Mendengar ini, seseorang berteriak kaget: “Menyuruh pangeran menjadi menantu masuk?”
“Huyan Wuhui, berani mengucapkan kata-kata yang tidak mengakui kekuasaan penguasa dan orangtua!”
“Jenderal Shang, jangan salah paham. Sekarang Wei yang memohon pada kita. Tapi Anda malah menyuruh pangeran kita menjadi pengantin?”
"Huyan Wuhui! Pernikahan pangeran menyangkut martabat kerajaan. Laki-laki menikahi perempuan itu prinsip dasar. Rakyat biasa saja merasa malu jika anak laki-laki masuk menjadi menantu, apalagi pangeran Qi yang terhormat masuk menjadi menantu? Tidakkah ini akan menjadi bahan tertawaan?"
"Jenderal Shang, Xuan Wei adalah janda, perempuan yang pernah menikah. Meski berparas menawan, usianya hampir 40 tahun. Dari para pangeran Yang Mulia, yang belum menikah semuanya di bawah 24 tahun. Anda berani mengusulkan pangeran yang belum genap 24 tahun untuk menikahi... bukan, untuk MENJADI MENANTU bagi janda berusia 40 tahun? Bagaimana mulutmu bisa mengucapkan hal ini?"
"Yang Mulia, sama sekali tidak bisa! Jika tersebar kabar ini, ke mana muka kerajaan Qi dan kehormatan Yang Mulia akan diletakkan? Bagaimana perasaan pangeran yang menjadi menantu nanti?"
Para pejabat istana satu per satu mengutuk Huyan Wuhui. Rantai kecaman yang berdesakan membuatnya tak mendapat kesempatan menyela.
"Semuanya diam untuk hamba!" teriak Hao Yuntu yang duduk di singgasana. Suasana aula langsung sunyi senyap sampai bunyi jarum jatuh pun terdengar. Dengan wajah masam ia berkata: "Jenderal Shang, usulmu agar pangeran menjadi menantu memang tidak bisa diterima!"
"Yang Mulia, situasi Negara Wei saat ini sudah jelas. Xuan Chengtian telah kehilangan dukungan rakyat sepenuhnya, baik dari rakyat Wei maupun Tiga Sekte Besar Wei, semuanya tidak ingin melihatnya naik takhta. Xuan Chengtian kini hanya menjadi hiasan belaka. Orang yang benar-benar berkuasa sekarang adalah Xuan Wei. Dengan statusnya yang tinggi, mustahil untuk meminangnya masuk istana. Jika bukan pangeran kita yang menjadi menantu masuk, mungkinkah Xuan Wei justru akan dinikahkan ke Negara Qi?"
Wajah Hao Yuntu terlihat muram, "Tapi masalah menjadi menantu masuk ini memang akan mempermalukan seluruh rakyat Qi. Zhen akan menjadi satu-satunya kaisar dalam sejarah Qi—bahkan dalam sejarah semua negara—yang mengizinkan anaknya menjadi menantu masuk. Sekalipun putra zhen tidak mampu, tindakan menjadi menantu masuk tetap tidak pantas dilakukan."
Huyan Wuhui: "Yang Mulia, justru karena akan memalukan negaralah kita harus melakukan ini! Menghadapi penyakit parah perlu memberikan obat keras. Dengan demikian, seluruh rakyat Wei akan melihat tekad Qi untuk membela negara mereka! Jika Qi berani mengizinkan pangeran menjadi menantu masuk di saat genting ini, semangat rakyat Wei pasti akan membara!"
"Yang Mulia, keputusan Xuan Wei menikahkan tiga putri kabupatennya saat ini—yang telah disetujui dan dilaksanakan oleh Qi—memang memiliki nilai politis tertentu dan berperan menstabilkan situasi. Tapi rakyat Wei bukanlah idiot. Mereka semua bisa melihat bahwa Xuan Wei sedang merendahkan diri dengan pernikahan diplomatik. Pernikahan diplomatik bukanlah hal yang mulia. Pasti situasi Wei sangat kritis sampai Xuan Wei terpaksa melakukan ini."
