Sha Rulai memutar badan perlahan. Dalam hatinya bergolak: Bukankah ini urusan seluruh Tanah Suci Luo, mana bisa kau ubah-ubah seenaknya? Apa ini main-main?
Namun akhirnya tidak berkata apa-apa, percakapan yang tidak sejalan lebih baik dihentikan...
Di dalam Kompleks Shouque, seorang anggota Piao Miao Ge mengetuk pintu dan berkata kepada orang di dalam: "Pelayan Huang, Guru Ding telah kembali, memanggilmu."
Pelayan Huang di dalam ruangan tidak berani menunda, langsung bangkit dan keluar, bergegas menuju area penting kompleks.
Namanya Huang Ban, berasal dari Tanah Suci Dayuan, juga tenaga sementara yang ditarik untuk membantu Piao Miao Ge. Nasibnya mirip dengan Bai Yulou - pemilik Penginapan Memanggil Bulan di Kota Bintang Jatuh - yang pernah ditugaskan ke Gunung Tian Du terkait kasus Ruang Dimensi Tiandu. Kini giliran tugas Ding Wei di Piao Miao Ge yang memindahkannya kesini untuk membantu.
Di menara utama kompleks, Ding Wei berdiri tegak dengan dada membusung di depan jendela, pandangannya menyapu horizon.
Huang Ban memasuki ruangan dan memberi hormat di belakangnya, "Guru Ding."
Ding Wei tetap membelakangi dengan sikap acuh: "Urusilah agenda pelatihan lapangan mereka selanjutnya. Barang di meja itu kubawa untuk dibagikan ke semua sekte."
"Siap!" Huang Ban mengangguk, mendekati meja kerja dimana tergeletak tumpukan buku tipis. Ia mulai membuka dan memeriksa isinya.
Sebagai penanggung jawab, ia harus memahami betul materi yang diamanahkan.
Alangkah terkejutnya saat menemukan ilustrasi di dalam buku-buku itu - gambar sang penguasa Tanah Suci terdahulu, Siluman Rubah!
Meskipun Tanah Suci adalah ruang yang awalnya dibuka oleh Shang Song, pemilik sejati dunia ini adalah Rubah Suci—makhluk tingkat tertinggi yang berada di puncak rantai makanan. Tanah Suci awalnya disebut Kerajaan Rubah Suci. Setelah beberapa Santo Agung masuk dan menggunakan kekuatan kultivator untuk membasmi komunitas rubah guna mengendalikan benda terlarang yang dijaga mereka, populasi Rubah Suci merosot. Sembilan Santo Agung mengambil alih tubuhnya dan menjadi penguasa baru tempat ini.
Namun bagaimanapun, Tanah Suci tetaplah sebuah dunia yang luas dengan lingkungan rumit. Mustahil membasmi habis-habisan semua Rubah Suci. Meski perburuan terhadap mereka tak pernah berhenti, mantan penguasa dunia ini hanya bisa bertahan hidup dengan bersembunyi di sudut-sudut gelap dunia mereka sendiri.
Di balik lukisan Rubah Suci terdapat peta wilayah perkiraan disertai tulisan yang mencatat area persembunyian komunitas Rubah Suci.
Melihat benda ini, Huang Ban terkejut. Ia menoleh dan bertanya, "Guru, apakah latihan berikutnya adalah memerintahkan mereka untuk berburu Rubah Suci?"
Ding Wei yang sedang memandang ke luar jendela mengangguk halus, membelakangi mereka sambil berkata perlahan, "Benar. Ini adalah ujian berikutnya. Namun bukan hanya mereka, Piao Miao Ge juga akan mengorganisir pasukan pemburu dengan jumlah personel yang sesuai. Kedua pihak akan saling berkompetisi."
Huang Ban tertegun sejenak sebelum tertawa, "Guru, apa perlu diadakan persaingan? Dalam hal pemahaman medan tempur dan pengetahuan tentang Rubah Suci, mereka benar-benar buta. Dengan jumlah personel yang setara, mana mungkin mereka bisa menang melawan Piao Miao Ge?"
