Tentu saja, hal-hal seperti makan bagi kultivator bukan lagi kebutuhan harian wajib. Melalui kultivasi internal, kultivator memiliki kemampuan kontrol kuat atas fisik mereka, bisa mengatur maksimal konsumsi energi setelah asupan.
Tapi jiwa dan kultivasi tetap melekat pada jasad. Kecuali bisa melampaui tubuh daging-darah, sementara tubuh tetap perlu asupan makanan untuk bertahan. Konsekuensi kekalahan fisik berarti kehancuran spiritual, manusia binasa bersama raga.
Karena itu, mencapai Yuan Ying adalah mimpi setiap kultivator. Pencapaian Yuan Ying melampaui belenggu fisik, inilah yang disebut keabadian.
Bayi melambangkan kelahiran baru. Yuan Ying, secara harfiah berarti "kekuatan primordial baru". Pencapaian Yuan Ying adalah alam baru dari penciptaan primordial.
Sebuah pencapaian baru yang melampaui batas tubuh daging-darah biasa, mampu menanggung kultivasi yang lebih kuat.
Ini adalah tahap yang didambakan jutaan kultivator, tapi realitanya kejam. Mereka yang berkuasa di puncak tak ingin berbagi, pendaki baru sulit mencapai puncak.
Mungkin area yang dilalui barisan ini telah disapu bersih oleh pasukan Piao Miao Ge, Niu Daomei dan kawanan tak mendapat temuan.
Pasukan telah berpencar bergerak maju, masih dalam kelompok berdasarkan sekte. Area perburuan berpusat pada Niu Daomei, titik temu di depan adalah lokasi pertemuan berikutnya yang ditunjuknya di peta.
Sebidang rawa yang sunyi senyap, berkabut tipis, tiga siluet manusia.
Niu Daomei memimpin kedua orang dari Gua Adamantium-Ungu berjalan tidak tergesa-gesa. Saat melewati bukit di tengah rawa, Niu Daomei yang terbang turun melambaikan tangan. "Lelah? Istirahat dulu."
Qin Guan dan Ke Dingjie yang mendarat menyusul saling pandang bingung. Ke Dingjie tersenyum getir, "Kepala suku, kami baru berjalan sebentar, belum lelah. Masih bisa terus mencari."
Niu Daomei sudah duduk bersila. Tangannya memetik bunga indah berwarna hitam dengan bercak keemasan, lalu mengendusnya pelan sambil bergumam, "Aku pernah masuk ke Ruang Dimensi Tiandu!"
Kedua orang itu saling pandang, tak paham maksudnya. Qin Guan berkata, "Kami tahu. Dengar-dengar kepala suku berhasil menguasai berbagai sekte dan meraih juara pertama di sana. Kami sangat ingin tahu. Bisakah kepala suku ceritakan kisah di Ruang Dimensi Tiandu?"
Niu Daomei menyilakan mereka duduk dengan gerakan tangan. Keduanya segera duduk di samping dengan wajah penuh antisipasi, tak sabar ingin mendengar.
Sebenarnya usia mereka jauh lebih tua dari Niu Daomei. Namun setelah beberapa lama bersama, perbedaan usia itu tak lagi terasa.
Niu Daomei: "Perebutan di dimensi itu cuma gemuruh pertempuran, penjarahan berdarah-darah - urusan nyawa merebut barang. Tak ada yang istimewa. Yan Li dan yang lain juga pernah masuk. Tanya saja pada sesama anggota sekte kalian."
Qin Guan: "Itu beda, pengetahuan mereka terbatas. Di sisi Kepala Suku Yan, mana ada kesempatan untuk menanyakan hal seperti ini langsung. Kepala Suku Niu, mungkin Anda belum tahu, murid-murid dalam sekte sangat penasaran dengan pengalaman Anda di Ruang Dimensi Tiandu. Banyak yang terus memantau Catatan Adamantium-Ungu, berharap bisa membaca tulisan Anda. Tapi sepertinya Anda belum menulis satu kata pun."
Niu Daomei: "Di dokumen resmi, mana mungkin kalian menemukan apa yang ingin kalian lihat. Berani aku tulis, sekte belum tentu berani mempublikasikan."
Ke Dingjie: "Kalau begitu ceritakanlah pada kami."
Niu Daomei: "Kalian terlalu paranoia. Sebelumnya aku menyebutkan alasan masuk ke Ruang Dimensi Tiandu hanya ingin memberi tahu: saat menghadapi lingkungan asing, menjaga kondisi fisik tetap prima adalah pilihan terbaik. Kalian ikut aku, harus kubawa pulang dengan selamat demi memenuhi amanah sekte." Ini sebenarnya ngibul.
Qin Guan menghela napas: "Kepala Suku, kita istirahat setiap setengah shichen. Kapan bisa sampai ke titik temu? Aku khawatir kita tak bisa bertemu yang lain tepat waktu."
Benar juga. Keduanya merasa sang kepala suku sama sekali tidak seperti sedang berburu siluman rubah. Saat menemui jejak rubah di perjalanan, dia malah melarang mereka mengejar.