“Yang Mulia, saat ini Negeri Wei sedang dilanda kekacauan internal. Yang paling dibutuhkan Xuan Wei adalah menstabilkan persatuan rakyat. Kita juga harus secepatnya membantunya menstabilkan persatuan internal agar menguntungkan Negeri Qi kita.”
“Yang Mulia, strategi dan taktik militer Negeri Jin kali ini luar biasa, sangat berbeda dari sebelumnya. Persiapan perang mereka kejam, stabil, dan tepat, langsung menghantam tujuh inci Negeri Wei. Ini membuat Negeri Wei sulit memusatkan kemampuan ekonomi untuk bertahan. Nasib Negeri Wei kali ini tidak baik! Siapa target berikutnya Negeri Jin? Yang Mulia pasti sudah tahu jawabannya - target serangan berikutnya pasti adalah Negeri Qi kita!”
“Rakyat Negeri Jin terkenal kasar dan tangguh, pasukannya ahli bela diri. Dengan segala hormat kepada Tiga Sekte Besar Qi, kekasaran Klan Qi Yun dari Negeri Jin ditakuti oleh seluruh sekte di dunia. Begitu Negeri Jin melancarkan serangan ke kita, berapa lama kita bisa bertahan dengan kekuatan satu negara? Saat Negeri Jin masih miskin, kita masih perlu bersekutu dengan Qi dan Wei untuk melawan serangannya. Jika mereka berhasil merampas perbekalan perang yang cukup, negara kita akan menghadapi ancaman besar. Jika mereka menguasai sumber daya besar Negeri Wei, itu sama saja memberi Negeri Jin kemampuan perang jangka panjang. Akibatnya jauh lebih buruk dibanding saat Negeri Jin masih miskin dan kekurangan sumber daya. Bagi Negeri Qi kita, risiko kehancuran kerajaan bukanlah ungkapan berlebihan!”
“Yang Mulia, memang memalukan jika pangeran menjadi menantu masuk. Tapi jika benar-benar hanya tersisa Negeri Qi yang berperang melawan Jin, korban yang akan berjatuhan nanti bukan hanya seorang pangeran. Untuk memohon bantuan negara lain, mungkin bahkan sepuluh atau puluhan putri yang dikorbankan pun tak akan berguna. Apakah para putri itu tidak lebih berharga dari seorang pangeran?”
“Yang Mulia, ini bukan lagi urusan negara, melainkan perang. Di medan perang, selama bisa mengalahkan musuh, metode apapun tidak akan mempermalukan Muka. Selama bisa mengalahkan Jin, tindakan apapun tidak akan memalukan. Jika berhasil mengalahkan Jin, orang luar justru akan memuji kejeniusan, visi besar, dan kebijaksanaan Yang Mulia! Rakyat biasa Qi akan mengenang jasa Yang Mulia yang berkorban demi melindungi negara, bahkan rela mengorbankan pangeran.”
“Namun jika kita kalah, jika Qi tak terhindarkan dari maut... Yang Mulia, adakah yang lebih memalukan dari ini?”
“Yang Mulia, mana yang lebih penting antara harga diri seorang pangeran dengan nasional negara Qi secara keseluruhan?”
Di dalam aula hanya tersisa suara lantang Huyan Wuhui yang berpidato. Pipi Hao Yuntu semakin tegang, napasnya semakin berat.
“Huyan Wuhui!” teriak Adipati Jin Hao Qi yang berdiri di barisan istana, “Kau terus membahas kekalahan Qi, sebagai Jenderal Shang negara ini tidak merencanakan strategi kemenangan, justru membuat pernyataan terlalu berlebihan. Untuk apa kerajaan membiarkan jenderal sepertimu?”
Huyan Wuhui segera membantah, “Wangye! Hamba tidak berlebihan! Hamba menyarankan lebih baik bertarung lebih awal daripada menunda. Permohonan hamba adalah untuk bertempur, bukan menunjukkan ketakutan!”
