"Berdasarkan intelijen, dua negara sedang berdamai. Tiba-tiba Niu Daomei melakukan ini, apa dia tidak takut dihukum oleh Tiga Sekte Besar Yan?"
Di dalam aula, Kaisar Qi Hao Yuntu mondar-mandir sambil bergumam pelan mengajukan pertanyaan.
Huyan Wuhui dan Bu Xun dipanggil kembali darurat, karena Hao Yuntu ingin menanyai pendapat Huyan Wuhui tentang perang ini.
Apakah Yan yang tiba-tiba menyerang punya keyakinan menang? Jika yakin menang, berapa lama mereka bisa bertahan?
Berbagai masalah harus dipahami dulu sebelum mengambil keputusan tepat waktu - dan Huyan Wuhui ahli dalam hal ini.
Menurut Huyan Wuhui, sekalipun Pasukan Yan bisa mengalahkan Zhao, mereka takkan mampu mencaploknya.
Mencaplok suatu negara bukan sekadar menang perang. Menguasai wilayah akan menghadapi banyak masalah beruntun: sisa-sisa mata-masih tidak rela, perlawanan dari loyalis lama dan generasi muda di tanah leluhur, mana ada kemampuan ekonomi dan jumlah pasukan Yan yang cukup untuk menekan semua itu?
Kontrol wilayah seluas itu dengan ekonomi lemah dan pasukan tersebar, ditunda-tunda malah akan membuat Yan sendiri ambruk. Musuh luar cukup serang sekali saja, bahkan mengumpulkan kembali pasukan untuk bertahan pun sulit - sama sekali tidak realistis.
Singkatnya, Yan saat ini masih terlalu lemah dan tak punya kekuatan untuk mencaplok Zhao!
"Aksi-aksi Niu Daomei yang nyatanya sangat membingungkan pihak ini, membuat Hao Yuntu bertanya demikian."
"Yang paling menggelikan, Niu Daomei sebelumnya bahkan mengirim ancaman mengatakan para kultivator Qi di ruang dimensi terus mengejarnya hingga ia tersinggung, berambisi mengerahkan pasukan besar untuk menyerang Qi!"
Hao Yuntu menghela napas setengah geram, "Dasar kurang ajar, berani-beraninya mengancam kami! Dengan apa kau mengancam?"
"Tapi harus diakui, si pecundang yang dulu merangkak-rangkak di Qi Jing itu kini sudah punya pengaruh. Sayapnya sudah kuat, sampai berani mengancam Qi!"
Musyawarah di dalam aula tak kunjung menemukan maksud sebenarnya di balik ancaman Niu Daomei sambil mengerahkan pasukan ke Zhao.
Setelah Huyan Wuhui pergi, Hao Yuntu mendekati meja dan membalik selembar kertas yang tertelungkup. Matanya menatap tajam isi tulisan itu, "Dia naik gunung lagi?"
Banyak yang tak paham, tapi Bu Xun mengerti: Yang dimaksud adalah Adipati Jin Hao Qi. "Naik gunung" artinya mengunjungi markas Tiga Sekte Besar di luar kota.
Kini sang Adipati Jin sering bergaul dengan anggota Tiga Sekte Besar dan para komandan militer. Yang terakhir sulit menghindar karena statusnya sebagai putra sulung kaisar membuat banyak perwira pusing.
"Benar," jawab Bu Xun singkat.
"Sampai segitu tak sabarnya?" suara Hao Yuntu mendesah. Kertas di tangannya terjatuh, "Hamba sibuk urusan negara, ibunya pun sudah wafat lebih awal... Pada akhirnya, didikan yang kurang. Terhadap dia... hamba sudah tak berharap lagi."
Bu Xun menundukkan kepala dalam senyap, sepertinya tak mengerti, tak melakukan penilaian apa pun...
Gunung menjulang, hutan lebat, seekor burung pengintai besar menyusuri lereng terbang mendekat. Tiga sosok turun, tak lain adalah Niu Daomei, Yun Ji, dan Wu Zhaoxing.
Di balik hutan yang telah dinantikan berhari-hari, Guan Fangyi menyungging senyum. Niu Daomei pun menghampiri dengan wajah berseri, pertemuan setelah lama berpisah.
Begitu bertemu langsung melontarkan sindiran, Guan Fangyi mendengus, "Memanggilku kemari, tapi malah membiarkanku menunggu berhari-hari."
Niu Daomei menjawab sambil terkekeh, "Ada urusan yang sedikit tertunda."
Guan Fangyi mengangguk halus ke arah Yun Ji, lalu mengalihkan pandangannya ke Wu Zhaoxing dengan bingung, "Ini siapa?"
Niu Daomei memperkenalkan dengan serius, "Ahli bela diri peringkat enam Daftar Alkemis. Mulai sekarang dia bagian dari sekutu kita."
"Wu Zhaoxing?" Guan Fangyi terkejut, lebih heran lagi bagaimana tiba-tiba menjadi sekutu.
