Qin Guan tersadar, tapi masih bingung: "Lalu mengapa awalnya Anda bicara jujur, tentang 'orang terang tak perlu sembunyi-sembunyi' dan akan melaporkan sejujurnya ke Santo?"
Niu Daomei mengejek: "Kalau tidak mengancamnya, apakah dia akan bermain manis dengan kita?"
Qin Guan tiba-tiba tercerahkan - ancam dulu, stabilkan kemudian... Setelah paham logikanya, ia tak bisa menahan tawa. Memandang benda di tangannya, ia memberi hormat: "Keberadaan Kepala suku dari Gua Adamantium-Ungu untuk memimpin agenda pelatihan lapangan adalah berkah bagi sekte kita. Kami berdua bisa mengikuti Kepala suku juga merupakan berkah, telah belajar banyak. Dengan tulang punggung seperti Kepala suku, kami murid-murid ini tak terlalu takut akan masa depan."
Ucapan yang agak menjilat ini sebenarnya mengandung ketulusan - ia sungguh mengagumi keberanian Kepala suku yang berani bertindak ekstrem!
Dia bahkan merasa agak lega, untungnya Kepala Suku Niu datang. Andai kata yang datang orang lain, bahkan sekalipun gurunya sendiri, menurut pemahamannya tentang sang guru, dalam situasi darurat seperti ini ia benar-benar tidak tahu apa yang bisa dilakukan gurunya. Yang pasti, gurunya tidak akan berani bertindak seberani Kepala Suku Niu.
Niu Daomei: "Sudah, jangan banyak omong kosong. Segera laksanakan tugas!"
"Siap!" Qin Guan segera mundur setelah menerima perintah, cepat-cepat mengirimkan laporan yang ada di tangannya.
Sementara Niu Daomei mengeluarkan peta pemberian Chang Qingshan. Di bawah sinar lentera, ia mencocokkan lokasi tanah suci tempat tinggal Sembilan Santo di peta tersebut.
Dengan pedang yang telah dikeluarkan dari sarungnya dan diletakkan di samping, ia menggunakan sarung pedang sebagai penggaris. Jarinya menunjuk posisi Perkebunan Shouque, menarik garis lurus ke lokasi Kota Wentian, lalu mengukur jaraknya dengan sarung pedang yang diletakkan horizontal. Kemudian ia juga mengukur jarak dari Perkebunan Shouque ke Jalan Buntu Huangze.
Setelah membandingkan kedua lokasi ini, berdasarkan waktu terbang burung pengintai besar, ia memperkirakan jarak sebenarnya antara kedua tempat tersebut. Kini ia telah memahami skala penyusutan peta dibanding medan sebenarnya.
Lalu dengan jari-jarinya yang gesit, ia menghitung waktu perjalanan burung Jin Chi pulang-pergi. Berdasarkan pengalamannya tentang kecepatan terbang Jin Chi, ia memperkirakan jarak yang ditempuh burung pengantar pesan kali ini. Jarinya menggoreskan skala perkiraan di sarung pedang.
Kemudian ia menancapkan ujung sarung pedang di posisi Kota Wentian, memutarnya cepat- cepat dengan titik tersebut sebagai pusat. Area terbang perkiraan Jin Chi pun terlihat. Niu Daomei menggoreskan kuku jarinya di peta, meninggalkan bekas lingkaran untuk memudahkan pemeriksaan.
Setelah itu, kedua tangan menopang di meja sambil mengamati peta.
Area terbang Jin Chi ditentukan dengan satu putaran, Tanah Suci Da Luo, Tanah Suci Dewata Kegelapan, Tanah Suci Hamparan Salju, Tanah Suci Gembala Langit, Tanah Suci Tanpa Kekosongan, dan Tanah Suci Tanpa Cahaya semuanya dikeluarkan dari jangkauan terbang Jin Chi.
Area di luar lingkaran hampir tidak perlu dipertimbangkan, karena setelah Jin Chi tiba masih ada waktu untuk menerima dan memeriksa.
Di dalam jangkauan terbang Jin Chi, hanya tersisa Tanah Suci Dayuan, Tanah Suci Langit Biru, dan Tanah Suci Tak Tertandingi.
Jari Niu Daomei mengikuti bekas kuku di peta menggambar lingkaran, yang paling dekat dengan lingkaran ini adalah Tanah Suci Langit Biru - yaitu Santo yang menguasai Pavilion Tak Bertepi, Lan Daolin!
Wajah Niu Daomei menunjukkan ekspresi berpikir. Berdasarkan perhitungan waktu, jika tidak ada situasi khusus dan Jin Chi tidak tertahan terlalu lama, maka Santo yang menerima petisinya kemungkinan besar adalah Lan Daolin.
Jika Jin Chi tertahan cukup lama, Tanah Suci Dayuan dan Tanah Suci Tak Tertandingi juga mungkin menjadi kandidat. Jika itu Tanah Suci Dayuan, maka Ding Wei adalah orang dari sana...
