Lima tokoh senior terus mengubah formasi blokade menghadapi kekuatan Talisman Pedang Surgawi Niu Daomei, didukung ratusan kultivator yang ikut menghadang.
Niu Daomei yang sengaja berlari di tanah menunggu momen ini. Begitu semua pengejar mendarat, dia tiba-tiba melesat ke udara.
Begitu mengudara, talisman ketujuh dihantamkan. Dua belas aura pedang mengguncang bumi, menekan kecepatan pengejar.
Para kultivator menghindar dari dua belas bayangan pedang surgawi yang ganas.
Satu serangan langsung menghabiskan dua belas aura pedang? Penggunaan Talisman Pedang Surgawi yang boros ini membuat banyak orang ngeri: Berapa banyak lagi persediaan si Niu ini?
Dalam gemuruh debu dan bebatuan yang berhamburan, gerombolan siluet manusia kembali mengejar.
Di depan tepi danau terlihat, Niu Daomei mendaratkan satu kaki, menginjak kepala seorang prajurit, lalu terbang kembali menuju Danau Jiao yang beriak biru.
Menoleh ke belakang, gerombolan orang kembali mengejar, namun selisih waktu singkat itu tak lagi bisa menghalangi Niu Daomei menyelam ke danau.
Saat menyadari penyelaman ke danau hampir berhasil, Niu Daomei baru saja menarik napas lega. Ternyata pasukan besar centaur di tepi danau yang tadinya ragu-ragu kini melepaskan panah ke arah permukaan air tanpa khawatir melukai sekutu sendiri.
"Panah!" seorang komandan memerintah dengan marah.
Desisan anak panah yang berdesakan menciptakan gelombang tekanan hingga mengguncang udara.
Niu Daomei kaget besar. Perisai magis pelindung tubuhnya tak mampu menahan serangan bertubi-tubi ini. Tetesan air bisa melubangi batu, apalagi serangan ini.
Awalnya berharap bisa menghemat satu Talisman Pedang Surgawi, kini jelas harus digunakan. Dalam kepanikan, talisman terakhir dilepaskan - dua belas aura pedang raksasa meledak sekaligus.
Dentuman braak-braak bergema saat hujan panah berhamburan tak terkendali.
Gelombang serangan pertama baru saja dipatahkan, gelombang kedua langsung menyusul. Inilah kekejaman sistem pasukan yang terorganisir - meski jumlah besar, tetap bisa berkoordinasi ketat mempertahankan serangan beruntun yang rapi.
Tanpa Talisman Pedang Surgawi di tangan, Niu Daomei mengeluarkan pedang di pinggangnya dengan suara "sruukk". Jurus pertama yang digunakan langsung Pedang Taiyi Fenguang. Bayangan pedang mekar seperti bunga teratai, diiringi gemerincing benturan logam yang bertalu-talu, memantulkan anak panah ke segala arah.
Namun jurus Taiyi Fenguang tak mampu menahan serangan yang begitu padat. Saat mengerahkan tenaga magis untuk serangan pamungkas, dia tak bisa membentuk perisai qi di sekujur tubuh. Gerakan pedangnya pun tak boleh berhenti, sebab mengorbankan pertahanan demi ofensif akan membuat tubuhnya jadi sarang lebah anak panah.
Dalam kepanikan, dia hanya bisa menggeliatkan tubuh menghindari bagian vital.
"Pu-pu-pu!" Tiga kali suara tombak menembus. Dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan percikan darah menyembur dari tubuhnya.
Saat ketiga panah itu menancap, tubuhnya yang sudah dekat permukaan danau segera menghantam air dengan telapak tangan.
"Gedebuk!" Tembok air setinggi tiang menyembur, mengacaukan formasi panah yang rapat, setidaknya mengurangi daya hantamnya.
Memanfaatkan kesempatan ini, Niu Daomei membalikkan badan dan menyelam ke dalam danau.
Hujan panah menghujam permukaan air. Anak panah kayu dengan gelembung udara mengejarnya ke dasar danau, lalu mengapung kembali saat momentumnya habis.
Bergerak lincah seperti ikan, Niu Daomei tetap terkena puluhan panah. Tapi daya tembusnya sudah hilang, hanya menyentuh tubuhnya sebelum dipantulkan oleh pertahanan tenaga magisnya.
Niu Daomei yang lolos dari bahaya di air segera menoleh, melirik cahaya alami di atas. Dengan persiapan sihir, tiga anak panah kayu yang menancap di tubuhnya terlempar balik, meninggalkan tiga kepulan darah dalam air. Ekspresi kesakitan yang terdistorsi, Niu Daomei diam-diam memaki dalam hati: Banyak kultivator tak mampu mengalahkannya, tapi justru dikeroyok gerombolan manusia biasa. Semut Menghabisi Gajah!
Tak sempat berpikir panjang, ia kembali menoleh dan cepat-cepat menghilang ke kedalaman danau.