Wu Zhaoxing sendiri merasa tak berdaya. Setelah berkutat di ruang dimensi bersama Niu Daomei, hubungannya dengan pihak lain jadi rusak. Meski punya latar belakang tersembunyi, tak bisa diungkapkan. Terombang-ambing tanpa arah, Niu Daomei malah melihat peluang untuk merayunya.
Setelah berkonsultasi dengan pihak di belakangnya, mereka pun bingung mengatur posisinya. Untuk saat ini, mengikuti Niu Daomei sepertinya jadi satu-satunya pilihan.
Karena Niu Daomei sendiri tidak takut terlibat dengan Kegelapan, apa lagi yang bisa dipersoalkan oleh Kegelapan? Sungguh tidak ada cara lain. Tanpa perlindungan kekuatan yang jelas, situasi Wu Zhaoxing akan sangat berbahaya. Maka ahli bela diri peringkat enam Daftar Alkemis yang terhormat ini pun bergabung dengan Perkebunan Maolu.
Wu Zhaoxing sendiri juga merasa bosan. Bagaimana bisa setelah bertemu dengan si Niu Daomei ini, ia tiba-tiba tak bisa melepaskan diri?
Jelas terlihat, Niu Daomei merayunya bukan sekadar mengisi waktu luang dengan memelihara leluhur. Bukankah ini karena kemampuannya bertarung?
Menjadi tukang pukul Niu Daomei di ruang dimensi, keluar dari sana masih harus jadi tukang pukulnya juga. Ada apa ini?
Wu Zhaoxing sebenarnya agak frustrasi. Tidak rela namun tak berkutik, merasa seperti naik kapal pencuri yang sulit dituruni.
"Cedera tugas?" Menangkap kain putih yang melilit telapak tangan kiri Niu Daomei, Guan Fangyi bertanya.
Niu Daomei tersenyum datar, "Luka ringan."
Guan Fangyi mengamati kondisinya sejenak, tak menemukan kejanggalan. Matanya yang indah berkilat tiba-tiba menuntut, "Pil Tianji yang kuberikan kemana?"
Niu Daomei tersenyum getir, "Sudah diberikan, mau diminta kembali?"
Guan Fangyi melotot, "Itu pil spiritual bernilai 1.000.000, persediaan daruratmu. Kalau cuma luka kecil tak perlu dipakai, harus dikembalikan!"
"Dasar!" Niu Daomei menggeleng-gelengkan kepala tak berdaya. Tanpa bicara banyak, jarinya mengorek butir lilin berisi Tianji Dan dari ikat pinggang, lalu melengkung membentuk parabola ke arahnya.
Guan Fangyi menerima dan memeriksanya. Setelah mengonfirmasi itu adalah Tianji Dan, dia mempercayai perkataan Niu Daomei. Sepertinya tidak ada luka berat, kalau tidak dia takkan menyimpan pil ini. Si ini bukan tipe orang yang hemat, selalu memilih yang terbaik dan tak pernah menerima yang seadanya.
Wu Zhaoxing dan Yun Ji saling pandang. Keduanya tahu Niu Daomei memang mengalami luka berat yang membutuhkan beberapa hari pemulihan sebelum kondisinya membaik.
Mereka juga mengetahui Raja Siluman Laut Barat telah memberikan sebutir Tianji Dan kepada Niu Daomei.
Guan Fangyi yang menyimpan pil bertanya lagi: "Apa sebenarnya kondisi di ruang dimensi?"
Niu Daomei tersenyum getir, "Agak berbahaya, misinya juga rumit, sulit dijelaskan singkat, nanti saja kita bicarakan."
Apa yang bisa dia katakan? Mengaku diri jagoan dan punya pergelangan tangan lihai yang membuat berbagai kekuatan seperti gasing? Perlukah dia membual seperti ini?
Melihatnya tak mau banyak bicara, Guan Fangyi memutar mata. Buat apa ditanya lagi? Sifat aslinya memang begitu, bertanya pun sia-sia kalau dia tak mau menjelaskan.
Setelah itu Niu Daomei menanyakan kondisi Perkebunan Maolu. Secara garis besar sesuai dengan yang dia perkirakan.
Setelah menjelaskan situasi kira-kira, Guan Fangyi menggerutu tak puas: "Semuanya ilalang, melihat angin lalu memutar kemudi, Jancuk! Bagaimana rencanamu menghukum mereka?"
Niu Daomei menjawab dingin: "Setiap orang memiliki pilihan, pasti akan menghadapi persimpangan jalan. Tak ada yang ingin jalan depan terlalu berbatu, ragu-ragu berdiri di tempat, mempertimbangkan jalan mana yang akan ditempuh adalah hal yang wajar. Selama masih berada di satu jalan, mempermasalahkan terlalu banyak tidak ada artinya."
Guan Fangyi berkata kesal: "Sudah tahu sifat aslimu begitu. Kemarilah, ada hal yang perlu kubicarakan." Tangannya menarik lengan Niu Daomei dan menyeretnya pergi.
"Urusan apa sampai harus tarik-ulur begini?"
"Soal Monyet Muka Merah itu."
Mendengar itu tentang Yuan Gang, Niu Daomei langsung patuh mengikutinya ke samping.
