Permaisuri yang diturunkan tahtanya bukanlah urusan sepele, mustahil disembunyikan.
Di jembatan batu anak sungai kecil di luar Biéyuàn Maolu, Niu Daomei yang sedang melihat informasi di tangannya menghela napas, "Kakak angkatku ini benar-benar ditakdirkan menderita. Dulunya kepala Sekte Tiannü yang tinggi hati, tiba-tiba menjadi istri komandan pemberontak, lalu berubah menjadi permaisuri kerajaan, dan sekarang malah jadi tahanan kelas rendah."
Setelah kabar penurunan permaisuri Song beredar, dia segera menyuruh orang menyelidiki kebenarannya. Informasi di tangannya adalah kabar terbaru yang baru sampai.
"Sang permaisuri menangkap perselingkuhan secara langsung, ternyata diturunkan oleh kaisar. Sungguh aneh! Wu Gongling benar-benar berani melakukan ini." Guan Fangyi yang mendampingi terus-menerus mendengus, merasa Hui Qingping tak dihargai, "Tanpa Hui Qingping, mana mungkin Wu Gongling bisa seperti sekarang? Pengkhianat tak berperasaan!"
Niu Daomei menggoyang-goyangkan kertas di tangannya hingga remuk dan beterbangan ke bawah jembatan mengikuti arus, "Tanpa Hui Qingping, pasti ada 'Ping' lain. Bahkan tanpa 'Ping' manapun, nasib Wu Gongling belum tentu berbeda. Ini bukan keputusan Hui Qingping. Karena tak memahami hal inilah Hui Qingping akhirnya berakhir seperti ini."
Dengan tatapan dingin, Guan Fangyi berkata, "Maksudmu tindakan Wu Gongling benar? Ternyata kalian pria memang sama saja, tak ada yang baik!"
“……” Niu Daomei kehilangan kata, mengapa dirinya lagi-lagi diseret, tertawa getir berkata: "Bukan ini maksudku, aku juga tidak bilang Wu Gongling benar. Ada pepatah 'Menyesal mengajar suami mencari gelar pangeran perang', setiap pilihan jalan punya konsekuensinya. Bagaimana mungkin seorang kaisar pria hanya punya satu wanita di harem kerajaan? Wanita yang jadi kaisar pun takkan hanya punya satu pria di ranjang. Di gunung mana, nikmati pemandangannya. Jangan berdiri di kaki gunung membayangkan pemandangan puncak. Harus realistis. Hui Qingping seharusnya tidak membuat keributan seperti ini. Saat perlu menutup sebelah mata, lakukanlah. Tak mau menerima realita di puncak gunung, nekat menyerbu malah bisa jatuh ke kaki gunung menghadapi realita di sana. Kalau tak mau lihat pemandangan di gunung, tutup mata atau turun saja. Inilah realita."
Guan Fangyi bergumam: "Artinya, kalau ada kesempatan, kau juga akan seperti Wu Gongling."
“……” Niu Daomei kembali kehilangan kata. Dirinya sendiri yang salah, sakit telur atau bagaimana sampai ngobrol logika begini dengan wanita? Langsung mengalihkan topik: "Dengan namaku, kirim peringatan ke Wu Gongling: Hui Qingping adalah kakak angkatku. Berani sentuh sebatang jarinya, awas otaknya! Serahkan Hui Qingping, atau Kerajaan Yan akan segera menyerang Song!"
Perhatian Guan Fangyi benar-benar teralihkan, tercengang: "Maksudmu apa?"
Niu Daomei: "Apa maksudmu 'maksud apa'? Apa penjelasanku belum jelas?"
“Guan Fangyi mengingatkan: “Jangan bicara soal menggerakkan satu jari pun, Hui Qingping sudah ia masukkan ke penjara kerajaan.”
Niu Daomei menggelengkan kepala: “Tidak sesederhana yang kau bayangkan. Memenjarakan Hui Qingping hanya sementara, Wu Gongling itu kejam tak berperikemanusiaan. Setelah berubah sikap, pasti tak berperasaan. Jika tak ada pertimbangan, lambat laun Hui Qingping di dalam penjara kerajaan pasti akan mengalami hal tak terduga.”
Guan Fangyi curiga: “Kau benar-benar mau mengerahkan pasukan untuk menyerang Yan demi Hui Qingping? Urusan ini sepertinya bukan wewenangmu.”
Niu Daomei terdiam sejenak. Memang benar ini di luar kendalinya. Pengaruhnya terhadap militer Yan cukup besar, tapi pasukan Yan di perbatasan Song sama sekali bukan wilayah kekuasaannya. Belum lagi soal Yan, bahkan Gua Adamantium-Ungu pun tak akan mengizinkannya bertindak semena-mena.
“Melangkah sambil memantau, perlahan cari cara. Pertama stabilkan dia agar tidak main-main dengan Hui Qingping.” Niu Daomei mengerutkan alisnya. Memang agak rumit ingin menyelamatkan Hui Qingping.