Niu Daomei: "Tenang saja. Mereka sibuk mencari ke mana-mana, kita langsung ke tujuan. Tak akan terlambat." Sambil berkata demikian, ia kembali memegang bunga dan mengamati kualitas benang sari.
Saat keduanya putus asa, Ke Dingjie tiba-tiba berbisik: "Kepala Suku!"
Qin Guan langsung melirik, badannya seketika sedikit menegang, sepertinya hendak melesat seperti panah yang terlepas dari busur.
Niu Daomei menoleh ke belakang, melihat sesosok benda berlumpur yang sedang memanjat sebuah bukit kecil di kejauhan. Saat badannya menggigil, lumpur yang menempel terlempar, memperlihatkan bulu halus putih salju. Jelas terlihat itu adalah seekor rubah putih.
Konon, siluman rubah di tempat ini kebanyakan berwarna putih.
Setelah menoleh dan melihat keduanya hendak menyerang, Niu Daomei bertanya: "Kenapa kalian segugup ini?"
Alasan mereka tidak langsung bertindak setelah menemukannya adalah karena Niu Daomei terus-menerus mencegah dan memperingatkan mereka: tanpa izin darinya, mereka dilarang bertindak sembarangan.
Qin Guan: "Kepala suku, ini bukan kegugupan. Jika tidak segera bertindak, dia akan kabur."
"Kabur ya biarkan. Apa hubungannya? Biarkan orang lain saja yang bersemangat berburu." Niu Daomei berkata acuh tak acuh sambil memungut sebuah batu dari semak. Dengan gerakan terbalik, jarinya memantulkan batu itu. Syuut! Batu itu melesat ke arah gundukan tanah, meleset, dan mendarat di genangan lumpur di sampingnya.
Sampai segitu bisa meleset, tenaganya jelas terbatas. Qin dan Ke sama-sama kehilangan kata.
Yang lebih membuat mereka tak tahu harus berkomentar: siluman rubah itu ternyata tidak kabur. Setelah terciprat lumpur, dia mengibaskan badan hingga kembali putih bersih, lalu berdiri angkuh di atas gundukan tanah sambil menatap mereka.
"Arogan sekali!" Ke Dingjie berdiri dengan ekspresi "Jika ini bisa ditolerir, lalu apa yang tidak?" Siluman rubah yang mereka temui sebelumnya setidaknya lari saat melihat mereka, tapi yang ini benar-benar meremehkan mereka, ini jelas sebuah provokasi.
"Memang agak arogan." Niu Daomei tak bisa menahan terkekeh, namun kemudian melambaikan tangan memberi isyarat pada Ke Dingjie untuk duduk kembali.
Ke Dingjie tiba-tiba berseru: "Kepala suku, lihatlah cepat!"
Niu Daomei menoleh lagi dan melihat bulu halus di pelipis antara kedua mata siluman itu mulai merekah, menampakkan mata ketiga yang tersembunyi. Bola matanya berkilau seperti batu permata kaca patri dengan lingkaran emas di irisnya, memberikan kesan mistis.
Seolah siluman itu berkata: "Kalian tidak salah lihat, aku memang siluman rubah yang ingin kalian buru."
Qin Guan: "Mata ketiga siluman bisa melihat hal-hal tak kasat mata, seperti hati seorang kultivator. Kepala suku, inilah yang kita cari. Kita belum mendapatkan temuan sama sekali sepanjang perjalanan." Kalimat ini sebenarnya mendesak Niu Daomei untuk segera bertindak.
Niu Daomei mengabaikannya, tetap melarang mereka bertindak. Ia memutar lehernya dan bertatapan langsung dengan siluman itu, saling mengobservasi.
Setelah beberapa saat, siluman itu seakan kehilangan minat. Mata ketiganya menyusut dan tersembunyi kembali di balik bulu putihnya. Tiba-tiba ia melesat dengan gerakan cepat, melayang membentuk garis lengkung indah sebelum menyelam ke dalam rawa berlumpur, menghilang dari pengawasan semua orang.
“Aduh, kabur.” Ke Dingjie menghela napas, akhirnya perlahan bersila duduk, sepertinya agak tidak rela.
Niu Daomei tetap tak peduli, berpesan: “Cepat pulihkan tenaga magis kalian yang terkuras.” Tatapannya tiba-tiba tertarik pada sebatang rumput asing, bunga di tangannya dilempar, rumput itu dicabut hingga ke akar-akarnya lalu diamati dengan saksama.
Qin Guan dan Ke Dingjie mulai tak tahan, Qin Guan mengerutkan kening: “Kepala Suku, izinkan saya bicara terus terang, sepertinya Anda tak ingin berburu siluman rubah?”
Niu Daomei sambil membolak-balik rumput di tangannya, menjawab lambat: “Aku tak punya permusuhan dengan mereka, mengapa harus membunuhnya?”