“Ding Wei berkata datar, ‘Jika Piao Miao Ge kalah?’”
“Ini…” Huang Ban tertawa sinis, “Bagaimana mungkin bisa kalah?”
Ding Wei berbalik, menatapnya, “Jika dalam kondisi unggul masih kalah, berarti orang Piao Miao Ge bahkan tidak lebih baik dari mereka. Pernahkah kau pikirkan akibat ini?”
Akibat? Huang Ban tercengang...
Ding Wei datang tergesa-gesa, pergi tergesa-gesa. Banyak urusan yang harus dipertahankan kendali oleh Piao Miao Ge. Dia tak mungkin hanya bertahan di sektor ini. Dia hanya datang untuk memastikan implementasi tugas. Namun situasi kali ini mulai menunjukkan gejolak, dari sudut pandang pribadi pun harus melakukan persiapan.
Di dalam menara tempat mereka dipaksa menulis dokumen, Niu Daomei dan kawan-kawan yang sedang bingung berapa lama akan dikurung di sini, kembali dipanggil ke tempat ini.
Setelah menyelesaikan arahan dari Ding Wei, Huang Ban juga pergi. Terinspirasi oleh peringatan Ding Wei, Sembilan Santo jelas sudah tak puas dengan Piao Miao Ge. Niat untuk menyusun strategi ulang Piao Miao Ge sudah terlihat. Bagaimana mungkin dia tidak mempersiapkan respons?
Begitu anggota berbagai sekte yang membawa buku kecil kembali ke halaman besar, Fu Hua, Lang Jingkong, Hong Gaitian, dan Duan Wuchang langsung menyelinap ke kamar Niu Daomei. Shen Yidu kemudian juga menyusul.
Chao Jing hanya bisa memandang penuh harap dari bawah atap seberang, ingin mendekat tapi merasa tak pantas.
“Jangan tanya aku, aku benar-benar tidak tahu ada apa.” Di dalam kamar, Niu Daomei yang dikerubuti semua orang terus-menerus mengeluh.
Dia ngotot tidak mengaku, semua orang juga tidak ada cara. Fu Hua dengan mata melotak penuh kecurigaan berkata: "Apakah kabar baik yang disebut Ding Wei sebelumnya merujuk pada ini?"
Huang Ban baru saja menjelaskan pada mereka, ujian kali ini adalah kompetisi dengan pasukan yang diatur Piao Miao Ge. Jika pihak kita menang, personel terkait di posisi Piao Miao Ge akan diusir dan digantikan oleh kita.
Artinya, peserta ujian kali ini berpeluang menjadi anggota Piao Miao Ge, kuncinya tergantung performa mereka.
Niu Daomei: "Jangan lihat aku, aku benar-benar tidak tahu apa-apa."
Duan Wuchang membalik buku di tangannya, "Siluman rubah! Konon setelah Shang Song membuka ruang ini, dia membuat perjanjian dengan pemimpin siluman rubah di sini. Klan siluman rubah dilarang masuk ke dunia manusia, sementara Shang Song berjanji para kultivator tidak akan mengganggu kedamaian mereka. Tapi setelah Shang Song tiada, generasi kultivator berikutnya melanggar janji. Pemimpin klan siluman rubah konon dibunuh oleh seseorang, sejak itu klan mereka merosot."
Hong Gaitian terkekeh, "Giok yang dimilikinya adalah dosa. Pada akhirnya ini semua gara-gara 'Buah Tanpa Batas'. Konon siluman rubah menyebutnya Buah Rubah Suci."
Niu Daomei mengangguk halus. Dia pernah mendengar legenda ini. Intinya baik Buah Tanpa Batas maupun Buah Rubah Suci adalah benda terlarang yang diawasi ketat di Tanah Suci, juga merupakan benda suci untuk kultivator Pil Emas mencapai tahap Yuan Ying.