Di tempat sepi, Guan Fangyi menghela napas: "Ada hal yang tak pantas dibicarakan di depan orang lain. Identitas 'Su Zhao' itu mungkin tak akan terbayangkan olehmu sekalipun dalam mimpi."
Niu Daomei diam, menatapnya sambil menunggu kelanjutan cerita.
Setelah beberapa kali menghela napas, Guan Fangyi mengumumkan jawabannya kata demi kata: "Istri Panglima Besar Song, Luo Zhao, bernama Feng Guan'er!"
Alis Niu Daomei berkedut. Ia mengerutkan kening: "Kalau begitu dia bukan anggota Paviliun Bulan Sabit? Aku yang berlebihan. Kalau begitu, lepaskan saja. Sudah dilepas?"
"Sekarang bukan soal melepas atau tidak. Masalahnya, sesuai perintahmu, aku sudah menggasak... Monyet itu dan Feng Guan'er mabuk lalu tidur bersama..." Guan Fangyi menceritakan kronologi insiden, lalu mengeluh: "Seumur hidup Lao Niang baru pertama kali melakukan hal busuk seperti ini! Karena ini, aku sampai kena tamparan si monyet! Kenapa harus aku? Kalau mau pukul, mestinya dia yang kena! Kukasih tahu, demi harga dirimu, aku menahan tamparan itu tanpa melawan!"
"Monyet meniduri istri Luo Zhao?" Pipi Niu Daomei berkedut keras. Hal ini memang tak terbayangkan dalam mimpinya. Wanita itu ternyata istri Luo Zhao, siapa yang menyangka? Lalu bertanya: "Apakah ada reaksi dari pihak Song kemudian?"
Guan Fangyi menggelengkan kepala: "Sama sekali tidak ada suara gemuruh."
"Oh!" Niu Daomei agak terkejut. Dengan kejadian seperti ini, Song ternyata tak bereaksi sama sekali. Sepertinya tidak normal. Konon istri Luo Zhao adalah anggota Menara Langit. Informasi ini seharusnya tidak salah. Baik Menara Langit maupun Luo Zhao, secara prinsip seharusnya tidak bisa menerima aib memalukan ini!
Setelah hening sejenak, Niu Daomei menghela napas: "Ini mungkin sudah memperbesar masalah. Beritahu Gunung Wuliang, suruh mata-mata di Songjing mencari cara memantau situasi Feng Guan'er."
Guan Fangyi: "Kalau sudah tak ada masalah mengapa dicari-cari? Ini bukan perkalian terpuji. Biarkan saja berlalu."
Niu Daomei tersenyum getir: "Mak Comblang, soal monyet itu, aku lebih paham daripadamu. Jujur, dia berpikiran kaku. Tapi di sisi lain, dia pria setia dan bertanggung jawab. Kalau wanita itu hidup tenang, mungkin dia akan tetap Senyap. Tapi jika terjadi sesuatu padanya..." Dia menghela nafas. "Kau tak memantau? Aku yakin monyet sudah menyuruh mata-mata Wuliang mengawasi. Jika benar ada masalah, ketenangannya sekarang hanya karena aku belum pulang - dia ingin menjaga keamanan Perkebunan Maolu. Tapi sekarang aku sudah kembali..." Suaranya mendesak. "Cepat cari tahu situasi wanita itu! Kita harus antisipasi gerakan monyet sebelum dia melakukan kebodohan!"
Guan Fangyi mengangguk paham. Dengan gesit, dia mengangkat tangan memanggil Xu Laoliu. Setengah menit kemudian, instruksi penting telah diberikan kepada bawahannya.
Begitu Xu Laoliu pergi, wajah Guan kembali berkerut. "Yan dan Zhao sedang berdamai," bisiknya gugup. "Kau memprovokasi perang secara gegabah. Ini melampaui batas! Pasti Tiga Sekte Besar sudah murka!"
Niu Daomei mengernyit. "Di Lembah Surgawi, aku membunuh kepala suku tiga sekte besar Zhao. Bukan cuma satu faksi - seluruh aliansi mereka kubuat berang. Pembantaian tim Zhao di Ruang Dimensi Tiandu juga terkait ini." Matanya berkilat dingin. "Permusuhan kita tak terdamaikan. Selama Zhao masih berdiri dengan kekuatan tiga sektenya, kita selalu dalam ancaman. Lebih baik hancurkan mereka sekarang - akar, batang, sampai ke tanahnya!"
Kehancuran? Guan Fangyi terkejut, setelah sekian lama mengikuti Niu Daomei, baru pada detik ini ia menyadari betapa dahsyat energi yang telah terkumpul secara diam-diam oleh Niu Daomei!
Setelah berpikir sejenak, ia menghela napas: "Sepertinya Paviliun Bulan Sabit benar-benar akan diuntungkan!"
Niu Daomei berkata tenang: "Tidak ada yang disebut keuntungan. Mereka terlalu lama bersembunyi di balik permukaan air. Baru setelah muncul ke permukaan, kita bisa mencabut sampai ke akar!"
