Seorang diri dengan pedang melesat, di setiap jejak bayangan Niu Daomei, kilatan cahaya dingin di tangannya menyapu gumpalan-gumpalan darah merah yang mengecat air.
Para penghalang kacau balau. Ada yang tubuhnya memancarkan kabut darah sambil kerepotan menutup luka dan buru-buru mengapung ke permukaan. Ada yang anggota badannya kejang beberapa kali lalu tak bergerak lagi, tubuh tak berdaya mengambang bebas di dalam air.
Yang berhasil naik ke permukaan pun ada yang perlahan tenggelam kembali. Sisa penghalang di front utama ketakutan dan mengindar.
Niu Daomei telah berhasil menerobos dengan cepat.
Lima Elder Tertinggi Sekte Guiyuan terkejut bukan main. Hanya dengan satu kali serbuan awal, sudah menyebabkan 7-8 murid kultivasi Pil Emas mereka tewas atau terluka. Tingkat kultivasi apa yang dimiliki Niu Daomei ini?
Kelimanya segera bertindak total, turun tangan langsung.
Namun setelah mengejar beberapa saat, mereka sadar dengan tingkat kultivasi mereka pun ternyata tak bisa mengejar Niu Daomei di bawah air.
Dengan isyarat tangan, dua Elder Tertinggi terus mengejar, sementara tiga lainnya melesat ke permukaan air. Dari permukaan, mereka berkeliaran ke arah pelarian Niu Daomei lalu kembali menyelam untuk menghadang.
Ratusan kultivator juga turun-naik di permukaan air ikut menghalangi.
Beberapa tokoh besar sesama anggota sekte selama bertahun-tahun menunjukkan kerja sama yang sangat mulus. Cukup dengan suara gemericik di bawah air, mereka langsung memahami pola langkah dan taktik penghadangan masing-masing.
Dengan cepat, kelima orang itu kembali berhasil mengepung Niu Daomei. Di sekeliling dan di atasnya muncul gerombolan kultivator yang mengawasi penuh kewaspadaan, melayang-layang di air.
Meski agak segan terhadap kelima orang ini, Niu Daomei tak berani menunda. Ia langsung menyerbu gerbang kota ke satu arah.
Kelimanya serentak mendorong lengan, memunculkan tekanan dahsyat yang membuat Niu seolah paru-parunya hendak remuk. Wilayah perairan itu tiba-tiba membeku bagai es, membuat jari-jemari sulit digerakkan.
Tiga luka bekas anak panah kembali mengeluarkan darah di bawah tekanan hebat.
Untungnya Jalan Langit dan Bumi bukan main. Dengan gemulai tubuhnya bergetar halus, Niu Daomei melesat lincah seperti ikan menghindar dari tekanan, lalu menyambar salah seorang sambil mengayunkan pedang untuk memenggal.
Kelima bos itu terkejut bukan main. Gabungan kekuatan mereka seharusnya bisa membatasi lawan setara level kultivasi. Tapi bagaimana mungkin Niu Daomei yang levelnya diduga tak lebih tinggi bisa lolos?
Salah seorang menarik tangan mendadak, mengirimkan bayangan angin kencang penghindar air ke arah Niu yang menyerbu. Gerakan ini merusak formasi gabungan kelimanya.
Niu Daomei menghadang dengan pedangnya. Gema keras bergemuruh di kedalaman air, menerbangkan pakaiannya ke belakang. Namun tubuhnya tak tergoyahkan. Dengan manuver licin, ia memanfaatkan momentum untuk menerobos kepungan kelima lawannya.
Begitu berhadapan langsung, sang sesepuh akhirnya mengerti mengapa Niu Daomei kabur ke sini. Penjahat ini punya kemampuan khusus di dalam air.
Gerombolan murid Sekte Guiyuan di area penyergapan yang jumlahnya banyak dan nekat, langsung menyerbu untuk perkelahian massal.
Lumpur di dasar air bergejolak hebat, kembali mengeruhkan air. Siluet manusia bergerak kacau di dalamnya, disertai dentuman berat yang terus bergema, sesekali semburan darah meletup.
