Tak menemukan siluet manusia, Yan Baoru berpindah ke beberapa cabang pohon besar lainnya. Masih tak terlihat, dalam hati memaki kewaspadaan Niu Daomei yang terlalu tinggi, licik seperti rubah tua yang langsung menghilang saat ada keanehan.
Dia sebelumnya terus mengikuti dari belakang Niu Daomei. Saat Niu melesat di antara mahkota pohon, dia menyelinap di bawah hutan mengikuti.
Secara prinsip, burung-burung yang ada di depan seharusnya sudah kabur karena kehadiran Niu. Namun tak disangka, sekawanan burung bodoh tak dikenal yang bersembunyi di bawah justru terkejut saat dia lewat.
Begitu melihat Niu menyadari sesuatu dan jatuh ke hutan, dia cepat-cepat bersembunyi di balik pohon. Tapi Niu ternyata memanfaatkan momen dia menghindar ini untuk menyelinap dan menghilang dari pengawasan.
Presisi timing ini membuat Yan Baoru menyadari dia berhadapan dengan ahli dalam kontra-pelacakan.
Yang tidak dia tahu, dalam hal ini Niu masih kalah dari Yuan Gang. Yuan Gang-lah ahli sejati dalam teknik anti-pelacakan semacam ini, bahkan dialah yang mengajarkan metode ini kepada Niu.
Tapi satu hal yang pasti: Niu hanya sebentar lepas dari pantauannya. Jika bergerak lagi, sulit untuk tidak terdeteksi. Jadi Niu pasti masih di sekitar sini.
Dia ingin membuat Niu keliru, mengira itu binatang yang mengejutkan burung-burung, agar bisa terus melacak. Maka dia tetap diam bersembunyi.
Tak disangka setelah setengah shichen menunggu, Niu tak kunjung muncul. Dia jadi tak sabar dan curiga apakah Niu sudah melarikan diri.
Kemudian terpikir, membocorkan ya sudah, paling-paling berhenti mengikuti, toh menguntit bukan tujuan utamanya. Bahkan jika Niu Daomei lari pun dia tak takut, karena dia tahu dengan siapa Niu Daomei bersama, dan juga di mana lokasi mereka. Nanti masih bisa menunggu kelinci tertabrak pohon!
Hasilnya setelah menampakkan diri dan mencari, tetap tidak ketemu. Ternyata medan di daerah ini rumit, benar-benar mungkin Niu Daomei sudah menyelinap pergi.
Beginian saja sampai bisa lolos? Yan Baoru diam-diam mengumpat beberapa kali.
Tapi dia tetap tidak mudah menyerah, masih terus mencari di sekitar sini.
Saat pihak lawan agak menjauh dan tidak menyadari posisi ini, Niu Daomei sebenarnya punya kesempatan memanfaatkan medan rumit untuk kabur. Tapi dia tidak melakukannya.
Dia sedang memikirkan satu masalah, masih masalah yang sama sebelumnya: Benarkah ini kebetulan?
Dia agak menyesal tidak bertanya pada Situ Yao tentang situasi Yan Baoru. Setelah dia meninggalkan Kerajaan Yan, apakah Yan Baoru masih di sana?
Jika Yan Baoru kemudian pergi dari Kerajaan Yan, maka pertemuan kali ini benar-benar mungkin hanya kebetulan.
Tapi jika dia tidak pergi, baru saja memancing dan membunuh sepasukan Kerajaan Yan di sini, lalu bertemu Yan Baoru - mungkinkah ini kebetulan?
Jika bukan kebetulan, mustahil muncul di tengah jalan untuk menguntit. Perasaan Niu Daomei semakin berat. Dia tidak tahu seberapa banyak Yan Baoru sudah tahu, apakah dia sudah sadar kalau dirinya bersekongkol dengan gerombolan luar negeri itu?
Yan Baoru yang telah mencari-cari lagi di sekitar sepertinya menyerah, tiba-tiba melompat ke mahkota pohon seakan hendak pergi.
Niu Daomei yang bersembunyi di tempat gelap menoleh, cepat-cepat mengambil ranting di sampingnya. Krak! Ranting itu patah di tangannya, seolah tanpa sengaja menginjak ranting kering.
Suara keras di hutan sunyi itu langsung membuat siluet di mahkota pohon turun cepat kembali ke hutan. Yan Baoru yang bertengger di cabang pohon mengawasi arah ini, lalu turun melayang dengan langkah ringan di atas ombak ke semak setinggi manusia. Lengan bajunya berkibar-kibar.
Tenaga magisnya menyapu, rumput-rumput beterbangan.
Dengan cara ini, Yan Baoru membersihkan semak sambil bergerak maju ke sumber suara, mencari setiap jengkal tanah seperti menyisir karpet.
Saat pencarian hampir sampai di depannya, Niu Daomei mengayunkan lengan menjatuhkan batu-batu tajam dan bangkit berdiri, menampakkan diri.
