Meski nada bicaranya masih sopan, namun ucapannya telah mengandung duri dalam balutan kelembutan - sangat berbeda dari sikapnya yang dulu selalu berhati-hati dalam memuji. Sudah berubah!
Sikap ini membuat beberapa pihak tak bisa menerima. Meng Xuan tiba-tiba marah.
Long Xiu melihat situasi ini dengan cepat mengangkat tangan menghentikan, tidak membiarkannya menyelesaikan ucapan ekstrem. Khawatir perkataan yang terlalu keras akan membuat kedua belah pihak tak bisa mundur dan terpaksa berkonfrontasi sampai akhir. Saat ini belum waktunya untuk memaksakan segala sesuatu sampai ke ujung.
Meng Xuan menangkap maksud tersirat, menelan paksa kata-kata yang sudah di mulut.
Guan Fangyi diam-diam merasa ngeri, menyadari Niu Daomei semakin menunjukkan sikap dominan.
Long Xiu mengalihkan topik, "Niu Daomei, jelaskan dulu urusanmu dengan Paviliun Bulan Sabit. Sebenarnya apa yang terjadi antara kalian?"
Niu Daomei: "Kerja sama dengan Paviliun Bulan Sabit adalah keterpaksaan. Dulu, siapa yang gencar menyerang Perkebunan Maolu? Semua kita sudah tahu jawabannya. Jika bukan karena kerja sama dengan mereka, aku takkan bisa bertahan hidup sampai sekarang. Tapi siapa sangka, di Ibukota, Sang Itu kembali mencoba menghabisiku!"
Melihatnya terus-menerus menarik pembicaraan ke Shang Jianxiong, Long Xiu tidak melanjutkan topik itu dan bertanya tentang Paviliun Bulan Sabit, "Mereka melindungimu dengan syarat meminjam pasukan Nan Zhou untuk menekan Zhao dan membantu pemberontakan mereka?"
Apapun kebenarannya, Niu Daomei mengaku, "Benar."
Long Xiu: "Apa tujuan pemberontakan mereka?"
Niu Daomei: "Sepertinya ingin menggantikan posisi Zhao."
Meng Xuan tersenyum sinis, "Konyol! Apa mereka pikir Zhao akan menyerahkan artefak legendaris negara begitu saja?"
Niu Daomei melemparkan kalimat santai, "Shang Jing ada di tangan mereka."
Shang Jing? Artefak yang hilang lama itu ada di Paviliun Bulan Sabit? Semua terkejut, para pemimpin Tiga Sekte Besar saling pandang - ambisi Paviliun Bulan Sabit memang sudah direncanakan lama.
Sebelumnya sempat dikhawatirkan apakah Niu Daomei adalah anggota Paviliun Bulan Sabit.
Long Xiu: "Yang kau gunakan bukan hanya pasukan Nan Zhou, tapi seluruh pasukan Yan. Ini bukan sekadar membayar hutang budi - apa Kerajaan Yan harus membantu Paviliun Bulan Sabit secara cuma-cuma?"
Niu Daomei: "Tentu bukan bantuan gratis. Tiga Sekte Besar pasti akan dapat ganti rugi. Paviliun Bulan Sabit sudah berjanji: setelah berhasil, tiga provinsi dari wilayah Zhao akan dipotong sebagai hadiah untuk Tiga Sekte Besar Yan!"
"Hanya tiga provinsi?" Gong Linche protes tak puas.
Meng Xuan: "Yan mengorbankan begitu banyak untuk membantu mereka. Dari 33 provinsi Zhao, cuma tiga yang diberikan? Ini sama sekali tidak boleh!"
Niu Daomei: "Setelah pemberontakan mereka, dengan kekuatan yang ada mustahil mereka sepenuhnya menggantikan Zhao. Pasti mereka sendiri juga menyadari hal ini. Masih banyak ruang negosiasi dalam hal ini, jadi tidak perlu terburu-buru. Singkatnya, kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak. Aku tidak akan merugikan Yan, dan akan memberikan penjelasan memuaskan kepada Tiga Pemimpin Sekte. Kalau tidak, tentu kalian bertiga tidak akan membiarkanku pergi!"
Meng Xuan dalam hati mendengus dan bergumam: "Bahkan setelah sukses, kami tetap tidak akan melepaskanmu!"
……
Di Kediaman Tong, kepala rumah tangga Tong Ming melihat ke luar. Ia menyadari pintu depan yang biasanya ramai dikunjungi sejak pagi, kini sepi mencekam. Ambang pintu yang biasa diinjak-injak pengunjung sejak subuh, sekarang terlihat lengang.
Rupanya perubahan mendadak semalam membuat banyak orang waspada. Sebagai orang-orang licik di ibukota, mereka punya strategi menghindar masing-masing. Tak ada yang bodoh.
Masalah ini terlalu besar. Sebelum hasil akhir jelas, mungkin tak akan ada tamu yang datang lagi.
Jika Perdana Menteri menang, yang tidak datang pasti akan berhamburan kembali dengan alasan seperti "mendengar Tuan sudah ke istana sejak malam dan tidak ada di rumah".