Area yang terkontaminasi darah semakin meluas, jelas bukan berasal dari satu orang.
Seorang sesepuh menggerakkan tangannya dalam air bagai menarik tirai kain, dengan mudah menyibak kekeruhan dan noda darah ke samping.
Kekacauan dalam pertempuran tiba-tiba menjadi jelas. Dalam sekejap, puluhan murid Sekte Guiyuan yang terluka bergulat sekarat di air, darah terus mengucur dari tubuh mereka.
Niu Daomei dengan wajah garang bergerak gesit di air, terus mengayunkan kilau pedangnya meski dikepung ratusan orang.
Meski mahir bertarung di air, dia tetap menderita kerugian dalam perkelahian kacau ini. Peribahasa "tinju liar mengalahkan master" terbukti nyata, serangan tak terduga sulit diantisipasi.
Pakaian di punggungnya robek, terluka goresan pedang panjang berdarah dari seseorang yang tak diketahui.
Dalam sekejap dia membunuh puluhan murid Tahap Pil Emas Sekte Guiyuan, dengan jumlah korban yang terus bertambah cepat. Kelima sesepuh gemetar ketakutan.
Jika terus begini, kerugian terlalu besar. Seorang sesepuh di dalam air terus-menerus bertepuk tangan dan melambaikan kedua lengannya, memberi isyarat agar semua orang berpencar dan membiarkan mereka yang menangani.
Orang yang sedang bergulat dengan Niu Daomei segera berpencar. Sementara Niu Daomei langsung kabur dengan cepat dari genangan darah tempat jenazah mengambang dan tenggelam.
Lima Sesepuh kembali mengejar dengan ganas. Sebagian dari gerombolan orang mengejar dari belakang, sementara yang lain yang berhasil muncul ke permukaan air segera bergerak ke depan untuk menghadang.
Meski Lima Sesepuh melarang orang lain ikut campur tangan, mereka tetap tidak membiarkan Niu Daomei lolos dari jangkauan pandangan, masih ikut serta dalam pengepungan...
Di kejauhan danau, seekor ular hijau besar muncul dari dasar danau, berenang mencari-cari di dalam air. Itu adalah Yun Ji.
Dia sudah memaksakan kecepatan tertinggi untuk datang, tapi permukaan danau terlalu luas. Sulit baginya mencari orang di bawah air. Untungnya, pengiriman pesan suara jarak jauh di dalam air cukup efektif, sehingga dia cepat menangkap suara gemuruh perkelahian dari dalam danau.
Di dalam hati, Yun Ji bergembira. Masih ada suara perkelahian, artinya Niu Daomei belum mati.
Dia tak berani membuang waktu lagi. Tubuh panjangnya menyembur keluar dari air dengan suara "Syuut!", bagaikan naga air yang menerjang ke arah sumber suara perkelahian.
Ular memang ahli dalam berenang...
Meski Niu Daomei memiliki kelebihan di bawah air, secepat apa pun dia berlari, takkan bisa mengalahkan kecepatan sekelompok orang yang menghadang dari permukaan air.
Tak lama kemudian, lima sesepuh kembali berhasil mengepung Niu Daomei.
Niu Daomei hendak mengulangi trik lama untuk kabur, namun tiba-tiba lima orang itu mendorong kedua telapak tangan lalu menariknya kembali dengan keras. Seketika tercipta ruang berbentuk bola di dasar danau seperti ruang hampa, membuat Niu Daomei kaget karena tak sempat mempersiapkan diri. Usahanya untuk memanfaatkan tenaga air gagal total.
Baru saja mendarat di lumpur dasar danau dengan kerepotan, lima sesepuh yang sedang mengumpulkan tenaga di lengan tiba-tiba mendorong kedua lengan mereka secara bersamaan.
Air danau di sekeliling langsung menguburinya seperti longsoran gunung. Niu Daomei yang panik segera menggunakan teknik Jalan Langit dan Bumi untuk menyeimbangkan kekuatan Yin-Yang sebagai tameng. Namun karena belum pernah mengalami serangan dahsyat dari segala penjuru seperti ini, ia bingung menentukan titik mana untuk menyalurkan tenaga.