"Wangye, di dunia ini tak ada yang tak terkalahkan! Belum merencanakan kemenangan, persiapkan kekalahan terlebih dahulu baru mengetahui kelemahan sendiri, baru bisa melakukan pencegahan dini! Begitu terjadi perubahan, baru tidak akan mengalami kekalahan total! Sebagai komandan Qi, menghadapi musuh bersama bukanlah kemampuan sejati. Menghentikan kobaran perang di luar perbatasan Qi, mencegah negeri Qi dihanguskan oleh perang - inilah tugas utama sebagai jenderal! Kini Jin hendak menyerang Wei, kita harus membatasi pertempuran di wilayah Wei semaksimal mungkin, menghindari kobaran api perang menjalar ke Qi."
"Wangye, hanya dengan perlawanan Wei yang semakin lama, kerajaan Qi baru memiliki kemungkinan terbesar untuk menyelamatkan rakyat biasa Qi dari kehancuran perang!"
Setelah berkata demikian, Huyan Wuhui berpaling ke bangsawan dan berkata sambil memberi hormat: "Yang Mulia, hamba mengajukan permohonan bertempur! Hamba bersedia memimpin langsung Pasukan Xiaoqi untuk bergegas menuju Wei dan bertempur mati-matian melawan pasukan Jin!"
"Hm!" Adipati Jin Hao Qi mendengus keras, masih ingin mengatakan sesuatu.
“Diam!” Hao Yuntu tiba-tiba berseru memutus, mengerutkan alisnya berkata: “Perkataan Jenderal Shang memang ada logikanya, cuma Xuan Wei itu... dengar-desus dia dengan petarung terkuat nomor satu di Daftar Alkemis Ximen Qingkong perasaannya cukup dalam, wanita ini sudah membahayakan jerat cinta, sekalipun zhen merendahkan diri melepas pangeran menjadi menantu masuk, takut dia sendiri mungkin tak akan menyanggupi, kalau begitu, justru kita sendiri yang berangan-angan.”
"Yang Mulia, apa artinya gelar petarung terkuat nomor satu di Daftar Alkemis? Ximen Qingkong hanyalah prajurit naif yang terbelenggu perasaan. Di tengah kepentingan umum, individu seperti itu tak layak diperhitungkan! Sedangkan Xuan Wei bukan wanita biasa - sebagai nyonya menteri Wei, selama bertahun-tahun mengelola negara dengan kecerdasan, berjiwa besar layaknya brokat, terlatih dalam urusan kenegaraan. Di saat santai mungkin terlena dalam cinta khas wanita. Tapi ketika sadar, tangannya menggenggam kekuasaan dunia. Jika Yang Mulia mengatakan wanita seperti ini akan mencampakkan segalanya demi cinta, percayakah?"
"Dengan satu perintahnya, seluruh harem kerajaan Penguasa Wei dibantai. Kekuatan penghukuman dan keputusan tegasnya menunjukkan pikiran yang jauh melampaui wanita biasa!"
"Yang Mulia, Hamba menjamin usul pernikahan masuk istana ini pasti disetujui! Xuan Wei mungkin belum memikirkannya sebelumnya. Jika diingatkan, justru akan menyambut gembira! Ximen Qingkong si kecil tak perlu dikhawatirkan - Xuan Wei sendiri yang akan menghukumnya tanpa perlu kita turun tangan."
Setelah merenung sejenak, Hao Yuntu mengangguk perlahan lalu berdiri menghadap para menteri: "Zhen telah memutuskan! Tak akan membiarkan Jin berulah lagi. Tiga lembaga pengadilan segera berkoordinasi menyusun daftar pangeran untuk pernikahan masuk istana. Sebelum fajar, zhen harus melihat hasilnya. Huyan Wuhui!"
Huyan Wuhui memberi hormat: "Hamba hadir!"
Hao Yuntu memerintahkan: "Kamiangkat kau sebagai Laksamana Agung Penghukum Jin. Segera kumpulkan seluruh pasukan Qi, hadapi Jin dalam pertempuran habis-habisan!"
Huyan Wuhui membalas tegas: "Hamba patuh pada titah!"