Tong Ming tersenyum masam, lalu berbalik masuk ke dalam.
……
Di harem kerajaan, sekelompok kasim sedang mengawasi pasukan penjaga istana membersihkan reruntuhan.
Di luar aula istana, para menteri berkumpul berbisik-bisik. Sidang pagi tak kunjung dimulai.
Semua tahu ada kejadian malam sebelumnya. Tak ada yang berani menyuruh kasim untuk mendesak. Mereka menunggu kabar sambil diliputi kecemasan.
Saat ini Shang Jianxiong memang tak berminat mengadakan sidang. Ia sedang berdiskusi dengan tiga menteri utama tentang rencana penanganan pasca peristiwa.
Tian Yu berlari terburu-buru dari luar, melapor dengan panik: "Yang Mulia, Niu Daomei tidak mati!"
"Apa?" Empat orang hamba-majelis itu serentak menoleh kaget.
Tian Yu dengan wajah dipenuhi kecemasan samar berkata: "Laporan dari bawah menyebut Niu Daomei lolos dari bahaya, bersembunyi di ruang bawah tanah lokasi pengepungan. Setelah para Pemimpin Tiga Sekte Besar tiba, dia tiba-tiba muncul dari bawah tanah dan kini sedang berdiskusi dengan mereka di lokasi tersebut."
Shang Jianxiong marah menoleh, menatap Tong Mo sambil mencela, "Ilmu setan apa yang kau mainkan? Sudah memakai kekuatan begitu besar, ternyata target bisa dengan mudah bersembunyi di bawah tanah? Tidakkah kau tahu yang namanya 'hidup harus melihat orang, mati harus melihat mayat'?"
Dia berbicara tanpa merasakan sakit pinggang. Lokasi target sudah hancur lebur dengan kobaran api menyala-nyala, bahkan jika ada mayat pun tak bisa dikenali.
Lagipula, setelah orang-orang Tiga Sekte Besar datang menguasai lokasi, siapa berani berkutat di sana untuk melakukan pemeriksaan?
Tentu saja, penjelasan seperti ini tak berguna bagi kaisar. Saat ini sang penguasa hanya peduli pada hasil, bukan proses.
Tong Mo terbebaskan di tempat, wajahnya menyiratkan penderitaan. Ini bukan sekadar soal lolosnya target di bawah tanah. Sejak utusan enam negara muncul di lokasi target, dia sudah menyadari misi ini berisiko. Jelas-jelas Niu Daomei sudah siaga sejak awal. Kini kekhawatiran terburuknya benar-benar terjadi.
Gao Jiancheng dan Shang Yongzhong saling pandang diam-diam. Begitu ada gejolak tadi malam, indra penciuman mereka yang sudah lama terbenam di ibukota langsung mencium bahwa orang di depan mata inilah yang sedang menghabisi Niu Daomei. Sebelumnya hanya dugaan, kini sang kaisar sendiri yang frustasi mengakuinya.
"Awasi ketat setiap gerakan mereka!" Shang Jianxiong berbalik dan mengaum ke arah Tian Yu.
Setelah itu, dirinya mondar-mandir gelisah di lokasi kejadian. Belum lagi rombongan utusan enam negara, Tiga Sekte Besar sendiri sudah kehilangan banyak anggota karena hal ini. Mustahil dia tidak merasa takut sama sekali. Jika Tiga Sekte Besar benar-benar ingin membunuhnya, semudah memijit seekor semut! Nyawanya selalu berada dalam genggaman Tiga Sekte Besar!
Dia sangat paham, pengaruh kini berada di pihak Niu Daomei. Selama Niu Daomei belum mati, posisinya akan selalu kalah.
Sebaliknya, jika Niu Daomei mati, dialah yang akan unggul.
Dalam pertarungan dua kubu, pasti ada yang menang: entah angin timur yang menundukkan angin barat, atau sebaliknya.
Tapi kini, Niu Daomei masih hidup!
Kini, sebagian besar kendali pasukan Kerajaan Yan kembali berada di tangan kelompok Nan Zhou. Kekuatan di sekitar Yan juga terhambat berbagai kendala. Jika Tiga Sekte Besar benar-benar hendak bertindak, tak akan ada lagi yang menghalangi!
"Yang Mulia!" Tian Yu yang baru saja berlari keluar kembali terburu-buru masuk, melapor panik: "Pemimpin Tiga Sekte Besar dan Niu Daomei sedang menuju istana!"
Mendengar ini, wajah Tong Mo memucat pasi. Dia sudah menyadari: kedatangan bersama Pemimpin Tiga Sekte Besar dan Niu Daomei ke istana adalah sebuah sinyal.
"Pergi sambut!" Shang Jianxiong dengan panik melambaikan tangannya. Sebelum situasi jelas, dia tidak berani lagi bersikap tinggi hati.
Sekelompok orang segera keluar dari harem kerajaan.
Para menteri yang berkumpul di luar istana serentak menoleh, menyadari sekelompok kultivator terbang melesat dari luar istana dan langsung menerobos masuk. Mereka berjalan tanpa tergesa-gesa menuju arah harem.
