An Shougui, Tai Shu Shan Hai dan pendatang baru lain yang hadir merasa seperti terbangun dari mimpi. Baru datang langsung dihantam keuntungan besar, terasa tidak nyata.
Setelah persiapan selesai, gerombolan orang bubar, lalu dibawa kembali ke paviliun itu.
Huang Ban juga kembali ke area penting kompleks Shouque, menemui Ding Wei dan melapor: "Guru, misi sudah disampaikan ke bawah."
"Aduh!" Ding Wei menghela napas ringan, duduk bersila sambil memejamkan mata tanpa bicara.
……
Para tetua berbagai sekte yang kembali ke paviliun mulai berkelompok-kelompok lagi.
Fu Hua dan kawan-kawan yang memang satu kelompok langsung mendekati Niu Daomei. Beberapa orang bersama-sama masuk ke kamar Niu Daomei.
Niu Daomei sedang memegang kertas berisi nama-nama divisi Piao Miao Ge dengan bengong. Melihat gerombolan orang datang bersama, ia tersenyum getir.
Fu Hua langsung bertanya saat bertemu: "Adik, kamu mau pilih tempat yang mana?"
Niu Daomei: "Kita bahkan tidak tahu apa fungsi berbagai divisi Piao Miao Ge, mana bisa menentukan lokasi mana yang pantas? Lagi pula, masa kita harus berkumpul di tempat yang sama?"
Beberapa orang berpikir itu masuk akal. Quan Taifeng heran: "Apa maksudnya membiarkan kita memilih sendiri?"
Niu Daomei menggoyang-goyangkan kertas, "Sudah jelas, Piao Miao Ge hanya ingin menghindari kecurigaan. Membuktikan ini bukan rekayasa mereka. Jika ada yang berkumpul, baru akan dilakukan penyesuaian."
Lang Jingkong: "Tiba-tiba memberi kekuasaan sebesar ini benar-benar serangan dadakan. Rasanya seperti mimpi."
Niu Daomei mendengus: "Kau pikir ini kabar baik?"
Semua terdiam sejenak. Fu Hua menghela napas: "Tentu bukan kabar baik. Katanya hanya Santo yang bisa memutuskan hidup-mati kita. Jika benar-benar terjadi sesuatu, mati secara misterius sangatlah wajar. Masih berharap Piao Miao Ge menyelidiki tuntas dan melapor? Paling-paling hanya menghindari kemungkinan banyak pihak terang-terangan menyerang."
Duan Wuchang mengeluh: "Ini sama saja menyuruh kita mencabut gigi harimau! Piao Miao Ge menguasai terlalu banyak rahasia. Kekuatan mereka terlalu raksasa. Jika Santo tidak mencabut kewenangan Piao Miao Ge, bagaimana kita menyelidiki? Mencari maut?"
Niu Daomei: "Mencabut? Semua adalah kekuatan yang dikelola cucu didik mereka sendiri. Biasanya bergantung pada mereka untuk urusan pekerjaan. Bagaimana mungkin dicabut? Tanpa alasan, bisakah Penguasa Kegelapan Laut Utara-mu membubarkan pasukanmu di sana? Kekuatan sebesar ini, mungkin-kah duduk menunggu kematian? Mana mungkin bisa dibubarkan semudah itu!"
Hong Gaitian merenung sambil berkata: "Bisakah kita hidup berdampingan dengan damai? Jika kita tidak terlalu serius, bukankah Piao Miao Ge akan menutup sebelah mata?"
Quan Taifeng mendengus sinis: "Bicara mimpi? Mungkinkah Sembilan Dewata itu membiarkan kedua belah pihak berdamai? Hal-hal yang kita ukir itu bisa ringan bisa berat. Kekuasaan keputusan ada di tangan Sembilan Dewata. Jika kau menolak, mereka bisa menghancurkan seluruh sektemu. Kau pikir bisa kabur? Semua tak ingin buat masalah, tapi tunggulah. Pasti akan ada contoh eksekusi untuk menakut-nakuti yang lain. Memaksa kita semua terpaksa mempertaruhkan nyawa. Hanya belum tahu siapa yang pertama kena sial."
Duan Wuchang kembali menghela napas: "Jika kita terbunuh, sekte di belakang kita bisa mengirim pengganti. Kehilangan kita tak berarti, kelebihan kita pun tak berarti. Begini cara mainnya, ya?"
Hong Gaitian mengerang seperti gigi ngilu: "Jika kita terlalu serius, mana mungkin Piao Miao Ge mengampuni kita? Lagipula, sendirian dan lemah kita masuk ke berbagai divisi. Apa bisa menyelidiki sesuatu?"
Niu Daomei mengejek: "Bukannya ada kekuatan Laut Selatan membantumu di belakang? Setidaknya jangan sampai kau mudah dibunuh diam-diam. Jika kekuatan Laut Selatan lalai, tulisanmu bisa menghancurkan mereka."