Saat kekuatan air menghantam tubuhnya, barulah ia secara refleks menemukan cara penetralan. Tubuhnya berputar dan menggeliat dengan gesit.
Meski berhasil menetralisir serangan, reaksinya agak terlambat. Serangan itu terlalu ganas. Terendam air tiba-tiba, hidung dan mulutnya menyemburkan darah, tiga luka panah di dada depan meletupkan kabut darah, begitu pula luka pedang di punggungnya.
Walau demikian, tubuhnya yang berputar di air tak boleh ragu. Meski pandangannya kabur, ia tetap mempertahankan kewaspadaan. Sebelum lawan sempat menyerang lagi, ia sudah menerjang ke depan mati-matian mencari jalan keluar.
Di bawah serangan menjepit dua sesepuh, Niu Daomei berjuang mati-matian mengayunkan pedang. Dari celah di antara dua orang itu, ia kembali berhasil menerobos keluar.
Lima sesepuh terkejut, penjahat ini ternyata mampu menahan serangan gabungan mereka. Pantas berani datang sendirian ke wilayah berbahaya.
Dengan kemampuan seperti ini, para sesepuh takkan ragu lagi. Mereka harus mencegah Niu Daomei melarikan diri, atau ini akan menjadi bahan tertawaan.
Saat Niu Daomei menyelinap di antara dua orang, salah satu sesepuh mengeluarkan Talisman Pedang Surgawi. Aura pedang raksasa muncul di dalam air, terlihat lebih nyata dibanding di darat. Bayangan pedang raksasa menyambar tajam.
Kegaduhan besar ini membuat Niu Daomei menoleh tajam. Meski kecepatannya di air lebih unggul, reaksinya tak secepat di darat.
Serangan tiba-tiba ini membuat bulu kuduknya merinding.
Dalam penggunaan Talisman Pedang Surgawi, mungkin tak banyak kultivator yang melebihinya. Baik dilepas tunggal maupun kelompok, semua pernah dicobanya. Ia sangat paham: sekali diaktifkan, bukan satu tapi dua belas aura pedang yang muncul!
Bisa menghindar satu, tapi bisakah lolos dari dua belas?
Dikiranya ajal menjemput, tapi pikiran tajamnya memaksanya tetap tenang.
Pengalaman pertempuran masa lalu mengajarkan: semakin berbahaya situasi, semakin harus dingin. Kepanikan hanya memperburuk keadaan.
Tapi yang terjadi di luar dugaan.
Energi dahsyat Talisman Pedang Surgawi sulit dikendalikan, tak seperti mantra biasa yang bisa diarahkan presisi.
Di bawah air, ini berada di dasar danau, daya ledak Talisman Pedang Surgawi terlalu dahsyat. Justru karena kekuatan yang tiba-tiba meledak ini terlalu besar dan terlalu kasar serta liar, dampak arus bawah air yang terguncang juga luar biasa penting.
Niu Daomei yang sedikit mendeteksi segera mengikuti momentum. Teknik Jalan Langit dan Buminya paling ahli dalam merasakan dan memanfaatkan keseimbangan mikro. Tubuhnya bagai daun di air yang terombang-ambing oleh arus deras, aura pedang raksasa nyaris menyentuhnya, membuatnya gemetar ketakutan.
Seperti yang dia duga, setelah serangan pertama meleset, aura pedang kedua langsung menghantam lagi. Niu Daomei kembali nyaris menghindar.
Setelah lima kali tebasan berturut-turut tetap gagal melukai Niu Daomei, sang penyerang terkejut. Namun melalui momen ini, Niu Daomei justru mendapatkan pemahaman baru yang seketika tentang Jalan Langit dan Bumi.
Beberapa pencerahan spiritual tidak akan tercapai tanpa mengalami peristiwa langsung.
Melihat kondisi ini, sang penyerang tak lagi bermain-main. Kedua tangannya terus menunjuk, mengeluarkan aura-aura pedang yang tersisa dalam gelombang serangan bertubi-tubi.