Semakin dalam lokasi, semakin membatasi daya ledak serangan para ahli bela diri pengejar, sekaligus semakin menguntungkannya.
Di darat, hujan anak panah masih terus menghujani air dengan suara Braak! Dari langit terdengar geraman marah: "Berhenti!"
Para pemanah menghentikan tembakan.
“Dia sudah tidak memiliki Talisman Pedang Surgawi lagi!” seseorang berteriak memberikan penilaian.
Kondisinya juga jelas terlihat, jika masih memiliki Talisman Pedang Surgawi menghadapi anak panah mematikan, Niu Daomei pasti akan menggunakannya lagi.
Lima siluet manusia terjun dari langit, Swoosh! menyelam ke dalam air, lima sesepuh tertinggi Sekte Guiyuan telah mengejar masuk ke dalam air.
Percikan air Swoosh! terus-menerus berhamburan, ratusan kultivator yang terbang mendekat juga satu per satu menyelam ke dalam air, melancarkan operasi pemberantasan besar-besaran di dasar danau.
Di permukaan danau masih puluhan orang berpatroli di atas ombak, waspada terhadap kemungkinan Niu Daomei lolos melalui permukaan air.
……
Lapisan tanah hancur, Yun Ji yang menggenggam Shang Shuqing terkejut menemukan mereka ternyata memasuki sebuah ruang bawah tanah, diiringi suara aliran air yang bergemuruh.
Cahaya lembut menyelinap keluar, Yun Ji melepaskan Kupu-kupu Bulan yang menari-nari di dalam ruang bawah tanah.
Dengan cahaya Kupu-kupu Bulan, baru tersadar bahwa kami ternyata tiba di sebuah sungai bawah tanah.
Yun Ji menggelengkan kepala, kepala ular garangnya muncul lagi, mengeluarkan sebuah buayan yang jatuh ke tangannya, lalu diserahkan kepada Shang Shuqing.
Shang Shuqing segera memeluk dan memeriksanya. Terlihat si kecil yang sebelumnya menangis histeris, kini sudah tertidur lelap dengan wajah menggemaskan, membuat Shang Shuqing tersenyum melalui air mata.
Tiba-tiba tersadar, Shang Shuqing menengadah bertanya: "Tao Ye mana?"
Yun Ji dengan ekspresi serius: "Dia harus melindungi kita saat mundur. Tanpa perlindungannya, kita takkan bisa kabur dengan lancar."
Shang Shuqing: "Apa kita menunggu Tao Ye di titik temu ini?"
Yun Ji: "Titik temu apa? Di kedalaman bawah tanah seperti ini mustahil dia menemukan kita. Putri Kabupaten, masih belum mengerti? Tao Ye mengorbankan diri terjebak dalam kepungan pasukan demi menyelamatkanmu dan Pangeran Muda!"
Shang Shuqing terkejut: "Bukankah Tao Ye selalu merencanakan segalanya dengan matang? Apa tidak ada persiapan lain? Tidak ada pasukan bantuan?"
Yun Ji: "Dalam kondisi seperti ini, mana mungkin merencanakan dengan matang? Jika membawa terlalu banyak orang, apakah musuh akan melepaskan kalian? Satu-satunya cara adalah mengambil risiko. Situasi dibalik ini sangat rumit, dia punya banyak pertimbangan yang sulit dijelaskan seketika."
Shang Shuqing panik: "Lalu harus bagaimana?"
Dia bukan idiot. Bisa dibayangkan betapa berbahaya situasi Niu Daomei sekarang - terjebak di tengah ribuan pasukan Zhao yang dipenuhi ahli bela diri terkuat!
Yun Ji tidak melanjutkan perdebatan dengannya, lubang hidungnya bergerak-gerak mengendus aroma sekitar, lalu menengok ke belakang: "Sepertinya tidak ada hewan berbahaya lain di sini, tempat ini cukup aman. Situasi Niu Daomei terlalu genting, menunggu sampai mengantarmu pulang baru kembali mungkin sudah terlambat. Aku harus segera kembali untuk menjemputnya. Putri Kabupaten, Anda dan Pangeran Muda tunggu di sini, jangan kemana-mana agar aku bisa menemukan kalian nanti."
Shang Shuqing mengangguk cepat: "Baik, cepatlah pergi."
Yun Ji mengibaskan lengannya, tiga ular kecil melesat keluar dan merayap di tanah.
Yun Ji mendesis-desis ke tiga ular itu, lalu menoleh ke Shang Shuqing: "Jangan takut, selama tidak menghadapi masalah besar, tiga ular ini bisa membantu menahan serangan sementara." Ia melambaikan tangan memanggil Kupu-kupu Bulan, menyuruhnya menempel di dinding gua untuk menerangi area sekitar.
Shang Shuqing tidak memedulikan hal itu, wajahnya cemas: "Tao Ye tidak boleh celaka, kau harus membawanya kembali!"