Hong Gaitian menyeringai: "Hantu saja yang tahu rahasia apa yang dikuasai Piao Miao Ge. Jangan-jangan mengancam Laut Selatan?"
Niu Daomei berkata sambil tertawa: "Kalau begitu tidak ada cara. Jika Laut Selatan benar-benar melakukan hal memalukan yang pantas ditumpas seluruh keluarganya, sementara Piao Miao Ge sudah mengetahuinya sebelumnya tapi tidak menindaklanjuti - apa yang ingin disembunyikan Piao Miao Ge dari Santo? Bukankah ini justru memaksa Piao Miao Ge untuk menyelesaikan masalah sekarang?"
Quan Taifeng ekspresinya kejang-kejang: "Metode yang kejam sekali! Tidak hanya mau membersihkan Piao Miao Ge, tapi juga menjemur semua sekte besar di bawah terik matahari. Masih adakah jalan mundur bagi kita? Ini sama saja memanggang kita hidup-hidup di atas api!"
Niu Daomei: "Coba saja kau berani menyepelekan. Membunuh ayam untuk menakut-nakuti monyet, ayam yang disembelih mungkin adalah kau sendiri."
Quan Taifeng mendengus: "Adik, jangan mengolokku. Jangan bertingkah seolah kau tidak terlibat. Punyakah kau cara yang baik? Yang hadir di sini bukan orang luar, semua adalah saudara angkatmu. Jika ada ide, bagikanlah untuk kita pertimbangkan."
Niu Daomei: "Diterpa gelombang besar, semua orang harus mengikuti arus. Apa lagi yang bisa kulakukan? Lagipula, aku juga tidak menulis apapun."
"......" Semua orang kehilangan kata.
"Gek gek!" Fu Hua tiba-tiba tertawa terbahak-bahak hingga tubuhnya goyang-goyang, jari runcingnya mencolek bahu Niu Daomei, "Jangan lupa tentang sistem penggantian! Beranikah kau tidak berusaha maksimal? Kau kira Sembilan Dewata itu tidak bisa menemukan alasan untuk membereskanmu? Jika benar kau berani, ayam yang akan disembelih sebagai peringatan pasti adalah kau!"
“Aduh!” Niu Daomei menghela napas: “Kau benar, aku sedang khawatir akan hal ini. Jadi, apa yang bisa kulakukan? Dengar semua, memikirkan yang bukan-bukan sekarang tak berguna, lebih baik kita pikirkan bagaimana mempertanggungjawabkan diri tiga hari lagi.” Tangannya menggoyang-goyangkan kertas.
Tak ada yang bisa dilakukan, untuk sementara hanya bisa begini. Para hadirin satu per satu berpamitan dan pergi.
Saat mengantar tamu ke pintu, Niu Daomei tiba-tiba memanggil, “Saudara Quan!”
Semua menoleh serentak. Niu Daomei menjelaskan: “Ini urusan pribadi.”
Fu Hua menyelutuk dengan nada menggoda, “Adik, kalau ada cara ingatlah untuk berdiskusi dengan kakakmu.”
Niu Daomei memberi hormat sambil membungkuk, berusaha melunakkan hati.
Fu Hua terkekeh, lalu pergi bersama rombongan Empat Lautan.
Quan Taifeng kembali ke dalam ruangan, niatnya sama dengan Fu Hua. Ia membuntuti Niu Daomei sambil berbisik: “Apa kau sudah menemukan cara?”
“Kau terlalu paranoid. Silakan duduk, tiba-tiba aku teringat sesuatu ingin kutanyakan.” Niu Daomei duduk sambil melambaikan tangan mengajak duduk.
Quan Taifeng duduk di sampingnya, heran: “Apa itu?”
Niu Daomei: “Feng Guan'er, kau pasti kenal kan?”
“Feng Guan'er?” Quan Taifeng tercengang, mengangguk perlahan, “Tentu, cucu mantan pemimpin Menara Langit kami. Dia bukan kultivator, di Tanah Suci kau tak memikirkan nyawamu sendiri, ngapain menanyakan dia?”
Niu Daomei: “Bukankah dia istri Luo Zhao? Luo Zhao pergi ke Qin, kenapa dia tidak ikut? Apa ditahan oleh kalian?”
Quan Taifeng langsung waspada, mengamatinya sekujur tubuh, tak lupa memperingatkan: "Adik, kujelaskan dulu. Persaudaraan kita tetap persaudaraan, pertemanan kita tetap pertemanan. Kalau menyangkut urusan negara, lebih baik jangan main-main denganku."
Niu Daomei: "Apa maksudmu? Jika ada rahasia atau kepentingan dua negara yang terlibat, mungkinkah kau memberitahuku?"
Memang begitu, tapi Quan Taifeng bingung, "Bukan, kenapa kau tanya-tanya tentang dia? Aku benar-benar tak mengerti!"