Tak lama, Kaisar Shang Jianxiong kembali memimpin gerombolan orang keluar. Kedua pihak bertabrakan di depan gerbang menuju harem.
Shang Jianxiong dan yang lain memberi hormat pada Tiga Pemimpin Sekte. Para pemimpin itu menatapnya dingin, suasana terasa mencekam.
Niu Daomei meletakkan pedangnya di tanah, berdiri kaku sambil tersenyum memecah keheningan, "Yang Mulia sebelumnya enggan menemuiku. Karena harga diriku tebal, terpaksa aku yang datang. Harap Yang Mulia tidak tersinggung."
Pipi Shang Jianxiong berkedut keras. Dia diam, tidak menanggapi atau memandangnya.
Dalam hati, dia sangat paham: nyawanya ada di genggaman Tiga Sekte Besar. Selama mereka tidak ingin membunuhnya, Niu Daomei tak bisa berbuat apa-apa. Jadi tak perlu dia menjaga harga diri si Niu.
Pandangan Niu Daomei menyapu wajah masam Tong Mo, lalu dia menambahkan, "Tiga Pemimpin, hampir saja lupa. Tadi malam sebagian pelaku pembunuhan penyusup kabur dari kota, tapi sudah ditangkap pasukanku. Kini mereka di luar kota. Khawatir ada kolusi, tak berani masuk sembarangan. Harap Tiga Pemimpin mengirim orang untuk menjemput dan menghadirkannya guna konfrontasi!"
Para Pemimpin Tiga Sekte Besar agak tertegun, "Dia ini bahkan menangkap sekelompok pembunuh penyusup? Kau masih berani menyangkal bahwa ini bukan jebakan yang kau siapkan sebelumnya?"
Gong Linche melambaikan tangan memberi isyarat pada murid bawahan, "Pergi bawa orang-orang itu kemari."
Niu Daomei: "Lao Liu, kau yang tunjukkan jalan."
"Baik!" Xu Laoliu mengangguk, lalu pergi bersama murid Gua Adamantium-Ungu.
Saat Niu Daomei menoleh ke Tong Mo, ia melihat kilatan panik di mata sang menteri yang menatapnya sambil mengeratkan rahang, sepertinya telah menebak makna di balik "pembunuh penyusup" tersebut.
Niu Daomei membalas dengan senyuman samar, namun di mata Tong Mo, senyuman itu terlihat begitu kejam bagai bisa ular!
Gong Linche kembali bersuara, "Aku ingin bicara empat mata dengan Kaisar. Semua orang kecuali Yang Mulia—mundur!"
Alih-alih mundur, mendengar ini Tian Yu dan kasim istana malah menggenggam gagang pedang lebih erat di dekat Shang Jianxiong, sikap siap dikorbankan bersama.
Sruukk! Sruukk! Murid-murid Gua Adamantium-Ungu serentak menghunus pedang. Perintah pimpinan mereka diabaikan—ini pemberontakan! Mereka segera maju mengancam dengan mata pedang.
"Semua mundur!" Shang Jianxiong menengok ke kiri-kanan sambil berteriak. Ia tahu, jika Tiga Sekte Besar ingin membunuhnya, para pengawal ini takkan sanggup melindungi.
Para pengawal terpaksa mundur perlahan. Tong Mo dan lainnya yang telah menggeser posisi tetap mengawasi ketat.
Gong Linche: "Yang Mulia, semalam puluhan murid Tiga Sekte Besar yang bertugas melindungi Paduka tewas, ditambah seluruh anggota rombongan enam negara—Paduka harus memberi pertanggungjawaban atas ini!"
Shang Jianxiong: "Insiden ini adalah ulah penjahat, Tiga Sekte Besar harus menghukum berat penjahat itu!" Saat menyebut "penjahat", matanya langsung menatap Niu Daomei, jelas mengisyaratkan dialah pelakunya.
Niu Daomei tersenyum samar, tak peduli.
Gong Linche: "Kekacauan ini sudah sepenuhnya disadari semua pihak, berbelit-belit tak ada gunanya. Kami tidak akan mempersulit Yang Mulia demi menjaga martabat kaisar. Kami beri dua pilihan: turun tahta dan menyerahkan kekuasaan pada pangeran mahkota, atau berikan ganti rugi yang memuaskan!"
Shang Jianxiong penuh kemarahan, "Hamba tak bersalah, mengapa harus minta maaf? Ini jelas kudeta!"
Bukankah memang kudeta? Niu Daomei menyeringai main-main.
Long Xiu berkata dingin: "Berani bertindak harus siap menanggung akibat. Saat nekat membunuh murid Tiga Sekte Besar yang bertugas melindungimu, harusnya sudah siap dengan konsekuensinya. Perbuatanmu tak bisa ditolerir, kami harus bertanggung jawab pada seluruh anggota klan!"
Niu Daomei tiba-tiba menyela, "Tiga Pemimpin Sekte terlalu sopan. Ucapannya mungkin tak dimengerti. Kaisar, terus terang saja: Antara kau dan Tong Mo harus ada yang mati. Pilih dirimu atau dia!"