Niu Daomei langsung tak bisa melanjutkan permainan. Tak ada cara untuk menghindar lagi. Di dalam ruang terbatas ini, di bawah serangan bertubi pedang aura ganas, sama sekali tak ada tempat berlindung. Pasti akan tertabrak satu di antaranya.
Dalam kepanikan, seperti saat menerobos Ruang Dimensi Tiandu, dia terpaksa kembali menahan mentah-mentah. Kedua tangannya mendorong pedang ke depan, mengaktifkan Jalan Langit dan Bumi untuk menahan serangan yang datang.
Di bawah hantaman dahsyat ini, lumpur dasar danau terangkat bagai dunia terbalik, berhamburan dalam kekacauan yang membutakan.
Gemuruh! Niu Daomei yang menahan serangan dengan pedangnya menyemburkan darah dari , tiga luka panah di dadanya memancurkan tiga panah darah. Tubuhnya terpental ke belakang di dalam air.
mengeluarkan gelembung besar, tenaga magis lepas kendali membuatnya tersedak air.
Luka panah yang sudah ditahannya sebelumnya semakin parah setelah dihantam lima sesepuh. Menahan serangan terakhir ini membuat seluruh tubuhnya lemas, kepala terasa memabukkan, sensasi pusing hebat menyergap.
Ia merasakan tubuhnya perlahan terombang-ambing menuju dasar danau. Dalam pusingnya, sebuah pikiran melintas: "Berkeliaran di dunia, ada kalanya kecolongan..."
Melihatnya terpental dari kegelapan dalam kondisi tak berdaya, para kultivator yang mengepung dari arah itu segera bergegas mendekat untuk menghabisi nyawanya.
Tiba-tiba gerombolan penyerang itu berbalik arah. Sebuah bayangan hijau panjang melesat bagikan anak panah di dalam air, ekornya yang panjang menghempas dengan daya ledak dahsyat, memaksa para pengepung menghindar cepat.
Seekor ular hijau besar menerjang ke arah Niu Daomei yang perlahan tenggelam. Saat melintas, tubuh ularnya retak mengeluarkan sebuah lengan bersisik yang mencengkeram erat tubuh Niu Daomei.
Tubuh panjang ular itu mengibas-ibas di air, melesat dengan kecepatan luar biasa sambil menyeret Niu Daomei menyerbu ke sebuah ngarai dasar danau, langsung menghilang masuk ke dalam celah tebing.
Para murid Sekte Guiyuan yang mengejar segera menghujani tebing bawah air itu dengan serangan magis.
Saat tebing akhirnya hancur, tak ada jejak manusia tersisa. Gerombolan itu mulai mencari ke segala penjuru...
“Ahem…” Niu Daomei yang tersedak mengeluarkan seteguk darah mulai sadar. Tanpa tenaga untuk menggunakan hati, kegelapan total menyelimuti, bahkan dalam jarak dekat sama sekali tak bisa melihat apa-apa.
Tapi suara gesekan yang familiar masih terdengar – ini suara penyelaman ke tanah. Niu Daomei tersenyum lemah, dengan suara parau berkata: “Akhirnya kau datang juga.”
Yun Ji berbicara dengan nada berat: “Aku terlambat.”
“Tepat waktu. Lebih lambat sedetik saja sudah bahaya.” Niu Daomei bercanda dengan suara lirih, tiba-tiba bertanya: “Pedangku?”
Yun Ji: “Jangan pedulikan pedang dulu, selamatkan nyawa lebih penting. Nanti akan kubantu cari. Lukamu parah, masih kuat?”
Niu Daomei: “Luka kecil, tidak apa. Waktu lompat ke danau sudah minum obat. Putri Kabupaten dan Pangeran Muda baik-baik saja?”
Yun Ji: “Tenang, sudah kusingkirkan dengan aman. Mereka baik-baik.”
“Baguslah.” Usai bicara, Niu Daomei diam. Merasa kedua matanya semakin berat, pandangan berkunang-kunang, ia memaksa tetap terjaga.
Ia benci perasaan tak sadar seperti ini.
