adalah kabar gembira. Namun ia sama sekali tidak bisa merasa senang.
Ancaman Song telah dihancurkan oleh Meng Shanming. Ancaman Han dihadang Shao Dengyun. Ancaman Zhao berhasil dicegah Shang Chaozong. Pada akhirnya, semua adalah bawahan Pangeran Ning. Kejayaan ini semua akan menjadi mahkota di kepala Shang Chaozong, putra Pangeran Ning.
Kerajaan Yan dalam bahaya, yang menyelamatkan situasi adalah Shang Chaozong, sedangkan kaisar Yan ini? Sepertinya tidak melakukan apa-apa, seperti orang yang makan gaji buta.
Terutama sekarang, Tiga Sekte Besar Yan semuanya mendukung pihak Shang Chaozong, membuatnya bagai duri di kerongkongan.
Tong Mo yang berdiri di bawah juga gelisah. Semakin Shang Chaozong menunjukkan kemampuannya dan semakin berkuasa, semakin tidak tenang dirinya. Pembersihan faksi Pangeran Ning dulu dipimpinnya sendiri. Jika benar Shang Chaozong menguasai kekuasaan, membayangkan akhir hidupnya sendiri membuatnya menggigil ketakutan.
Tapi sekarang dia tak bisa berbuat apa-apa terhadap Shang Chaozong. Di sekeliling Shang Chaozong ada banyak kultivator pelindung, plus mengendali pasukan. Baik dengan cara terang-terangan maupun diam-diam, semuanya sia-sia. Saat ini Shang Chaozong mengumpulkan semua kekuatan dominan, konspirasi licik apapun takkan melukainya sedikitpun.
Shang Yongzhong yang berdiri di bawah juga tak nyaman. Sebagai Panglima Besar, sekarang dia benar-benar hanya menjadi hiasan belaka. Semakin hebat Shang Chaozong, semakin tampak ketidakmampuannya sendiri. Sungguh memalukan.
Gao Jiancheng yang berdiri di bawah tetap berwajah datar. Dia sudah lama menaruh saham di pihak Shang Chaozong. Meski menjabat sebagai Tiga Guru di sini, jika pihak ini ambruk dan Shang Chaozong berkuasa, dia tetap akan selamat. Tak disangka keputusannya dulu karena tak berdaya justru membuatnya berada di posisi tak terkalahkan, terasa seperti hidup adalah panggung sandiwara.
Tentu saja, mendengar kabar kemenangan ini, hatinya penuh perasaan campur aduk. Setidaknya semakin menyadari kemampuan orang-orang Shang Chaozong. Sebaliknya, istana di pihak ini hanya membuatnya menggelengkan kepala diam-diam.
Dari ketinggian pandangannya, situasi internal Kerajaan Yan sangat jelas. Shang Chaozong benar-benar telah mencapai pengaruh yang signifikan, kharismanya secemerlang matahari di zenith. Di Yan saat ini, tak ada orang selain Shang Chaozong yang bisa menggantikan posisi pengadilan.
"Para hadirin, semua negara bagian di bawah harus diawasi ketat, diatur dengan baik, jangan sampai kendur. Perkuat pengawasan!" Shang Jianxiong tiba-tiba berkata dengan penuh makna.
"Ya!" Tiga orang serempak memberi hormat menerima perintah.
Mereka semua paham maksudnya. Saat ini aura Shang Chaozong terlalu kuat. Kemampuan menguasai negara-negara bagian menjadi satu-satunya modal mereka. Jika kehilangan kemampuan kontrol ini, mereka takkan berarti lagi bagi Tiga Sekte Besar Yan.
Termasuk Shang Jianxiong sendiri menyadari: melalui perang ini, Tiga Sekte Besar mungkin telah mengerti - siapa yang harus didukung agar lebih menguntungkan mereka. Jika tak bisa mengendalikan bawahan, Tiga Sekte Besar mungkin akan meninggalkan mereka dan membentuk pemerintahan baru yang lebih menguntungkan.
