Bab 0884: Diskusi Rahasia Lagi?

　　Kabur? Meski sudah menduga ada masalah, jawaban pasti ini tetap membuat mereka sulit percaya. 　　Jiang Wanlou sulit menerima kenyataan ini, "Bagaimana mungkin? Lima Tetua Sekte turun tangan langsung! Sedikit orang di dunia ini yang bisa menghadangnya, apalagi dengan bantuan ratusan murid elit. Si pencuri kecil ini, kelebihan apa sampai membuat Lima Tetua Sekte gagal total? Jangan-jangan Niu Daomei benar-benar punya Talisman Pedang Surgawi tak terbatas?" 　　Pemimpin Sekte memiliki harapan sebesar itu, lima Kepala Suku benar-benar berkeringat dingin. 　　Seorang dengan malu mengaku: "Bukan karena Talisman Pedang Surgawi tak habis-habis, di darat si penjahat itu memang bukan lawan kami, membantainya bukan masalah. Tapi di air lain cerita. Penjahat ini menguasai teknik mengendalikan air..." Setelah menjelaskan nasib di bawah air, tentu bukan karena ketidakmampuan kami, hasilnya harus ditekankan, "Sudah melukainya parah. Saat nyaris tewas, tiba-tiba muncul ular hijau besar menyelamatkannya, membawanya kabur dari dasar danau dengan teknik menyelam ke tanah. Menurut murid bawahan, ular hijau itu adalah Yun Ji yang dulu menyelamatkan sandera dengan teknik menyelam." 　　Penjelasan ini membuat semua orang paham seluruh prosesnya. Kedatangan Niu Daomei memang untuk menculik sandera! 　　"Diskusi rahasia" itu cuma tipuan. Alasan membawa Yun Ji bukan Mak Comblang adalah omong kosong. Tujuannya jelas karena Yun Ji menguasai Teknik Menyelam ke Tanah yang langka, memudahkan kaburnya sandera. Niu Daomei sendiri menggunakan daya ledak Talisman Pedang Surgawi untuk melindungi kaburnya sandera. Kabur ke arah Danau Angle karena kemampuan bertahan di air si penjahat itu. 　　Pang Teng berkata: "Artinya, serbuan Pasukan Yan ini adalah serangan palsu. Tujuannya memaksa kita memusatkan banyak pasukan untuk pertahanan, mengurangi tekanan pada Niu Daomei agar mudah kabur. Kalau tidak, kalau semua berkerumun menyerang, Niu Daomei takkan bisa bertahan!" 　　Semua orang wajah pucat, dipermainkan, dipermainkan dengan sangat kejam. Para sesepuh dari Tiga Sekte Besar yang bersama-sama pergi ke ibu kota prefektur Nan Zhou untuk menculik sandera, ternyata berhasil direbut kembali oleh Niu Daomei. Semua ini ternyata konspirasi yang direncanakan matang dari awal. 　　Sedikit harapan terakhir setelah berlelah-lelah mengatur segalanya, apakah benar-benar retak begitu saja? 　　Perasaan berat, kemarahan, kerugian dan penghinaan yang terus diterima negara Zhao dan Tiga Sekte Besar Zhao dari Niu Daomei ini sungguh tak terkatakan! 　　Terutama Jiang Wanlou, bukan hanya kehilangan murid sektanya, dalam kondisi seperti itu Niu Daomei masih santai melumpuhkan tangan murid langsungnya. Bagaimana perasaannya bila kabar ini tersebar? 　　Tapi satu hal yang harus diakui, Niu Daomei ini benar-benar berani sampai segitunya. Berani mengambil risiko ekstrim dengan cara begini untuk merebut sandera, ini benar-benar bermain nyawa! 　　Menurut mereka, Niu Daomei sekarang sudah sukses dan berkuasa. Apakah layak mengambil risiko seperti ini demi dua manusia biasa? 　　Kini yang lebih mengkhawatirkan adalah pasukan besar Zhao yang terjebak di sini. Di mana jalan keselamatannya? 　　…… 　　Beberapa hal masih harus diklarifikasi. Di dalam kemah besar pasukan tengah, tidak hanya Shang Chaozong dan Meng Shanming, Long Xiu dan lainnya juga hadir. Yun Ji pun dipanggil datang. 　　Menghadapi pertanyaan semua orang, Yun Ji dan Shang Shuqing menceritakan kronologi kejadian. 　　Soal kemampuan menyelam ke tanah, Yun Ji tidak menyembunyikan. Ia tahu sudah tak bisa ditutupi lagi, terlalu banyak orang Zhao yang melihat. Mulut-mulut itu tak mungkin dibungkamnya. 　　Apa yang dimaksud janji harus ditepati? Katanya akan mengambil cakar anjing murid Sekte Guiyuan, benar-benar memotong cakar anjing murid Sekte Guiyuan itu. Meski berada dalam bahaya sekalipun, tetap menepati perkataannya! 　　