Niu Daomei: "Tiba-tiba teringat, sekadar bertanya."
Quan Taifeng: "Jangan ngawur! Seingatku kalian bahkan tak saling kenal. Kok bisa kau kepikiran dia?"
Niu Daomei jadi heran, "Kau tak tahu dia mengenalku?"
Quan Taifeng tercengang: "Kalian kenal?"
Niu Daomei: "Saat perang antara dua pasukan, ketika Pasukan Yan menyerbu wilayah Song, dia pernah kutangkap dan kusekap di Perkebunan Maolu. Dia tak pernah cerita?"
"......" Quan Taifeng tertegun. Ia baru ingat, waktu itu Feng Guan'er memang hilang beberapa lama dan sempat dikerahkan banyak orang untuk mencarinya. Rupanya ditahan Niu Daomei. Setelah lama terdiam, ia menggeleng ragu: "Dia tak pernah bilang. Waktu itu kami tanya juga, tapi dia ngotot tak mau cerita di mana. Ternyata di tanganmu? Gadis itu Se-nya kelas atas. Kau masih kepikiran dia? Jangan-jangan kau main kasar dengannya?"
"Niu Daomei terlihat berpikir," kira-kira bisa memahami mengapa Feng Guan'er tidak menyebutkan, "Kau terlalu paranoia. Saat perang dua negara, wanita itu takut menjadi sandera Yan yang bisa digunakan untuk menekan suaminya yang memimpin operasi militer. Dia ngotot tidak mau membocorkan identitas sampai gencatan senjata. Wanita seperti itu patut dikagumi, tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang?"
Benarkah? Quan Taifeng curiga dalam hati, tapi merasa ini bukan hal penting, "Bukan Luo Zhao tidak membawanya ke Qin, tapi dia menceraikannya untuk memutus hubungan dengan Song. Dulu pasangan ini sangat harmonis. Tak disangka Luo Zhao tega meninggalkan istri sahnya setelah masa depan di Song suram. Aduh, detail lainnya tidak saya ikuti."
"Dia menceraikannya?" Niu Daomei terkejut, terdiam.
Tak ada urusan lain, Quan Taifeng pun pamit.
Setelah itu, Niu Daomei mengesampingkan pikiran sampingan dan mengeluarkan daftar divisi Piao Miao Ge untuk direnungkan di meja.
Qin Guan mendekat, bertanya hati-hati, "Sudahkah Kepala Suku memilih divisi mana?"
"Sama sekali tidak ada petunjuk." Niu Daomei menggelengkan kepala.
Seluruh anggota sekte yang terkurung di paviliun awalnya linglung diterpa kabar baik tak terduga. Setelah sadar, mereka menyadari ini pertanda buruk. Suasana paviliun tiba-tiba menjadi mencekam...
Keesokan harinya, pengirim makanan rutin datang sesuai jadwal.
Makanan dan minuman perwakilan sekte-sekte lain telah disiapkan. Dalam hal ini, Piao Miao Ge tidak akan membiarkan semua orang repot, mereka telah menunjuk petugas khusus yang bertanggung jawab.
Ke Dingjie seperti biasa menerima kotak makanan di depan pintu. Namun tak disangka, petugas Piao Miao Ge yang mengantarkan makanan mengintip ke dalam kamar sebelum tiba-tiba berkata ke arah dalam: "Makanan hari ini sangat penting, harus diambil langsung oleh Kepala Suku Niu."
Ke Dingjie tercengang. Di dalam kamar, Niu Daomei yang sedang memelotoli kertas di meja juga menoleh dengan ekspresi terkejut.
Petugas Piao Miao Ge yang membawa kotak makanan itu mengangguk perlahan sebagai salam.
Niu Daomei tidak mengerti maksudnya, tapi tetap mendekati pintu sambil memberi hormat: "Terima kasih atas kerja kerasnya."
Petugas itu menyodorkan kotak makanan dengan kedua tangan. Saat Niu Daomei hendak menerimanya, dia tertegun karena sesuatu diselipkan ke tangannya.
Setelah menyerahkan kotak makanan, petugas itu segera berbalik dan pergi.
Niu Daomei melangkah keluar pintu, mengawasi siluet yang menjauh dengan tatapan tajam beberapa saat sebelum kembali ke kamar dan menyerahkan kotak makanan itu kepada Ke Dingjie.
Sambil membawa kotak makanan ke meja, Ke Dingjie bergumam: "Kepala Suku, kenapa hari ini orang itu terasa aneh ya?"
Membelakangi Ke Dingjie, Niu Daomei menunduk melihat benda di telapak tangannya - sebuah butir lilin. Dengan hati-hati dia memijitnya hingga pecah, mengeluarkan gulungan kertas yang perlahan dibentangkannya. Begitu membaca tulisan di sana, wajahnya langsung berubah pucat.