Menurut kabar burung, benda ini tidak hanya dapat membantu kultivator menerobos pencapaian Yuan Ying, tetapi juga merupakan benda suci bagi siluman rubah untuk transformasi fisik dan berubah wujud manusia. Sebenarnya milik siluman rubah, namun direbut paksa oleh kultivator.
Ada kabar bahwa anggota klan siluman rubah yang mampu berubah wujud manusia telah dibantai habis. Sisanya kini hanya binatang-binatang yang berjalan dengan empat kaki dan bersembunyi, namun jauh lebih ganas dari binatang biasa - layak disebut makhluk buas.
Shen Yidu mengayun-ayunkan buku di tangannya ke arah Niu Daomei, mengingatkan, "Kepala Suku Niu, kita hanya punya tiga hari untuk mempelajari dan mempersiapkan diri. Tiga hari lagi kita harus berangkat. Lebih baik segera bagikan ide-ideMu." Maksudnya jelas tersirat.
Niu Daomei memutar matanya. Masalah ini benar-benar tak bisa dijernihkan.
Sementara kebingungan terjadi di dalam, di luar Perkebunan Shouque tamu penting tiba dengan anggun - Luo Fangfei muncul diiringi dua pelayan perempuan di kiri-kanannya.
Mengingat status tingginya, penjaga perkebunan tak berani menghalangi. Mereka hanya bisa mematung melihatnya masuk.
Piao Miao Ge sendiri terdiri dari gabungan pasukan Sembilan MahaAgung. Karena ada anggota dari Tanah Suci Da Luo di sini, kabar kedatangannya segera menyebar dan seseorang bergegas menghadap.
Luo Fangfei yang melangkah anggun melambaikan lengan bajunya, menolak formalitas berlebihan sambil bertanya, "Di mana Ding Wei?"
Orang itu menjawab, "Tuan Ding tidak ada di sini. Beliau pergi."
Tidak ada? Luo Fangfei tertegun sejenak, lalu bertanya lagi, "Di mana peserta pelatihan menginap? Bawa aku menemui mereka."
"Ya!" Orang yang menghadap segera memimpin jalan di depan, langsung mengantar orang itu ke halaman besar tersebut.
Masuk ke halaman besar, Luo Fangfei melirik ke sekeliling, bertanya lagi: "Di mana Niu Daomei?"
"Ha..." Orang itu juga melihat ke sekitar, akhirnya menunjuk sebuah kamar, "Di sana. Tuan Pemilik Vila ingin bertemu, akan saya panggilkan."
"Tak usah." Luo Fangfei menolak bantuannya, langsung berjalan menuju kamar Niu Daomei. Dia bukan idiot, jelas tujuan kedatangannya sendiri, tak ingin menarik perhatian berlebihan.
Namun kehadirannya membuat banyak orang di halaman besar ini memperhatikan. Pakaiannya jelas bukan anggota Piao Miao Ge, juga pasti bukan peserta pelatihan - kontestan dari berbagai sekte semuanya berkostum merah menyala yang mencolok di mana-mana.
Sedangkan orang-orang Piao Miao Ge di hadapan wanita ini bersikap membungkuk penuh hormat, menunjukkan statusnya di Tanah Suci jelas tidak biasa.
"Tao Ye, ada yang datang." Qin Guan yang mengawasi aktivitas di luar segera menoleh ke dalam kamar tempat Niu Daomei dan lainnya sedang berbincang, memberi peringatan.
Mendengar itu, mereka segera menghentikan pembicaraan. Khawatir ucapan tak pantas didengar orang luar, serempak menatap ke arah pintu.
Tanpa pemberitahuan, ditemani pemandu, Luo Fangfei langsung menerobos masuk ke dalam. Wajah datarnya mengamati lingkungan ruangan.
Pemandu membentak pelan, "Kedatangan Tuan Pemilik Paviliun Fangfei dari Tanah Suci Luo! Niu Daomei, cepat bersujud menghadap!"