Terutama respons tenang saat terperangkap dalam bahaya, membuat Shang Chaozong dan Meng Shanming berubah haru, sementara Shang Shuqing menitikkan air mata. 　　Shang dan Meng yang sudah tahu rencana sebelumnya masih bisa menerima, tapi Long Xiu dan yang lain terkejut bukan main. Niu Daomei itu benar-benar bermain nyawa, pantaskah pengorbanan seperti ini? 　　Gong Linche terlihat berpikir, teringat cerita adik seperguruan Yan Li tentang kejadian di Ruang Dimensi Tiandu. Walau tahu menolak murid perempuan Chu Fengping akan memaksanya masuk ke ujung tanduk, dan sebenarnya bisa mengatasinya sementara, Niu Daomei tetap bersikukuh tidak mau. Ada yang dilakukannya, ada yang tidak, lebih baik mati daripada menyerah. 　　Setelah serangkaian peristiwa, Gong Linche mulai memahami sifat Niu Daomei. Ia mempercayai penilaian Yan Li, dan merasa tenang akan beberapa hal. 　　Setelah sesi tanya jawab usai, hadirin bubar. Tiga Pemimpin Sekte Besar juga tak berniat berlama-lama. Setelah muka terkoyak, ketiga pemimpin tak ingin lagi melihat wajah Shang Chaozong. 　　Dalam perjalanan pulang ke tendanya, Meng Xuan bergumam, "Niu Daomei itu benar-benar nekat. Untuk menyelamatkan dua orang saja, sampai rela main nyawa!" 　　Long Xiu mendengus, "Hantu saja yang tahu kebenarannya. Ini cuma taktik membeli dukungan rakyat." 　　Gong Linche: "Teknik Lima Elemen sangat langka. Siluman ular Yun Ji ini ternyata menguasai teknik gerak tanah." 　　…… 　　Di luar tembok ibu kota prefektur Nan Zhou, di bawah kepungan pasukan besar yang berlapis-lapis, sesekali terlihat orang-orang dari Kediaman Wang keluar masuk. 　　Setelah insiden sebelumnya, mereka tak berani lengah lagi. Seluruh penghuni Kediaman Wang langsung berpindah ke dalam kawasan pasukan besar. 　　Lan Ruoting yang menggendong bayi melangkah cepat menuju sebuah tenda. Setelah diizinkan masuk, ia berseru gembira: "Permaisuri, Pangeran Muda telah kembali!" 　　Feng Ruonan yang bermata merah dan menangis membasahi bantal sepanjang hari, tiba-tiba bangkit dari ranjangnya. Gerakannya yang tiba-tiba membuat para dayang di sekitarnya kerepotan. 　　Bayi yang baru lahir itu direnggut dari pelukan sang ibu. Perasaan seorang ibu yang kehilangan anaknya tentu dapat dibayangkan. 　　Awalnya Lan Ruoting ingin menyembunyikan hal ini dan membiarkannya tetap tertidur. Namun karena Niu Daomei membutuhkan klarifikasi detail, tanpa pilihan lain mereka membangunkan Feng Ruonan. Kebangkitannya tentu disertai kepedihan yang tak terperi. 　　"Lihat, Pangeran Muda." Lan Ruoting dengan hati-hati menyerahkan bayi dalam gendongan itu padanya. 　　Feng Ruonan yang gembira memeluk anaknya tiba-tiba mengernyit. Keraguan menyelimuti wajahnya: "Ini anakku? Apakah Tuan Guru sengaja mencari bayi lain untuk menghiburku?" 　　Lan Ruoting tertegun sejenak, tak mengerti maksud pertanyaan itu. "Bagaimana mungkin ini palsu? Ini pasti Pangeran Muda!" 　　Feng Ruonan menundukkan kepala melihat si kecil yang tertidur lelap, "Sejak lahir aku sudah melihatnya, sama sekali tidak secantik ini." Setelah berkata demikian, ia langsung menyerahkan buayan kepada dayang di sampingnya, enggan melihat lebih lama. Air mata kembali mengalir, seolah yakin itu hanyalah penghiburan semu untuk mencegah kesedihannya. 　　Lan Ruoting terdiam sejenak, akhirnya menyadari maksudnya. Dengan tertawa getir ia menjelaskan, "Permaisuri, saat Pangeran Muda baru lahir hamba juga melihatnya. Memang belum segemas sekarang. Bayi yang baru keluar dari induk pasti berkulit keriput dan memalukan. Setelah terbiasa dengan lingkungan luar, kulitnya meregang sehingga tampak menggemaskan. Semua bayi sama, Pangeran Muda kita pun tak mungkin istimewa!" 　　Feng Ruonan tertegun, teringat logika tersebut. Ia mengusap air mata namun tetap curiga, "Kerajaan Zhao akan dengan mudah mengembalikan anak kita?" 　　Mendengar pertanyaan itu, Lan Ruoting menghela napas dalam. "Tentu tidak mudah. Ini berkat Wangye dan Jenderal Meng yang memohon bantuan Tao Ye. Beliau mempertaruhkan nyawa merebutnya kembali dari Zhao. Untuk menyelamatkan Pangeran Muda, Tao Ye mengalami luka berat..." Untuk meyakinkan, ia menjelaskan detail informasi dari garis depan. 　　