“Sampai titik ini, di tempat ini, kalian harus buang jauh-jauh rasa takut bawaan pada Piao Miao Ge. Takut mundur tak ada gunanya. Apa mundur bisa bikin mereka baik ke kita？Semakin kita mengkerut, semakin dihinakan. Di sini hidup akan makin menderita. Tapi kalau kita arogan, justru mereka harus menahan diri. Hidup pun makin berseri, sebab sandaran kita adalah Santo!”
Kedua orang dari Dinasti Qin dan Ke saling pandang. Logikanya dimengerti, tapi dalam hati masih deg-degan.
Niu Daomei juga tahu, hal-hal yang ditakuti sampai ke tulang sulit diubah pandangan mereka dengan satu dua kalimat. Matanya menatap burung Jin Chi dalam sangkar, "Cari alat tulis! Aku harus melapor ke Santo!"
"……" Qin dan Ke agak linglung. Ke Dingjie curiga, "Kepala suku, kita baru datang. Tak tahu apa-apa, mau lapor apa?"
Niu Daomei: "Aku curiga penahananku di Tanah Suci ini adalah balas dendam pribadi Xuan Yao. Aku akan mengajukan pengaduan ke Santo!"
"……" Keduanya kehilangan kata. Qin Guan berkeringat dingin, "Kepala suku, tanpa bukti, bisakah kita asal bicara?"
Niu Daomei: "Di wilayah suci, kita selalu diawasi. Mau cari bukti dimana? Biar Santo yang urus. Xuan Yao pendendam, lebih baik kita serang duluan, buatkan dia masalah."
Rencana sebenarnya tak sepenuhnya diungkap. Utamanya ingin uji sikap Santo, baru sekalian ganggu Xuan Yao.
Satu hal pasti: Pengaduan pertama ini, meski tanpa bukti, Santo takkan berbuat neko-neko. Jika sampai para pengawas takut melapor, itu bukan hasil yang diharapkan Sembilan Dewata.
Kedua orang saling pandang. Karena kepala suku bersikeras, mereka pun menurut. Cari alat tulis di kamar.
Baru tiba di Kota Wentian, Niu Daomei langsung duduk tegak. Ia memegang kuas yang telah dicelupkan tinta. Sebagai pendatang baru yang baru saja menerima burung pengantar pesan Jin Chi, ia segera menulis laporan rahasia pertamanya di dalam paviliun.
Kedua orang yang menyaksikan merasa agak gemas.
Setelah selesai menulis, Niu Daomei meletakkan kuas. Setelah mengeringkan tinta dan merapikan dokumen, ia menangkap burung Jin Chi dari sangkar. Setelah memasang perangkat, ia keluar dari paviliun dan melepaskan burung itu dengan kedua tangan!
Qin dan Ke kemudian mengganti pakaian menjadi seragam Piao Miao Ge sesuai perintah Niu Daomei, lalu pergi mengembara.
Niu Daomei sendiri berkeliling di kompleks paviliun. Ia memeriksa kembali setiap sudut dan ruangan secara personal.
Setelah berputar dan memastikan tidak ada masalah, saat kembali ke halaman paviliun, ia melihat seorang anggota Piao Miao Ge masuk dengan sikap mencurigakan sambil melirik ke sekeliling. Langsung ia berseru, "Sedang apa?!"
Orang itu menoleh kaget. Setelah melihatnya, matanya cepat menyapu sekeliling sebelum mendekat sambil berbisik, "Anda Niu Daomei?"
"Ya!" Niu Daomei mengaku. Ia merasa wajah ini familiar - bukankah penjaga gerbang yang dilihatnya saat masuk? Dengan sikap arogan ia balik bertanya, "Kamu siapa?"
Sikap ini membuat si pendatang bingung. Baru pertama kali ia melihat anggota sekte lain yang berani bersikap begitu pada Piao Miao Ge. Namun ia tetap berbisik, "Qu Lingkun."
Niu Daomei menghafal nama ini. "Ada keperluan?"
Qu Lingkun menurunkan volume suaranya: "Tolong kecilkan suara. Perkebunan Shouque telah memberikan peta. Atasan bilang, cukup Anda tahu ini saja."
Niu Daomei segera tahu latar belakang orang ini, mungkin satu aliran dengan Chang Qingshan. Dalam hati ia gemetar, baru tiba di sini, dalang di balik layar sudah langsung menghubunginya.
Perkebunan Shouque bisa menghubunginya kapan saja, Kota Wentian juga bisa kontak sewaktu-waktu, bahkan langsung menempatkan penjaga di depan pintunya menanti kedatangannya. Ini membuktikan pengaruh dalang di balik Piao Miao Ge sungguh luar biasa. Tanpa jaringan kuat mustahil melakukan pengaturan serapi ini.