Sambil berdiri di depan peta, membuka lentera dan melihat pedang, berbagai pikiran berkelebat. Saat sedang larut dalam pikiran, Ke Dingjie mengetuk pintu dan masuk, membuat Niu Daomei tersadar.
"Kepala Suku, ada perintah?" tanya Ke Dingjie hormat. Sebelumnya ia bertugas berjaga-jaga di sekeliling, baru saja berganti shift dengan Qin Guan. Melihat lampu kamar Kepala Suku Niu masih menyala, ia datang memastikan.
Niu Daomei menggelengkan kepala perlahan: "Kau istirahat dulu saja."
Ke Dingjie melihat peta di atas meja, tercengang: "Ini peta Tanah Suci?" Nada bicaranya sepertinya penasaran dari mana asalnya.
Niu Daomei mengangguk halus: "Benar, peta Tanah Suci. Baru saja kutemukan di rak buku. Kalian bisa melihatnya jika ada waktu, mengenal medan tempur Tanah Suci tidak ada ruginya. Ada perhitungan di hati, mungkin bisa jadi referensi saat harus memilih strategi."
"Baik!" Ke Dingjie mengangguk, dalam hati memang ingin memahami topografi keseluruhan Tanah Suci. Tapi melihat sang Kepala Suku sedang mempelajarinya, ia tak ingin mengganggu. Tak ada perintah lain, lalu mengundurkan diri.
Niu Daomei tak tidur semalaman. Setelah mematikan lentera, tetap menghunus pedang secara horizontal di atas lutut, menyendiri dalam kegelapan dengan tatapannya yang dalam...
Mentari pagi mulai terbit. Saat matahari semakin tinggi, para tetua berbagai sekte yang kemarin bertemu dengan Tai Shu Shanhai di Kantor Patroli berkumpul kembali.
Setelah berdiskusi, mereka semua keluar dengan maksud mendatangi Departemen Siluman Rubah untuk menemui Niu Daomei.
Tapi baru saja melangkah keluar, belum jauh berjalan sudah dihadang orang Piao Miao Ge. Yang datang berkata sambil memberi hormat: "Para tetua, Pelayan Xuan memanggil."
Mereka saling pandang, tak ada pilihan lain kecuali mengikuti orang itu.
Saat tiba di depan pusat komando penting dalam kota, rombongan bertemu dengan kenalan: Niu Daomei juga datang.
"Para tetua, kondisi kesehatan baik ya." Niu Daomei menyapa sambil memberi hormat, tertawa ringan.
Sikap mereka dingin, tak ada yang menjawab. Beberapa tak tahan melirik gerakan Niu Daomei yang bertongkat pada pedang sambil berjalan santai setelah melepas salam.
Masuk ke aula utama dalam kediaman, barulah semua orang menyadari bahwa delapan pelaksana divisi yang terkait dengan mereka sudah lebih dulu tiba, berjejer di sebelah kiri.
Atas isyarat pemandu, delapan kepala suku berbaris di sebelah kanan, berhadapan dengan delapan pelaksana di seberang.
"Adik, istirahat semalam bagaimana?" Long Fanhai dari seberang menyapa Niu Daomei dengan wajah penuh senyum.
Niu Daomei memberi hormat: "Lumayan, terima kasih perhatiannya, Kakak Long."
Long Fanhai berkata sambil tertawa: "Tak usah sungkan. Jika ada kebutuhan apapun, silakan disampaikan."
Mendengar ini, Tai Shu Shanhai dan lainnya saling bertukar kode mata, dalam hati sama-sama bergumam: Tampaknya ucapan Kun Linshu benar.
Tak hanya mereka, pelaksana dari tujuh divisi lain yang menyaksikan situasi ini juga menunjukkan raut wajah penuh kecurigaan.
Setelah menunggu sejenak, Xuan Yao muncul dari aula belakang. Dua barisan orang di kiri-kanan serentak memberi hormat.
Xuan Yao mengangkat tangannya, menyarankan agar semua tak perlu formal. Pandangannya tertuju pada delapan kepala suku, khususnya menatap tajam Niu Daomei yang tetap tenang. Beberapa saat kemudian bertanya: "Delapan kepala suku, apakah akomodasi yang disediakan sudah nyaman?"
"Cukup baik." Delapan orang menjawab serempak.
Xuan Yao: "Jangan hanya 'cukup'. Hari ini kami mengumpulkan kalian bersama delapan pelaksana divisi terkait, untuk menyelesaikan masalah secara langsung. Setelah semalam, jika ada ketidaknyamanan atau masalah, silakan sampaikan. Demi mendukung pengawasan kalian, kami akan berusaha memenuhi. Jangan ragu, utarakan semua keluhan. Selama tidak melanggar aturan, perubahan apapun akan kami upayakan."
"Apa masalahnya? Paling-paling cuma merasa sikap para Si terhadap diri mereka tidak baik. Tapi semua orang tak berani membahas ini, takut menyinggung para Si. Kita semua sudah berpengalaman, tahu mana yang boleh diucapkan, mana yang tidak. Omongan basa-basi di depan umum, dengarkan saja, jangan dianggap serius. Kalau tidak, cari masalah sendiri."