Meski penjelasannya tidak lengkap, kisah tersebut cukup membuat Feng Ruonan gemetar ketakutan sekaligus tersentuh. Air matanya kembali menangis, "Hutang nyawa pada Tao Ye takkan terbayar seumur hidupku." 　　“Aduh!” Lan Ruoting menghela nafas: “Orang-orang dari Tiga Sekte Besar semua tidak menolong, hanya Tao Ye yang maju ke depan. Jenderal Meng memuji Tao Ye, berjiwa ksatria!” 　　Feng Ruonan: “Bagaimana kondisi Tao Ye sekarang?” 　　Lan Ruoting: “Lukanya terlalu parah, kehilangan banyak darah, nyaris tidak selamat. Hingga kini masih belum siuman.” 　　“Hiks...” Feng Ruonan menangis tersedu-sedu. 　　Padahal dulunya adalah pahlawan wanita di medan tempur, belakangan ini menjadi sangat sensitif, mudah sekali menangis. 　　Akibatnya tangisan itu membangunkan anak kecil, dengan kerepotan ia menggendong si kecil untuk menenangkan, “Anakku, anakku yang malang...” Setelah emosinya agak stabil, ia menengadah bertanya: “Qing'er mana? Qing'er tidak apa-apa? Kenapa Qing'er belum pulang?” 　　Lan Ruoting: “Wangye sebenarnya ingin mengirim Putri Kabupaten kembali secara rahasia, tapi Putri Kabupaten tidak mau pulang, tetap berjaga di samping Tao Ye yang masih pingsan.” 　　Feng Ruonan mengucapkan “Oh” sambil terlihat berpikir, kali ini ia bisa memahami hal tersebut. 　　…… 　　“Diskusi rahasia lagi?” Menghadapi murid yang datang melapor, Jiang Wanlou bertanya dengan ekspresi nyaris mengerang. 　　Wajah Zuo Chengfeng dan Mi Man juga menjadi muram. Utusan dari Kerajaan Yan telah tiba, seorang murid dari Sekte Pedang Gaib Yan bernama Xin Jikui, mengaku datang untuk berdiskusi rahasia. 　　Sebelumnya sudah ada Niu Daomei yang datang berdiskusi rahasia, malah membuat kami menderita kerugian besar. Sekarang datang lagi yang mau berdiskusi rahasia, apa lagi yang mereka inginkan? 　　“Bangsat, main-main nggak gini kali! Terakhir datang dua orang, kali ini lebih parah, cuma satu orang yang datang. Ini kecanduan main dan mau mempermainkan kami seperti idiot atau gimana? Keterlaluan!” 　　Murid yang melapor berkata: "Benar, dia bilang begitu. Katanya diutus datang ke sini." 　　Jiang Wanlou bertanya: "Konfirmasi ini orang dari Gunung Pedang Gaib?" 　　Murid menjawab: "Tak mungkin salah, sudah diverifikasi. Murid kenal orang ini, dia murid langsung Meng Xuan." 　　Jiang Wanlou menoleh bertanya ke dua orang lainnya, "Kakak Zuo, Kakak Mi, pendapat kalian?" 　　Zuo Chengfeng menghantamkan jawaban, "Kalau dia benar-benar mau berunding, suruh dia menyerah dengan tangan terlipat! Pertama kendalikan orangnya, lalu geledah badannya sampai bersih. Sedikit saja mencurigakan, langsung cincang jadi bubur daging!" 　　"Bagus, begitu saja!" Jiang Wanlou mengangguk, melambaikan tangan: "Bawa orang itu ke sini!" Setelah itu dia mondar-mandir sambil membusungkan dada. Dia penasaran mau lihat ilmu setan apa lagi yang bisa dimainkan orang ini. Dia tak percaya semua orang di sini idiot yang mudah dikelabui. 　　Tak lama, Xin Jikui dibawa masuk. Di bawah sorotan ribuan mata, dia tetap tak kenal takut. Dengan senyum sopan, dia memberi hormat kepada tiga Pemimpin Sekte. 　　Jiang Wanlou bertanya, "Meng Xuan menyuruhmu untuk bahas apa?" 　　Xin Jikui penuh karisma, tetap tenang menghadapi pujian maupun hinaan: "Tentu hal yang akan menggembirakan para hadirin." 　　Jiang Wanlou: "Oh, apa Kerajaan Yan mau mundur?" 　　Xin Jikui: "Kedatanganku ini bukan urusan mundur pasukan. Ada misi penting untuk disampaikan pada tiga Pemimpin Sekte!" 　　"Tidak mundur pasukan ngapain berunding." Jiang Wanlou mengangkat tangannya, "Datang orang, potong kedua tangannya dulu!" 　　Dua kultivator langsung menyerbu dan menahan tamu tersebut. 　　Zuo Chengfeng sempat mengulurkan tangan, awalnya ingin mencegah, berpikir lebih baik biarkan lawan selesaikan bicara dulu baru bertindak. Tapi kemudian urungkan niat itu, tahu Jiang Wanlou sedang ingin melampiaskan amarah - jika muridnya dipotong satu tangan, dia akan minta dua sebagai ganti rugi.