Wocao, akhirnya kau mengutarakan isi hati! Ekspresi Qin Guan dan Ke Dingjie kejang-kejang, sejak lama mereka curiga kecenderungan ini pada sang kepala suku, sebelumnya tak sampai hati bertanya, menyindir ketidakpatuhan Kepala Suku Niu pada keputusan Tanah Suci sepertinya tak pantas.
Tapi melihat situasi tadi, siluman rubah itu terlalu arogan, Kepala Suku Niu tetap acuh tak acuh, baru mereka memberanikan diri bertanya.
Ke Dingjie menyadarkan: “Kepala Suku, ini misi yang diarahkan Tanah Suci, perburuan siluman rubah ini menyangkut penilaian hasil pelatihan kita.”
Niu Daomei sedikit mengangkat kelopak mata: “Kau sedang menggurui aku?”
Ke Dingjie cepat-cepat melambaikan tangan, “Bukan itu maksudku, aku hanya mengingatkan Kepala Suku, meski hasil pelatihan kita tak bagus, jangan sampai jadi yang terburuk kan?”
“Ternyata benar-benar mau berdebat logika denganku, baik, aku akan berlagak senior dan berdebat logika dengan kalian.” Niu Daomei merobek rumput di tangannya dengan suara Braak menjadi terpotong separuh, lalu melemparkannya ke kedua sisi, “Kuberi tahu kalian, sebelum Shang Song membuka dunia ini, atau sebelum Shang Song meninggal, siapa yang berkuasa di dunia ini?”
Keduanya saling pandang, Ke Dingjie menjawab: “Konon siluman rubah di tempat ini, katanya sebelum siluman rubah, yang berkuasa di dunia ini adalah raja tidur!”
Niu Daomei: “Ingat baik-baik! Bahkan Sembilan Santo tak bisa memusnahkan mereka, ngapain kalian buru-buru? Di dunia ini, hadapi segala pasang surut, jangan sembarangan berkeliaran. Di luar, naga kuat tak bisa menekan preman lokal! Apa di dunia ini yang tak bisa ditaklukkan Sembilan Santo? Siluman rubah di depan mata inilah jawabannya! Mereka adalah preman lokal dunia ini, tak ada yang lebih paham dunia ini selain mereka! Kecuali darurat, tanpa permusuhan, tak perlu menyinggung mereka. Beri kelonggaran, supaya bisa bertemu lagi di kemudian hari. Ini pengalamanku bertahun-tahun di dunia, kuajari kalian hari ini, ingat baik-baik!”
Keduanya kehilangan kata, Qin Guan menghela napas: “Kepala suku, bukan kami yang cari masalah, ini tugas dari Tanah Suci. Yang lain semua melakukannya, kalau kami tidak, tak bisa mempertanggungjawabkan diri!”
Niu Daomei: "Tampaknya kalian belum paham situasi. Mungkin kalian paham, tapi tak bisa menyusun logika arah untuk merumuskan jalan sendiri dalam melaksanakan, hanya bisa berlamunan. Di dunia ini tak ada idiot, perbedaan antara orang normal ada di sini. Awalnya Ding Wei menyuruh semua menulis hal-hal itu, tak ada yang mengerti ada apa, sampai kemudian muncul ujian dengan Piao Miao Ge, baru semua tersadar. Seharusnya kalian tahu maksud Tanah Suci, yang lain tak punya jalan mundur. Aku berbeda. Tulisan-tulisanku tak berarti apa-apa. Apa kalian tidak ingin pulang ke sekte, malah mau bergabung dengan Piao Miao Ge?"
Keduanya berdiam sejenak, merenungkan ucapannya.
Ke Dingjie setelah senyap sejenak berucap pelan: "Kepala suku, logikamu kami mengerti. Tapi tanpa prestasi, kami khawatir tak bisa melewati misi ini."
"Mengerti apa? Dangkal!" Niu Daomei menunjuk kepalanya sendiri, mengisyaratkan kebingungan mereka, "Kuberi tahu, persiapan untuk Piao Miao Ge tak mungkin langsung gemuruh dan heroik. Tenaga terlalu kuat bisa bahaya. Memicu serangan balasan besar-besaran dari bawah, nanti Sembilan Santo pun tak bisa kendalikan situasi. Kekacauan total bisa timbulkan apa saja. Makanya cuma pasukan kecil seperti kita yang dikirim masuk."
“Setelah memahami hal ini, seharusnya kita bisa memiliki penilaian yang jelas tentang urusan selanjutnya. Ini hanyalah awal yang berjalan seiring kemajuan, ujian ini mustahil dimenangkan oleh kita! Baik dalam pengalaman maupun pemahaman medan tempur dan konfigurasi geografis, kita tidak sebaik Piao Miao Ge. Tanpa bisa merampas, ingin menang? Dengan apa kita menang? Hasilnya sudah pasti sejak awal, kinerja sebaik apapun takkan berguna. Mengerti?”
Keduanya saling pandang, tampak seolah mengerti namun sebenarnya belum sepenuhnya paham.