Di dalam ruangan, semua orang tampak agak terkejut. Meski belum pernah bertemu, mereka pernah mendengar bahwa Tuan Pemilik Vila Fangfei dari Tanah Suci Daluo adalah putri Luo Qiu, salah satu dari Sembilan MahaAgung?
Dibandingkan yang lain, Niu Daomei dalam hatinya bergumam: Sepertinya ini istri Sha Rulai.
Bagi mereka, status Luo Fangfei benar-benar seorang tokoh penting. Satu per satu mereka mendekat dengan hormat, memberi salam dengan tangan tergabung seraya berseru: "Hormat untuk Tuan Pemilik Vila!"
Pemanggilan nama Niu Daomei justru memicu sekelompok orang memberi hormat. Luo Fangfei mengamati mereka dengan tatapan dingin, agak bingung menentukan mana Niu Daomei, lalu bertanya datar: "Mana Niu Daomei?"
Niu Daomei cepat-cepat menjawab: "Yang rendah hati inilah."
Ekspresi Luo Fangfei memancarkan kesombongan samar. Matanya menyapu Niu Daomei dari ujung kepala hingga kaki sambil berkata dingin: "Kau itu Niu Daomei?"
"Yang itu atau ini, apa ada beberapa?" batin Niu Daomei kesal. Tak tahu maksud istri Sha Rulai mencarinya - jelas untuk dirinya, entah kabar baik atau buruk. Dengan hati-hati ia menjawab: "Benar!"
Luo Fangfei melirik yang lain. "Kamar sekecil ini kok penuh sesak? Apa Perkebunan Shouque kehabisan kamar?"
Pertanyaan ini membuat Niu Daomei dkk tak bisa menjawab. Petugas Piao Miao Ge yang memandu mereka membentak: "Yang bukan penghuni kamar ini, segera kembali! Jangan berkeliaran sembarangan!"
"Fu Hua dan yang lain segera pergi dengan penurut, begitu keluar pintu mereka saling pandang bingung, tak tahu mengapa Luo Fangfei mencari Niu Daomei."
Masalah ini tidak dipikirkan dulu, intinya membuat keempat orang semakin curiga bahwa Niu Daomei punya koneksi dalam di Tanah Suci, kalau tidak mengapa Luo Fangfei tidak mencari orang lain tapi malah Niu Daomei?
"Untuk apa semua membawa buku kecil?" Luo Fangfei mengawasi barang di tangan Niu Daomei, orang-orang yang baru keluar tadi juga memegangnya, dia menangkap hal ini.
"Baru saja dibagikan..." Niu Daomei baru membuka mulut, petugas Piao Miao Ge itu sudah aktif merebut buku tipis dari tangannya lalu menyodorkannya dengan kedua tangan kepada Luo Fangfei, Niu Daomei tak bisa berbuat apa-apa.
Luo Fangfei menerima buku itu lalu membalik-baliknya sembarangan, bertanya: "Apakah pelatihan kalian berikutnya adalah berburu siluman rubah?"
Niu Daomei heran dalam hati, apa sang Itu juga tidak tahu tujuan pelatihan? Mulutnya menjawab: "Ya!"
Luo Fangfei melempar kembali buku itu, sambil bertanya santai, "Mau pulang ke Gua Adamantium-Ungu?"
Niu Daomei yang menangkap buku itu tertegun, tak paham maksud pertanyaan ini, lalu menjawab dengan sopan: "Bilang tidak ingin pulang itu bohong, guru Yang Mulia sudah mendekati akhir usia, sebagai murid seharusnya melayani di sisinya. Tapi..." Tiba-tiba dia tegakkan badan dengan "integritas": "Urusan Tanah Suci lebih penting, Yang Rendah Hati masih bisa membedakan prioritas."
Luo Fangfei langsung tegas, melempar kalimat lalu pergi: "Kalau ingin pulang, ikut aku."