Siapa sebenarnya dalang itu? Dia punya satu tersangka yang terkait urusan rahasia di Ruang Dimensi Tiandu, dengan pengaruh cukup besar di Piao Miao Ge. Pikirannya melayang ke Sha Rulai, tapi tanpa bukti langsung untuk memastikan. Salah tebak konsekuensinya fatal, lalu ia bertanya: "Siapa yang menyuruhmu datang?"
Qu Lingkun: "Yang tak boleh ditanya jangan ditanya. Aku tak tahu, pun kalau tahu takkan kuberi tahumu. Atasan menyuruhku mengingatkanmu, Piao Miao Ge menempatkanmu di Departemen Siluman Rubah mungkin berniat jahat. Waspadalah. Selain itu, jika butuh bantuan kapan saja bisa hubungi aku, akan kubantu semampuku. Aku berjaga di luar paviliunmu, tiga shift sehari, selalu ada di sini. Mudah menghubungiku."
Niu Daomei: "Kau penjaga tetap di sini, atau dipindahkan sementara?"
Qu Lingkun: "Mutasi sementara. Paviliun ini awalnya tanpa penjaga. Departemen Siluman Rubah mendapat titah atas untuk menempatkan penjaga, aku sengaja minta dipindahkan ke sini."
Niu Daomei: "Aku ingin bertemu atasanmu."
Qu Lingkun: "Permintaanmu akan kusampaikan ke atas, tapi soal diterima atau tidak bukan kuasa saya. Masih ada urusan lain? Kalau tidak, saya pergi dulu. Tak bisa berlama-lama di sini."
Niu Daomei: "Aku butuh peta Kota Wentian dan informasi detail tentang bagian dalamnya."
Qu Lingkun: "Baik, tak masalah. Besok akan kubawakan." Setelah berkata demikian, ia cepat-cepat menoleh dan pergi.
Niu Daomei menyaksikan kepergiannya sambil menancapkan pedang di depan dada, bergumam pelan: "Sebenarnya apa tujuan orang ini?"
Motif di balik bantuan yang diberikan - inilah yang terus dipikirkannya.
……
Di pusat komando Kota Wentian, Ding Wei sebagai Eksekutor Piao Miao Ge jarang berada di posnya. Biasanya hanya datang saat ada urusan penting.
Saat ini, posisi strategis tersebut dijabat sementara oleh Xuan Yao.
Di dalam menara, delapan pelaksana dari delapam sekte yang terlibat dikumpulkan untuk rapat. Pertemuan ini bertujuan mengingatkan mereka agar lebih berhati-hati dan tidak meninggalkan celah.
Di akhir rapat, Xuan Yao yang duduk tegak di balik meja berdiri: "Sudah berulang kali kuingatkan. Kalian harus ekstra waspada. Bila terjadi masalah, selain konsekuensi untuk semua, murka Sang Santo pertama-tama akan menimpa kalian sendiri."
"Siap!" Delapan orang itu serentak berdiri menjawab.
Xuan Yao: "Rapat ditutup. Long Fanhai, kau tetap di sini."
Setelah yang lain bubar, Long Fanhai mendekat: "Ada perintah lain, Pelaksana Xuan?"
Xuan Yao: "Sudah kuperingatkan sebelumnya - Niu Daomei itu bukan biksu biasa. Semakin lama dibiarkan, semakin besar risikonya. Harus segera diselesaikan."
Long Fanhai berbisik: "Pelayan tenang, pasti dilakukan tanpa meninggalkan senjata. Hanya kalau terlalu terburu-buru, mungkin kurang pantas, soalnya baru datang, masih dalam masa awal mengenal kondisi, baru datang langsung muncul kejadian, takut susah ganti rugi."
Xuan Yao: "Kapan melawan, batas sendiri kamu yakin."
"Ya!" Long Fanhai berkata: "Anak buah segera atur. Berani macam-macam sama pelayan, saya tidak akan biarkan dia enak, pelayan tunggu lihat, dua hari ini saya akan beri dia pelajaran."
Xuan Yao mendengus, "Kasih pelajaran boleh, ingat, jangan sampai diri sendiri kena kotoran."
"Paham." Long Fanhai baru mengangguk, tiba-tiba di luar ada yang memanggil, "Pelaksana."
Long Fanhai menoleh melihat orang di depan pintu, lalu kembali berkata pada Xuan Yao: "Pelayan, ini orang yang bertugas mengawasi Niu Daomei."
Xuan Yao berseru, "Masuk!"