Keduanya berhadapan dalam jarak beberapa zhang, saling berhadapan dalam kebuntuan.
Serpihan rumput beterbangan di sekitar Yan Baoru, tanah dan batu berjatuhan di sekitar Niu Daomei.
Semuanya kembali sunyi. Melihat Niu Daomei mengibaskan serangga di bahunya, Yan Baoru tersenyum. Wajah cantiknya yang dingin menampakkan senyum cerah langka: "Lanjutkan sembunyi, kenapa berhenti?"
Niu Daomei: "Kau hampir menginjak kepalaku. Sudah tidak bisa lagi bersembunyi. Aku kurang beruntung. Seandainya bisa bertahan sedikit lagi, mungkin sudah lewat."
Yan Baoru tersenyum sinis: "Memang, hampir saja kau berhasil."
Niu Daomei: "Bagaimana kau tahu aku di sini, kebetulan?"
"Kebetulan?" Sudut bibir Yan Baoru menampakkan cemochan, "Sudah beberapa hari mengikuti kalian. Orang di sekitarmu terlalu banyak, awalnya kukira sulit mendekat. Tak disangka kau malah meninggalkan kelompok sendirian. Awalnya ingin mengikutimu, melihat konspirasi apa yang kau dan gerombolan siluman itu rencanakan. Tapi muncul masalah tak terduga sampai ketahuan. Harus kuakui, kau benar-benar bisa menahan diri. Begitu ada yang mencurigakan langsung bersembunyi lama, hampir lolos. Seperti katamu, nasibmu memang kurang bagus."
Informasi yang didapatnya dari Li Wuhua terbatas. Hanya tahu Sekte Pedang Gaib menemukan jejak Niu Daomei dan ingin memburunya. Tak disangka Niu Daomei justru bersama gerombolan siluman itu. Pasukan Sekte Pedang Gaib sendiri yang nekat menubruk mata pedang.
Ia hanya tahu Sekte Pedang Gaib menemukan Niu Daomei tanpa sengaja, tak tahu ini hasil umpan Niu Daomei.
Ia tak bisa mendekati kelompok Niu Daomei, juga tak tahu ilmu setan apa yang mereka lakukan.
Sampai sekarang ia belum menyangka Niu Daomei sedang jadi umpan, karena tak mungkin sekelompok siluman itu berani melawan Tujuh Kerajaan.
Karena itu saat melihat Niu Daomei meninggalkan kelompok sendirian, ia sangat ingin mengikuti untuk melihat apa rencananya.
"Tapi perkataannya ini tertangkap oleh telinga Niu Daomei dengan arti yang sangat berbeda. Hatinya berat, wanita ini benar-benar telah menemukan bahwa dia dan kelompok orang dari luar negeri itu bersekutu."
"Lebih baik muncul juga. Mengikuti diam-diam di belakang sangat melelahkan. Jika ingin tahu sesuatu, bertanya langsung padamu juga sama." Yan Baoru menambahkan dengan mendengus.
Niu Daomei: "Kupikir kau hanya penasaran. Seharusnya tidak ada niat jahat terhadapku, kan?"
Yan Baoru: "Kau ini sangat licik. Ujian beberapa bulan lalu tidak akan kau lupakan secepat ini. Apa maksudku padamu, kau harus sepenuhnya menyadarinya."
Niu Daomei: "Aku danmu tak punya permusuhan. Kutebak menargetkanku bukan keinginanmu sendiri. Orang yang menjelang ajal, bukankah seharusnya diberi penjelasan? Siapa yang mengirimmu?"
Yan Baoru: "Itu tidak penting. Katakan, untuk apa kau bergaul dengan sekelompok siluman dan iblis itu? Jika jawabanmu memuaskan, mungkin akan kuberi celah hidup."
Niu Daomei: "Orang di tempat ini, apa lagi yang bisa dilakukan selain mencari Benih Spiritual."
Yan Baoru: "Jika sebelumnya, mungkin aku akan percaya omong kosongmu. Tidak ada alasan untuk tidak percaya—apa lagi yang bisa dilakukan selain mencari Benih Spiritual bersama? Tapi kamu pergi sendirian, apakah itu seperti orang yang sedang mencari Benih Spiritual? Aku telah mengikuti kalian berhari-hari, selain beristirahat hanya terus berjalan, tak terlihat sedikit pun niatan mencari Benih Spiritual. Niu Daomei, jawabanmu sangat tidak memuaskan. Kuingatkan, jangan bersulang tak diminum malah menghabisi hukuman. Jika sampai aku harus membuka mulutmu dengan paksa, rasa-nya tak akan mengenakkan. Aku menyukai kebersihan—sungguh tak ingin mengotori tanganku." Ia mengangkat tangan, membelai jari-jari rampingnya yang sehalus giok dengan penuh kekaguman.