Singkatnya, mereka harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kekacauan internal di Yan kapan saja. Hanya dengan ini Tiga Sekte Besar tidak akan berani sembarangan meninggalkan mereka.
Mengucapkan kalimat seperti ini, pada tingkat tertentu merupakan pengakuan atas ketidakmampuan pemerintahan yang dipimpinnya.
"Yu Fei mana?" Shang Jianxiong kembali bertanya pada Tian Yu.
“Selir Giok adalah selir yang dikirim oleh Kaisar Song Mu Zhuozhen!” Tong Mo, Shang Yongzhong, dan Gao Jiancheng secara spontan saling memandang. Pengangkatan wanita itu sebagai "Selir Giok" oleh Shang Jianxiong menuai protes banyak pihak. Apa makna "Giok"? Tentu merujuk pada kesucian tanpa noda. Seorang wanita bekas selir orang lain yang dibawa ke sini, secara reputasi sungguh tak layak menyandang gelar Selir Giok.
Tian Yu melirik reaksi ketiga menteri itu, lalu menjawab pelan: "Di Taman Kekaisaran."
Seketika wajah muram Shang Jianxiong berubah bersemangat. Ia langsung bangkit dan bergegas pergi.
"Yang Mulia!" Tong Mo mencoba menghalangi, "Kesehatan Sang Naga harus diutamakan. Jangan terlalu memaksakan diri, mohon kendalikan diri!"
Melihat lingkaran hitam di mata Shang Jianxiong, ia tak kuasa lagi menasehati untuk kedua kalinya.
Menurut kabar dari dalam istana, kaisar ini terlalu "bersemangat" melayani wanita itu. Pembagian kasih yang tak seimbang telah menimbulkan protes keras dari harem kerajaan. Jangan remehkan wanita-wanita harem itu - banyak yang berasal dari keluarga berpengaruh. Jika semua berkeberatan, masalah besar akan timbul.
Bahkan permaisuri pun tak senang. Permaisuri itu adalah putri Tong Mo sendiri. Putrinya sendiri sampai tak tahan menggerutu pada sang ayah.
Disebut "menggerutu" masih halus - nyaris seperti makian. Ditanyakan apakah ia harus menyerahkan posisi permaisurinya?
Shang Jianxiong meledak marah. Matanya melotot sambil mendekati Tong Mo dengan langkah mengancam, "Kendalikan apa?!"
Wajah tua Tong Mo memerah. Terdesak mundur langkah demi langkah hingga membentur tiang, tak bisa mundur lagi.
Shang Jianxiong menatapnya menggerutu, "Hamba sedang tidak mood, hanya ingin mengobrol dengan Selir Yu untuk menghibur diri, tidak bolehkah itu?"
"Shen hao!" Tong Mo dengan wajah masam memaksa mengucapkan dua patah kata.
Shang Jianxiong menoleh memandangi hadirin, "Sebelumnya, makanan yang dikirim untuk Selir Yu tidak bersih. Beberapa hal sengaja hamba biarkan tanpa tindakan tegas. Tapi jangan kira hamba buta! Jangan kalian keterlaluan. Tangan-tangan kalian jangan terlalu panjang. Siapa yang berani menyentuh urusan rumah tangga hamba... Jangan anggap belas kasihan hamba sebagai kelemahan! Jika terulang lagi, hamba tidak akan mengampuni!"
Ada yang meracuni? Gao Jiancheng dan Shang Yongzhong saling melirik. Entah siapa pelakunya, tapi ini sudah diduga. Seorang wanita tanpa pengaruh masuk istana, terlalu dimanja. Kecemburuan wanita itu kodrat, apalagi di antara gerombolan perempuan. Wajar saja ada yang iri dan berbuat jahat. Setiap tahun pasti ada yang mati misteri.