Orang itu bergegas masuk dan memberi hormat pada keduanya. Long Fanhai bertanya: "Bukannya kau disuruh mengawasi orang itu, ngapain ke sini?"
Orang itu menjawab: "Pelaksana, ada kondisi di pihak Niu Daomei."
Long Fanhai dan Xuan Yao saling pandang. Long Fanhai kembali bertanya pada bawahannya: "Niu Daomei baru saja datang, kondisi apa yang mungkin terjadi?"
Orang itu menjelaskan: "Di paviliun Niu Daomei, Jin Chi dilepas terbang."
"Jin Chi?" Long Fanhai tertegun, menoleh dan bertatapan dengan Xuan Yao. Terdapat kesan kebisuan yang agak canggung dalam pandangan mereka.
Keduanya sangat paham, Niu Daomei dan kawan-kawannya datang hampir tanpa membawa apa-apa. Selain senjata bawaan yang diberikan, hampir tak ada barang lain. Dari mana Jin Chi itu? Jika ada, mungkin itu adalah Jin Chi laporan rahasia yang diberikan Santo kepada berbagai sekte - burung yang bertanggung jawab menghubungi Sembilan Santo.
Begitu tiba, Niu Daomei langsung menghubungi Santo?
Wajah Xuan Yao mulai memerah. Ia menatap Long Fanhai dengan suara berat: "Bukankah kalian diperintahkan untuk berhati-hati? Apa yang kalian lakukan sampai dia langsung mengirim laporan rahasia begitu tiba?"
Long Fanhai buru-buru membela diri: "Pelayan, kami tidak melakukan apa-apa!"
Xuan Yao dengan nada marah berkata: "Tidak melakukan apa-apa? Kalau tidak, bagaimana mungkin dia bisa sembarangan menghubungi Santo? Ketahuilah, jika terjadi masalah di siluman rubah, kau yang pertama akan dimintai pertanggungjawaban!"
Long Fanhai masih bingung, terus bersikeras: "Pelayan, sungguh tidak ada yang kami lakukan. Bahkan percakapan pun hampir tak ada, apa yang bisa kami perbuat?"
"Pergi tanya! Selidiki!" Xuan Yao melambaikan tangan mengusirnya.
"Ya!" Long Fanhai bergegas perui, tapi baru beberapa langkah dipanggil kembali oleh Xuan Yao, "Tunggu! Jangan terburu-buru bertindak. Cari tahu dulu kondisinya."
Long Fanhai paham maksudnya - rencana memberi pelajaran pada Niu Daomei ditunda sementara...
Qin Guan dan Ke Dingjie yang menyelidiki luar kembali. Melihat Niu Daomei duduk di paviliun, mereka bergegas menghampiri dan melaporkan hasil pengamatan.
“Laporan selesai,” kata Qin Guan, “Saat kami mulai bergerak, ada beberapa halangan yang tidak memperbolehkan kami berkeliaran. Kami mengikuti instruksi Kepala suku, dan penghalang memang tidak berani lagi menyulitkan, memberikan kelonggaran.”
Melihat dua orang yang tampak tidak perlu was-was lagi, Niu Daomei tersenyum: “Lalu?”
Ke Dingjie cemas: “Sudah jelas membuat orang-orang dari Departemen Siluman Rubah tidak puas. Murid khawatir ini akan memicu balas dendam mereka.”
“Balas dendam?” Niu Daomei terkekeh sambil menepuk setumpuk kertas di meja batu, “Aku justru kesulitan mencari pekerjaan. Kalian tak perlu khawatir, tetap lakukan sesuai perintahku. Jika ada masalah, aku yang menanggung.”
Keduanya saling pandang, diam-diam menghela napas.
Untuk sementara tidak membahas hal ini, Qin Guan tetap cemas: “Kepala suku, ada informasi penting. Departemen Siluman Rubah ini adalah divisi khusus di Tanah Suci yang bertugas memburu siluman rubah.”
Niu Daomei sepenuhnya menyadari, mendengus: “Dari namanya saja sudah bisa ditebak. Aku juga menduga begitu.”
Melihatnya tetap tak bergeming, Ke Dingjie berbisik mengingatkan: “Kepala suku, mereka khusus memburu siluman rubah. Departemen ini jelas sering harus pergi ke Jalan Buntu Huangze. Jika terjadi sesuatu di tempat itu, sangat wajar... bahkan tak perlu cari alasan.”
Ini tidak perlu dia ingatkan. Sejak mengetahui tempat ini adalah Departemen Siluman Rubah, Niu Daomei sudah menebak niat jahat seseorang.
Hanya saja agak kebetulan. Ingin membunuhnya di Jalan Buntu Huangze? Entah mengapa, pikirannya merasa ada yang aneh.