"Perang adalah prioritas, ini menyangkut nasional negara Qi. Semua departemen harus berkoordinasi penuh dalam persiapan invasi ke Jin. Pasokan pasukan dan logistik tidak boleh diabaikan, yang melalaikan akan dihukum militer!" tegas Hao Yuntu.
"Patuh pada titah!" jawab para menteri serentak...
Sebelum fajar menyingsing, puluhan ribu kavaleri telah berkumpul di luar ibukota Qi setelah menerima perintah militer.
Dentuman kuda besi menggema di dalam kota. Seluruh rombongan pengawal Huyan Wuhui melesat tanpa henti, membuat rakyat gempar.
Gerbang kota dibuka lebih awal. Huyan Wuhui memimpin seribu lebih pasukan berkuda keluar kota di kegelapan malam, dikawal banyak penjaga kultivator dan beberapa burung pengintai besar yang berputar-putar di angkasa.
Setelah menyatu dengan pasukan di luar kota, Huyan Wuhui mengguntur: "Majuuu!"
Derap kuda besi seketika mengguncang bumi, membentuk barisan panjang bagai naga yang melesat dalam gelap.
Ini baru sebagian pasukan. Huyan Wuhui telah mengirim perintah ke berbagai divisi terkait yang akan datang bergabung secara bertahap.
Situasi darurat di Wei memaksa mereka bergerak cepat memberi tekanan pada pasukan Jin sebelum situasi di Wei benar-benar kolaps...
Di sebuah paviliun kota, siluet Shao Pingbo yang menyatu dengan kegelapan di balik jendela menyipitkan mata, mendengarkan riuh rendah yang menjauh.
Usai gemuruh mereda, Shao Sanxing bergegas masuk: "Huyan Wuhui telah diangkat sebagai Laksamana Agung penyerbu Jin. Ia sendiri memimpin pasukan pendahulu keluar kota."
Shao Pingbo bersuara berat: "Kecepatan reaksi yang luar biasa cepat!"
Shao Sanxing berkata: "Pasukan Xiaoqi di bawah komando Huyan Wuhui dikenal sebagai kavaleri terkuat di dunia. Pasukan berkuda Qi sangat gesit seperti angin. Begitu Huyan Wuhui ikut campur dalam perang, tekanan terhadap Jin pasti berat."
Shao Pingbo: "Aliansi Qi-Wei melawan Jin sudah diperkirakan sejak awal. Bagaimana mungkin kita membiarkan mereka leluasa? Menghitung waktu, pasukan berkuda Qi bisa berkumpul cepat - tiga hari seharusnya cukup... Beri tahu bawahan untuk bersiap sesuai rencana, tunggu instruksi saya!"
"Siap!" Shao Sanxing segera pergi menjalankan perintah.
……
Di dalam Istana Jin, Taishu Xiong terjaga sepanjang malam sambil memandang peta. Ia terus-menerus memeriksa laporan intel militer yang masuk. Pemimpin Klan Qi Yun, Tai Shu Feihua, juga terlihat jelas berdiri di sampingnya.
……
Di ibu kota prefektur Nan Zhou, Kerajaan Yan, Shang Chaozong berdiri di depan peta. Meng Shanming yang duduk di kursi roda menjelaskan skenario potensial perang Jin-Wei yang akan pecah. Hadirin termasuk utusan Gua Adamantium-Ungu yang tergesa-gesa datang, dipimpin Pemimpin Sekte Gong Linche.
……
Di dalam Istana Qin, Luo Zhao juga sedang memaparkan analisisnya tentang perang yang siap meletus di depan peta besar.
Pendengarnya adalah para pejabat dan komandan militer Qin. Tuan Pemilik Vila Paviliun Bulan Sabit, Yu Cang, menyimak sambil sesekali bertanya.
Adapun Kaisar Qin Xia Lingpei, tak tahan begadang, sudah tertidur pulas di sudut ruangan.
"Negara Wei tidak hanya memohon bantuan ke Qi, tapi juga mengirim permintaan darurat ke Qin. Qin yang baru berdiri masih sangat ragu-ragu dalam hal ini."