Tentu saja, Niu Daomei tidak menghadapi masalah ini di Kantor Siluman Rubah. Long Fanhai memperlakukannya dengan sangat sopan dan hangat.
Setelah menunggu sebentar, Xuan Yao bertanya, "Bagaimana? Tidak ada masalah sama sekali?"
Niu Daomei menjawab, menatap Long Fanhai sambil tersenyum, "Tidak ada masalah."
Long Fanhai membalas senyuman, secara formal tampak puas dengan jawaban itu. Tapi dalam hati bergumam: Nikmati saja ketenanganmu sekarang, nanti pasti akan kau tangisi.
Penjaga rahasia yang dia pasang telah melaporkan: Lewat tengah malam, Niu Daomei kembali melepas burung Jin Chi. Entah sedang main ilmu setan apa. Ini semakin menguatkan tekadnya: Orang ini terlalu banyak tingkah, harus segera disingkirkan.
Mengikuti contoh Niu Daomei, ketujuh orang lainnya juga memberikan jawaban ambigu, mengaku tidak ada masalah.
Xuan Yao: "Baik! Karena kalian semua sudah menyatakan puas dengan pengaturan saat ini di depan umum, dan tidak ada keberatan, saya akan laporkan seperti ini. Jika tidak ada urusan lain, silakan kembali ke posisi masing-masing."
"Siap!" Serentak mereka memberi hormat sambil menerima perintah.
Saat hendak bubar, tiba-tiba dari luar masuk beberapa orang dengan langkah tegap. Yang berjalan di depan adalah Ding Wei, jubahnya berkibar-kibar ditiup angin. Di belakangnya mengikuti empat orang.
Orang-orang yang hendak keluar dari aula utama terpaksa mundur lagi karena kedatangan Ding Wei yang langsung menerobos masuk.
"Guru." Xuan Yao memberi hormat, aktif mengosongkan posisi utama.
Ding Wei berjalan ke posisi utama lalu berbalik, visinya menyapu semua orang, bertanya, "Apa urusan berkumpul di sini?"
"Mengonfirmasi lokasi penginapan staf pengawas..." Xuan Yao segera menjelaskan alasan memanggil semua orang.
Ding Wei tidak membenarkan maupun menyangkal, pandangannya terhenti sejenak di wajah Niu Daomei, lalu beralih ke Xuan Yao, tiba-tiba berucap pelan: "Tangkap Xuan Yao!"
"Ha?..." Xuan Yao tercengang menengadah, mengira salah dengar.
Namun kenyataan membuktikan ia tidak salah. Empat orang yang ikut Ding Wei berkerumun, langsung menguasai Xuan Yao, memelintir lengannya, menekan kedua bahunya.
Mayoritas orang di lokasi terkejut, tak paham apa terjadi. Baru saja melihat Xuan Yao bersikap tinggi hati, kenapa tiba-tiba ditangkap?
Xuan Yao berjuang melepaskan diri, berteriak: "Guru, anak buah tidak punya kesalahan apapun, mengapa begini?"
Ding Wei: "Ada atau tidaknya kesalahan, akan diketahui setelah diselidiki. Sekarang kau hanya perlu kerja sama dalam interogasi. Sampaikan pembelaanmu pada penyidik, jangan mengultimatum di sini. Bawa turun!"
Kedua orang yang memelintir lengan Xuan Yao segera mengangkut pergi.
Wajah Xuan Yao penuh ketakutan, sesekali menoleh melihat Ding Wei yang berwajah datar, tak berani lagi bersuara.
Suasana seketika membeku. Ding Wei dengan ekspresi netral berkata: "Niu Daomei tinggal, yang lain bubar."
"Ya!" Semua orang patuh pergi. Ketujuh kepala suku faksi terus menoleh-noleh saat keluar, tidak tahu apa yang dilakukan Ding Wei menyendirikan Niu Daomei.
Di aula, yang tersisa berdiri hanyalah Niu Daomei seorang diri. Ding Wei kembali melambaikan tangan, para pembantu yang berdiri di kiri-kanan pun segera bergegas keluar.
Kini hanya tersisa dua orang di aula. Ding Wei, dengan jubah menyelimuti setengah tubuhnya, perlahan mondar-mandir mendekati Niu Daomei, lalu bertanya dengan wajah datar: "Apakah kau yang mengajukan pengaduan kepada Santo, melaporkan Xuan Yao?"
Ia datang tergesa-gesa malam ini. Alasan kedatangannya yang mendadak adalah karena menerima titah terkait, memerintahkan Piao Miao Ge untuk menyelidiki apakah Xuan Yao sedang membalas dendam pribadi dan menekan Niu Daomei. Sebenarnya ini bukan urusannya untuk turun tangan langsung, namun ia tetap datang sendiri.
Saat ini ia belum bisa memastikan apakah pelakunya Niu Daomei. Hanya saja, dengan munculnya masalah tiba-tiba ini, selain Niu Daomei yang terkait, ia tak bisa memikirkan orang lain.
Niu Daomei dengan sopan memberi hormat sambil berkata: "Ya!"