Guan Fangyi baru menyadari: Yang satu ini bukan sekadar omong kosong, tapi benar-benar berniat menyelamatkan Hui Qingping.
Ia pun bingung harus berkata apa. Sebenarnya merasa ini tak perlu. Surat-menyurat mereka dengan Hui Qingping sudah ia lihat, orang itu sama sekali tak menghargai hubungan saudara angkat denganmu. Untuk apa pipi panas ditempelkan ke pantat dingin cari masalah sendiri?
“Baiklah! Aku percaya keputusan orang sepertimu bukan sekadar impulsif, pasti sudah direncanakan matang-matang.” Guan Fangyi menghela napas, lalu berbalik pergi untuk melaksanakan perintah.
Niu Daomei berdiri di jembatan, satu tangan menancapkan pedang, satu lagi meraba pagar batu, memandangi ikan yang berenang di bawah sambil merenungkan sesuatu.
Merenung tanpa menyadari berapa lama waktu berlalu, setelah Guan Fangyi kembali dan melaporkan surat telah dikirim, Wen Mo'er juga datang sambil membawa surat lain.
"Tao Ye, ada yang mengantarkan surat ke gerbang gunung, katanya untuk Anda." Wen Mo'er menyajikan surat dengan hormat.
Guan Fangyi memeriksa surat itu sambil bertanya: "Siapa yang mengirimkannya?"
Wen Mo'er: "Pengirim tidak membocorkan identitas, meninggalkan surat lalu pergi. Tidak diketahui siapa pengirimnya."
Setelah memastikan surat aman, Guan Fangyi menyerahkan surat itu kepada Niu Daomei.
Niu Daomei usai membaca surat tersenyum pada Wen Mo'er, "Terima kasih atas kerja kerasmu."
Wen Mo'er tersenyum dan mengundurkan diri. Niu Daomei kemudian memberikan surat itu kepada Guan Fangyi, "Misi ini agak menarik."
Guan Fangyi baru memahami maksudnya setelah membaca isi surat yang menyebut nasib Hui Qingping saat ini. Surat itu menyatakan pengetahuan tentang ikatan persaudaraan Niu Daomei dengan Hui Qingping, serta menyarankan strategi: menyelamatkan Hui Qingping akan sulit kecuali pasukan besar Yan menekan Song dengan ancaman militer, sehingga Song yang kemampuan ekonominya melemah mungkin akan melepaskan Hui Qingping.
Berbagai alasan mendetail dijelaskan dalam surat tersebut.
Namun secara keseluruhan, ide ini agak mirip dengan rencana awal Niu Daomei.
Yang lebih menarik, surat itu tidak menyebutkan identitas pengirim, hanya ditutup dengan kalimat: Dari yang mengagumi Daojun.
"Daojun... Siapa yang memanggilmu seperti ini?" Guan Fangyi heran, "Menurutmu siapa pengirim surat ini?"
"Kau tanya aku, aku tanya siapa?" Niu Daomei juga bingung, sama sekali tidak ada petunjuk. Namun bisa dilihat niat baik yang jelas tersirat dalam surat ini.
Dia telah menyaring semua orang yang diketahui memiliki hubungan dengan Hui Qingping, tapi tetap tidak bisa menemukan siapa yang mampu menulis surat seperti ini. Namun, nalurinya mengatakan ada sesuatu yang bisa ditangkap dari surat ini. Ketika direnungkan lebih dalam, semuanya kembali kosong tanpa petunjuk jelas. Surat ini terasa misterius.
Dia meminta surat itu kembali dan memeriksanya ulang dengan cermat. Akhirnya menggelengkan kepala: "Jika surat ini diberikan pada satu orang, mungkin dia bisa menemukan sesuatu."
Guan Fangyi penasaran: "Siapa?"
"Shao Pingbo!" Niu Daomei menyebut sebuah nama, lalu mengembalikan surat padanya.
Guan Fangyi terkejut, "Surat tanpa petunjuk ini, bisakah Shao Pingbo mengetahui penulisnya?"
"Aku bahkan curiga surat ini ditulis Shao Pingbo sendiri. Tapi sejak kekalahannya, dia masih dalam masa diam. Sebelum memiliki kekuatan untuk melawanku, seharusnya dia tidak akan berinisiatif menghadapiku." Niu Daomei tersenyum getir menyadari kecenderungannya yang langsung mencurigai Shao Pingbo begitu menemukan keanehan.
Akhirnya menghela napas: "Beberapa hal tentang bagaimana Shao Pingbo mengetahui jawabannya masih menjadi misteri bagiku. Setelah mendengar laporan detail dari Chen Guishuo yang kembali, kusadari kemampuan logika dan penilaian pria itu di level yang hampir tak wajar. Dengan kondisi yang memadai, hampir tak ada jejak yang luput dari matanya. Dalam hal ini aku jauh kalah. Kuyakin beberapa hal yang kulakukan sudah dia ketahui jawabannya, hanya menahan diri karena situasi. Ancaman laten yang tak bisa kuhadapi di bawah perlindungan Kerajaan Jin."