Niu Daomei: "Kurasa kau sendiri dalam bahaya!" Ujarnya sambil melirik ke belakang Yan Baoru.
Yan Baoru tegang, menoleh mendadak—tak ada siapa-siapa. Saat menyadari kelicikan dan berbalik, Niu Daomei sudah menghunus pedang. Kilauan dingin melesat beberapa kali, memanfaatkan kesempatan untuk kabur secepat kilat.
Yan Baoru mengibaskan lengan bajunya. Boom! Gemuruh menggelegar—daya ledak dari kibasan lengan baju itu langsung menghancurkan energi pedang yang datang, seolah lengan baja.
Marah dibuatnya karena dipermainkan dengan tipu muslihat receh, Yan Baoru melesat syuut! Mengejar Niu Daomei yang berlarian di hutan.
Lengan baju beterbangan bagai elang abu-abu menerkam kelinci liar—dengan gesit menyusul target buruan.
Yan Baoru yang melayang di udara memutar telapak tangan gioknya lalu mendorong.
Niu Daomei tiba-tiba merasakan udara di sekelilingnya seolah membeku, dipenuhi tekanan dahsyat yang tak terbayangkan, membuatnya seperti terjebak dalam cairan lengket transparan sehingga sulit terbang.
Yan Baoru kembali menarik telapak tangan gioknya.
Niu Daomei segera merasakan aliran udara sekitar yang tiba-tiba menarik tubuhnya yang sedang mencari pijakan, membuatnya terlempar mundur. Ruang ini sepenuhnya dikuasai oleh tenaga magis Yan Baoru.
Yan Baoru lalu menyambar dengan telapak tangan kilat.
Aliran udara yang berputar balik tiba-tiba berubah menjadi gelombang pasang dahsyat, menghantam punggung Niu Daomei dengan gemuruh. Braak! Tubuhnya terpental jauh.
Tas pinggang terkoyak, Benih Spiritual ungu berkilauan berhamburan bagai hujan.
Pu! Niu Daomei yang menyemburkan darah dari mulutnya menabrak pohon besar dan jatuh ke tanah.
Siluet Yan Baoru sudah berdiri di hadapan Niu Daomei. Matanya melirik ke sekeliling sambil memandangi hujan ungu yang masih bertebaran, tampak terkejut.
Tiba-tiba dia mengibaskan lengan bajunya berulang kali, mengundang angin puyuh yang menyapu rumput liar dan batu-batu berterbangan.
Di pusat angin puyuh, tangannya terentang. Butir-butir cahaya ungu menyembul dari reruntuhan, berkumpul di telapak tangannya.
Segera, sebongkah besar kristal ungu berisi Benih Spiritual telah berada di genggamannya.
Benih Spiritual yang baru saja tercecer ternyata telah dikumpulkannya kembali dalam sekejap mata.
Ia mengibaskan lengan baju lainnya dengan ringan, putaran badai serpihan tiba-tiba menyebar membersihkan area sekitar, angin yang menjauh perlahan mereda.
Yan Baoru yang berada di posisi tinggi, menatap dingin Niu Daomei yang tergeletak terengah-engah dengan wajah pucat dan darah di sudut mulut yang tampak sekarat, menahan gumpalan besar kristal ungu dengan satu telapak tangan, "Kau ternyata membawa begitu banyak Benih Spiritual, katakan, apa rencana tersembunyi kalian?"
"Kami..." Niu Daomei bergumam samar, kata-kata selanjutnya tidak terdengar jelas seperti suara perut keroncongan.
Dengan satu tangan menahan kristal ungu dan tangan lain mencengkram udara, Yan Baoru mengangkat tubuh Niu Daomei yang tergeletak secara virtual.
Saat hendak meraih kerah baju Niu Daomei untuk menginterogasi, tiba-tiba mata lemah Niu Daomei terbuka penuh kedinginan, langsung menyambar dengan telapak tangan.
"Mencari maut!" Serbuan dadakan di jarak dekat membuat Yan Baoru membentak, mengubah lima cakar menjadi telapak tangan yang menghantam keras untuk menahan serangan Niu Daomei.
Pohon besar di belakang Niu Daomei yang sebelumnya disentuhnya, bagian tengah batangnya meledak berkeping-keping dengan suara gemuruh.
Yan Baoru terkejut, menyadari sebagian besar tenaga pukulannya tidak mengenai Niu Daomei melainkan tersalurkan ke pohon tersebut.
Bagian atas pohon besar yang bergoyang hebat langsung roboh dengan gemuruh. Niu Daomei yang terkena telapak tangan telah terlontar ke belakang, menyelinap keluar dari serpihan kayu yang beterbangan di belakangnya, berhasil melepaskan diri dari depan Yan Baoru. Tangannya meraih udara kosong, pedang bermata dingin yang sebelumnya terlempar itu melesat kembali dari tanah ke genggamannya.