Yun Ji terdiam sejenak. Ini benar-benar tidak bisa dijamin. Untuk dirinya sendiri, meloloskan diri bukan masalah, baik kultivasi maupun kekuatan sepadan untuk bertarung dengan para senior, kabur adalah keahlian utamanya. Tapi untuk Niu Daomei... entah bagaimana keadaannya sekarang.
Tanpa menunda lebih lama, dan tidak berani menunda lagi, tiba-tiba ia memutar leher dan tubuhnya yang aneh berubah memanjang. Dalam sekejap mata berubah menjadi ular besar bersisik hijau tua sebesar tong, penampakan mendadak ini membuat Shang Shuqing terkejut.
Braak! Ular besar itu tiba-tiba menubruk lapisan tanah, langsung membentuk lubang. Badannya melesat masuk seperti anak panah ke dalam tanah, kemudian menghilang dalam sekejap.
Getarannya kembali membuat anak itu terbangun. Di ruang bawah tanah yang gelap ini, tangisan histerisnya bergema, menciptakan suasana yang agak mengerikan.
Shang Shuqing segera menepuk-nepuk lembut untuk menenangkan, matanya dipenuhi kecemasan.
……
Melihat siluet manusia yang kabur di bawah air, para pengejar segera memburu. Namun semakin dikejar, mereka semakin menyadari keanehan: Kecepatan Niu Daomei menyelam jauh di atas kemampuan mereka.
Pantas saja dia tidak kabur ke arah Pasukan Yan, malah mati-matian ke sini. Sejak awal arah pelariannya memang terasa tidak wajar.
Kelima tokoh besar itu langsung menangkap sesuatu: Niu Daomei pasti punya rencana matang, bukan asal nekat datang ke sini.
Menyadari hal ini, mereka mulai menyesal. Seharusnya dari tadi mereka mengikat pergerakan Niu Daomei. Jika sampai lolos, harga diri mereka akan tercoreng parah.
Sebelumnya mereka agak ragu karena Talisman Pedang Surgawi di tangan Niu Daomei. Mengira dia takkan bisa kabur, mereka berencana menguras energinya dulu sebelum menyerang, untuk meminimalisir kerugian. Andai tahu begini, pasti dari awal mereka akan menyerang tanpa peduli pengorbanan.
Sekelompok pengejar di bawah air langsung mengejar dengan kecepatan maksimal.
Untunglah jumlah mereka banyak. Secepat apapun Niu Daomei berlari, tetap sulit melepaskan diri dari formasi pengepungan yang telah terbentuk sejak awal.
Topografi dasar danau yang bergelombang, tak peduli tinggi-rendahnya, Niu Daomei terus menyusuri dasar danau menuju zona terdalam di tengah danau.
Tiba-tiba deretan siluet manusia mengepung dari depan, Niu Daomei menghempaskan telapak tangan ke tanah lalu menyapu ke sekeliling. Di mana tenaga magisnya menjangkau, lumpur yang tenang di dasar danau menjadi tak tenang, menggila dan bergolak, mengubah area sekitarnya menjadi keruh. Ia menyembunyikan diri dalam kekacauan ini, pedang di tangan siap membunuh dengan dahaga akan darah.
Seorang Kepala Suku Tertinggi yang pertama tiba menunjukkan senyum sinis, mengejek trik receh. Telapak tangannya berputar di depan dada lalu mendorong ke depan, gerakan yang penuh pesona dan elegan.
Kekeruhan yang sebelumnya bergolak tak beraturan tiba-tiba tertarik oleh suatu kekuatan, berbalik arah dan mengalir menuju satu titik yang sama.
Lumpur keruh itu membentuk naga kuning raksasa yang menyusur ke telapak tangannya, seperti asap yang tersedot kembali ke cerobong.
Niu Daomei yang mengintai dalam keruh segera menyadari keanehan ini, namun tak mendeteksi perubahan arus air. Tubuhnya segera terekspos dari gumpalan lumpur yang tercerai-berai.
Begitu terlihat, pasukan dari segala penjuru langsung menyerbu. Niu Daomei tak bisa ragu, melesat lebih dalam ke jantung danau. Beberapa lawan menghadang dengan serangan gabungan, kilatan pedang mereka berkelebat seperti bayangan hantu di dalam air.
Pedang lawan ditangkis dengan pedang, serangan fisik diterjang dengan pukulan, tenaga magis dihancurkan dengan kekuatan murni.
Sedikit saja berhadapan langsung, para anggota Sekte Guiyuan langsung menyadari keanehan. Saat pedang-pedang saling berbenturan, terasa sulit menahan kekuatan pada pedang Niu Daomei, begitu pula dengan benturan tinju.
Yang lebih mengerikan, serangan di dalam air pasti terhambat oleh pengaruh cairan, namun lingkungan bawah air sepertinya tidak mempengaruhi Niu Daomei sama sekali.