Dia sendiri tidak tahu, Shao Pingbo pernah mengatakan dirinya tidak sebaiknya, sementara dia juga menganggap dirinya tidak sebaik Shao Pingbo. Anehnya, keduanya tetap bersikeras bermusuhan sampai akhir.
Guan Fangyi terkejut: "Benar sehebat itu?"
Niu Daomei: "Tidak sehebat yang kamu bayangkan. Tak ada manusia sempurna, semua punya kelemahan. Selain kelemahan lain, setidaknya ada satu kelemahan mematikan padanya."
Guan Fangyi bingung: "Mematikan?"
Niu Daomei terkekeh: "Menurut Chen Guishuo, Shao Pingbo sering muntah darah. Dengan banyak kultivator yang membantu pemulihan pun masih begini, ramuan ajaib sebanyak apapun takkan bertahan lama. Tubuh kuda buruk yang memaksakan kecerdasan Kirin, takkan sanggup menanggung beban. Pikiran cerdasnya justru menjadi kelemahan mematikan. Apapun hasil pertarungan ini, bahkan jika aku kalah, dia tetap takkan menang. Nasibnya sudah pasti akan hancur oleh dirinya sendiri."
Guan Fangyi masih merenung ketika Niu Daomei menghela napas: "Menarik. Belakangan ini benar-benar penuh kejutan."
Yang dia maksud bukan hanya surat ini.
Sebelumnya dia mengirim surat anonim ke Tianhuo Jiao, kini ada yang mengirim surat anonim balik padanya. Benar-benar satu laporan dibalas dengan laporan.
Surat ke Tianhuo Jiao berhasil mencapai tujuannya, tapi dibalas dengan taktik berbelit-belit oleh Yu Wenyan. Kini surat anonim ini kembali membuatnya bingung.
Dia menyadari, setelah keluar dari Nan Zhou, menghadapi situasi yang lebih besar, lawan-lawan yang muncul pun benar-benar berbeda. Harus fokus sepenuh hati untuk mengatasinya.
……
Di Istana Kerajaan Song, setelah memecat Hui Qingping, Wu Gongling benar-benar menikmati beberapa hari kebahagiaan. Para wanita cantik yang sebelumnya bersembunyi di luar kini dibawa masuk ke istana secara terang-terangan untuk dinikmatinya.
Tanpa sedikit pun penyamaran, beberapa pejabat yang tidak tahan melihat hal ini akhirnya memberi nasihat, mengucapkan hal-hal yang seharusnya tidak diutarakan. Wu Gongling yang sejak lama ingin memberi contoh dengan menghukum seseorang, menemukan kesempatan. Pejabat tersebut dituduh melakukan penghinaan terhadap penguasa dan langsung dihukum mati.
Setelah lama harus bersembunyi dan menahan diri, kini ia tentu ingin menikmati kebebasannya sepuas hati.
Meskipun para wanita cantik ini dulunya adalah selir Kaisar Mu Zhuozhen dari Song, tidak semua bisa seperti permaisuri Mu Zhuozhen yang memilih bunuh diri setelah dipermalukan. Sebaliknya, kebanyakan justru merayu dan tunduk patuh. Selama bisa mempertahankan nyawa dan kemewahan, apakah itu Mu Zhuozhen atau Wu Gongling tidak menjadi masalah bagi mereka. Bagi para wanita ini, era Mu Zhuozhen sudah lewat, hanya sesekali teringat ketika melihat pemandangan tertentu.
Secara relatif, Wu Gongling jauh lebih menakutkan daripada Mu Zhuozhen. Ancaman pembunuhan yang sering diucapkannya bukan sekadar omong kosong. Para selir ini lebih bersungguh-sungguh dalam melayaninya dibanding saat melayani Mu Zhuozhen dulu. Sikap manja atau kelakuan kekanak-kanakan yang biasa mereka perlihatkan di hadapan Mu Zhuozhen, tidak berani mereka tunjukkan kepada Wu Gongling.
Namun kebahagiaannya tidak bertahan lama. Masalah yang menyebalkan datang: surat dari Niu Daomei tiba.
"Keterlaluan!" Di dalam Ruang Studi Kekaisaran, Wu Gongling melempar surat itu setelah selesai membacanya.
Ruang studinya memiliki ciri khas unik. Selain empat perlengkapan alat tulis dan dokumen resmi, hampir semua hiasan bernuansa sastra telah disingkirkan. Dinding-dinding dipenuhi peta dan berbagai senjata golok serta tombak.
Pemimpin Sekte Tongxiange, Shan Dongxing, mengambil surat dan memeriksanya, tak bisa menahan diri mengerutkan alis.
Wu Gongling yang tiba-tiba berhenti di depan Shan Dongxing berani macam-macam, menyeringai: "Dia anggap aku ini apa? Aku menghukum istriku sendiri apa urusannya dia? Dia memperingatkan Laozi sudah keterlaluan, ternyata malah mengancam Laozi untuk menyerahkan istri kepadanya. Terlalu tak tahu diri! Dia pikir dia siapa?!"
