Ukuran bibit spiritual terlalu kecil. Sekalipun kau menyembunyikan 10.000 butir di badan, orang lain sulit melihatnya.
Masalahnya terletak di sini. Sebelum akhir, tak ada yang tahu pihak mana dapat lebih banyak, mana yang lebih sedikit.
Sekalipun kau jujur bilang tak banyak, belum tentu mereka percaya. Sekte mana yang mau mengeluarkan barangnya untuk diperiksa?
Apalagi membiarkan diri digeledah. Contohnya kultivator sekte Wei takkan membiarkan kultivator sekte Qi menggeledahnya. Tak ada yang mau menyanggupi aib memalukan seperti ini. Benar-benar merendahkan kepala, pulang ke rumah pun jangan harap hidup tenang.
Dengan demikian hanya tersisa satu hasil: RAMAS!
Begitu perampasan dimulai, kekerasan tak terhindarkan!
Beberapa orang terlalu mengada-ada pernah mengusulkan gagasan tak realistis, menganggap berbagai sekte bodoh karena bisa membuat perjanjian yang disepakati untuk tidak berebut peringkat.
Tapi realitas kejam. Begitu ada yang membuat peringkat terkait konflik kepentingan, pasti akan ada yang berebut.
Tak usah sebut negara-negara, murid dalam internal sekte-sekte saja, siapa berani menjamin semuanya berperilaku baik? Bagaimana menunjukkan keistimewaan saat masuk ke ruang dimensi Tian Du?
Sekte yang masuk ruang dimensi Tian Du mana berani pulang dengan tangan hampa? Bagaimana memberi ganti rugi ke Paviliun Piao Miao? Paling tidak kau harus bawa pulang beberapa bibit spiritual.
Ruang dimensi Tian Du begitu luas. Untuk mencari bibit spiritual harus berpencar ke segala arah. Tak mungkin satu sekte bergerak bersama ke satu arah, apa bedanya dengan satu orang mencari?
Begitu berpencar, akan ada saat sendirian dan lemah.
Padahal, para ahli kuat yang menemukan kesempatan untuk menindas kaum lemah, kesempatan yang bisa didapatkan hanya dengan turun tangan, siapa yang bisa menjamin setiap orang bisa hidup tenang dan patuh?
Melihat saudara seperguruan lebih sukses dari dirinya, akankah ada yang mengambil metode ekstrem?
Cukup satu orang tewas, ini akan menimbulkan kewaspadaan semua orang.
Takkan ada yang mau mengaku telah menjadi dalang pembunuhan.
Tanpa pengakuan, semua akan salah paham bahwa seseorang mulai merampas, siapa lagi yang bisa dipercaya?
Satu titik bisa menghancurkan seluruh permukaan, lalu memicu reaksi berantai.
Apalagi dengan Jin yang menjadi tongkat pengaduk tai, negara miskin itu takkan mudah melepas hadiah besar dari Piao Miao Ge.
Sebaliknya, dalam kondisi ini siapa mau jadi yang terakhir, tak dapat apa-apa plus murid-muridnya mati sia-sia?
Jadi juru kunci berarti dampak besar bagi reputasi sekte, karenanya tak ada pilihan selain berebut peringkat.
Singkatnya, berbagai alasan tersembunyi membuat perampasan tak terhindarkan. Masuk ke ruang dimensi Tiandu berarti memasuki pembantaian berdarah.
Bukan sembarang pembantaian - murid yang masuk kebanyakan pasukan elit. Tak ada sekte yang mau membiarkan mereka bunuh diri, minimal secara formal mengerahkan biaya untuk dukungan.
Momen inilah puncak bisnis Sekte Tianxing, talisman mereka laris manis.
Karenanya Tiandu menjadi medan gemuruh pertempuran paling kejam bagi kultivator murni, sampai tak ada yang rela datang.
juga tidak ingin datang ke sini. Datang ke tempat ini berarti bermain nyawa, namun seperti yang lain, dia tak ada pilihan lain di bawah hukum kosmis ini.
Saat ini dia meneguk telapak tangannya, menghirup aroma benih spiritual yang baru diterimanya. Terdapat aroma mistis yang samar namun menyegarkan jiwa.
Barang ini terlalu kecil, khawatir jatuh tanpa disadari. Setelah menyimpannya dengan hati-hati, barulah dia menengadah melihat gulungan lukisan besar yang tergantung di tebing kiri-kanan.
Pohon yang tergambar pada gulungan lukisan itu adalah sumber benih spiritual, disebut Pohon Spiritual dalam dunia kultivasi. Dipajang di sini agar semua orang yang lewat bisa mengenalinya, memudahkan pemanenan setelah masuk.
Setelah semua orang menerima barang mereka, mereka berkumpul dan menunggu di luar kabut mistis.
Sekitar satu shichen kemudian, kabut yang bergerak perlahan mulai bergejolak hebat. Akhirnya terdengar suara "braak" metafisik yang meski lirih, seolah mampu membersihkan pikiran. Titik cahaya putih meledak dalam kabut samar, seketika mengubahnya menjadi kabut pekat.
Termasuk Niu Daomei, semua mata tertancap pada fenomena aneh ini.
Beberapa kultivator dari Piao Miao Ge melompat mendarat di depan kabut. Menghadap kerumunan, masing-masing mengeluarkan sebutir benih spiritual dan memperlihatkan metode penggunaannya.
Benih spiritual langsung ditelan, lalu dimurnikan dengan sihir. Setelah itu mereka berbalik dan memasuki kabut, sebelumnya menarik rantai besi.
Satu ujung rantai besi ikut masuk ke dalam kabut, ujung lainnya tergantung di tebing luar.
Setelah menunggu sebentar, dari kedalaman kabut sepertinya ada seseorang yang menarik rantai besi dengan kuat. Sebuah lonceng di tebing berbunyi "Braak! Braak! Braak!" berturut-turut tiga kali.
Bai Yulou yang sedang menatap lonceng itu mengangguk halus, lalu berbalik menghadap semua orang sambil mengatupkan tangan. Kemudian dia melambaikan tangan ke arah kabut sambil berkata: "Para hadirin, mari kita mulai!"
Orang-orang saling pandang. Mereka yang berada di barisan depan terpaksa mengeluarkan sebutir benih spiritual dan menelannya, lalu maju dengan hati-hati memasuki kabut.
Tak lama kemudian, Niu Daomei yang juga maju bersama kerumunan masuk ke dalam kabut dikelilingi oleh para penjaga, khawatir ada yang akan menyerangnya secara tiba-tiba.
Sebelum masuk kabut, semua tahu bahwa di balik kabut ada tebing. Namun meski berjalan lurus ke arah tebing dan menempuh jarak yang cukup, mereka tidak kunjung menyentuh tebing itu - seolah tebing telah lenyap.
Perlahan-lahan, pandangan semua orang tiba-tiba berseri-seri. Sebuah hutan purba muncul secara tiba-tiba, tak ada lagi bayangan tebing di mana-mana.
Inikah Ruang Dimensi Tiandu? Niu Daomei yang tiba-tiba berada di tempat lain langsung menoleh ke belakang. Kabut telah menghilang tanpa jejak, di belakangnya juga terhampar hutan purba.
Ruang hampa udara beriak-riak seperti air. Orang-orang terus bermunculan dari udara kosong dengan cara yang ajaib.
Meski ini pertama kalinya Niu Daomei datang ke sini, dia sudah mempersiapkan diri. Dia tahu bahwa siapa pun yang masuk saat ini tidak akan bisa pulang.
“Setahun kemudian, kabut akan muncul di hutan ini. Hanya saat kabut angker itu muncul, semua orang bisa kembali melalui kabut.”
“Dan setelah setahun penuh, kabut di Lembah Langit akan menghilang lagi.”
“Artinya, dalam setahun, orang di Lembah Langit bisa memasuki dunia ini kapan saja. Setelah setahun, koridor kabut untuk masuk akan terputus. Jika ingin masuk lagi harus menunggu lima puluh tahun.”
“Sebaliknya, orang yang berada di dunia ini selama setahun tidak bisa kembali ke dunia asal. Sedangkan selama lima puluh tahun setelah setahun itu, koridor kembali akan tetap terbuka.”
“Masih ada orang di belakang! Yang sudah keluar segera berpencar dan minggirkan jalan!” Terdengar bentakan kultivator Piao Miao Ge. Mereka juga tak bisa pulang selama setahun ini.
Niu Daomei melirik tajam para kultivator Piao Miao Ge itu, lalu berjalan menjauh bersama yang lain untuk memberi jalan.
Baru sekarang Niu Daomei memperhatikan hutan di sekitarnya. Pohon-pohon purba berukuran mengerikan – jika menengadah, tingginya mungkin mencapai 100 zhang (≈333 meter). Batangnya begitu kekar sampai-sampai manusia terlihat seperti semut di bawahnya.
Banyak pohon masih menyimpan bekas pertempuran usang. Niu Daomei tahu: setiap akhir periode setahun, tempat ini menjadi gerbang terakhir perampasan berdarah. Intensitas pertempurannya bisa dibayangkan.
“Jangan melamun! Kau tidak sadar situasimu? Mau dikerubungi gerombolan? Cepat pergi!” Penatua Yan Li dari Gua Adamantium-Ungu menarik lengan Niu Daomei.
Sekelompok orang membentuk formasi pelindung sekitar Niu Daomei, menerobos hutan purba dengan gesit.
Namun belum berjalan jauh, Niu Daomei tiba-tiba berseru, "Tunggu!" Dia yang pertama berhenti.
Yan Li terpaksa mengikuti berhenti, bersuara berat, "Tunggu apa? Cepat jalan!"
Niu Daomei menjulurkan dagu ke arah anak sungai kecil di tengah hutan, "Kenalan, aku mau menyapa."
Semua orang melihat ke arah tersebut. Di tepi anak sungai, seorang kultivator Piao Miao Ge yang bertugas mengawasi area keluar sedang berdiri di atas batu sambil mengamati sekeliling.
Kenalan? Mereka saling pandang bingung, hendak ikut mendekat.
Niu Daomei mengangkat tangan menghentikan, "Para senior tunggu di sini. Kalian mendekat, percakapan kami jadi tidak leluasa. Tenang, dia anggota Piao Miao Ge. Selama dia ada, tak ada yang berani ganggu aku."
Mendengar ini, mereka hanya bisa menyaksikan kepergiannya dengan sedikit harapan tak terduga.
Niu Daomei melompat mendarat di samping sang kultivator. Yang berdiri di atas batu itu memandangnya dari atas, berkata kasar, "Niu Daomei, ada perlu?" Matinya melirik ke arah rombongan Yan.
Niu Daomei tersenyum. Rupanya pertarungan di Lembah Langit tidak sia-sia, mereka bahkan tahu namanya. Ia memberi hormat, "Tidak berani menyamai senior. Hanya ada beberapa hal yang belum kupahami, bolehkah bertanya?"
Dipanggil 'senior' oleh Niu Daomei yang termasyhur itu, sang kultivator merasa tersanjung. Namun tetap bersikap tegas, "Jangan tanya yang tidak perlu."
Niu Daomei cepat-cepat bertanya: "Senior tenang, junior pasti tidak akan menanyakan hal-hal yang tidak pantas. Hanya ingin bertanya, kita semua tidak membawa bekal makanan ke sini, apakah barang-barang di sini bisa dimakan?"
Melihat pertanyaan sepele, sang kultivator pun menjawab sembarangan: "Setelah menelan Benih Spiritual tentu tidak akan ada masalah. Asal jangan memakan benda beracun, semuanya sama seperti dunia luar, tidak akan berpengaruh buruk. Hal semacam ini, bukannya kau harusnya sudah cari tahu sebelum masuk? Masih harus nunggu sekarang baru tanya padaku? Tidak bisakah kau tanya mereka? Jangan bilang mereka juga masuk ke ruang dimensi ini tanpa persiapan sama sekali." Ia menjulurkan dagu ke arah kelompok Kerajaan Yan.
Kelompok Yan juga merasa heran, tidak tahu apa yang sedang dibicarakan kedua orang itu.
Niu Daomei menghela nafas: "Sebelumnya tak pernah terbayang bisa datang ke sini. Kabarnya benar-benar mendadak. Saat itu kondisiku khusus, sedang menghindari beberapa urusan, sungguh tidak sempat mencari informasi. Setelah itu sempat bertanya pada mereka, tapi mereka masing-masing punya agenda tersembunyi. Aku tidak percaya, lebih baik bertanya langsung pada Senior. Senior, apakah air di sini bisa diminum?"
Sang kultivator berkata: "Asal sudah menelan Benih Spiritual, makan-minum di sini sama saja."
Niu Daomei: "Katanya setelah masuk, Senior-Senior tidak bisa keluar selama setahun. Apakah Senior juga minum air sini seperti kami?" Tangannya seolah tanpa sengaja membuat gerakan penunjuk, mengarah ke anak sungai kecil di hadapan mereka.
Sang kultivator kesal: "Di sekitar sini cuma ada satu anak sungai ini. Kami harus berjaga di sini, kalau tidak minum air sini mau minum dari mana? Tenang saja, selama kau tidak mati di tangan orang lain, air ini tidak akan membunuhmu. Sudah, lakukan tugasmu, Sok jaim!"
“Begitu cepat mendapatkan jawaban yang diinginkan?” Niu Daomei menahan uraian lain yang telah dipersiapkan di dalam hatinya. Tanpa bicara lebih lanjut, ia mengatupkan tangan dan berpamit: "Terima kasih atas pencerahannya, Senior! Aduh, sepertinya aku tidak punya kesempatan pulang hidup-hidup." Menggelengkan kepala, ia berbalik dan pergi.
