Dulu demi memperbaiki hubungan dengan Qin, Wei beralasan bahwa Jin memiliki hati serigala dan terus mengawasi Wei dengan waspada. Wei perlu menstabilkan garis belakang dengan menyuplai banyak bahan pangan ke Qin. Saat itu Tiga Sekte Besar sebenarnya masih punya beberapa keberatan.
Siapa sangka ini ternyata adalah metode untuk melumpuhkan Qin, tidak hanya menipu Qin, bahkan Tiga Sekte Besar Wei pun tertipu. Tak disangka ada kejanggalan, ternyata mereka menyimpan rencana cadangan strategis seperti ini.
Dalam keadaan normal, jika ada yang menyembunyikan sesuatu seperti ini, mungkin Tiga Sekte agak tersinggung. Tapi saat ini setelah tahu, justru tidak ada rasa tidak senang, malah dalam hati mereka aktif menunjukkan pengertian. Membuat jebakan sebesar ini harus rahasia, tidak boleh membuat Qin menyadari apapun. Jika terlalu banyak yang tahu, informasi mudah bocor. Begitu bocor, Qin pasti tidak akan terjebak.
Sekarang saat genting tiba, persiapan ini akan memainkan peran besar. Bagaimana mungkin Tiga Pemimpin Sekte tidak senang?
Tiga Pemimpin Sekte terpaksa mengakui: Kemampuan Xuan Wei jauh melebihi Xuan Chengtian. Inilah agen duniawi yang mereka butuhkan.
Bahkan diam-diam merenung: Jika wanita ini diangkat lebih awal, mana mungkin sampai menimbulkan akibat seperti ini?
Chang Linxian terus mengangguk: "Suami bijaksana! Baik, kita lakukan seperti kata suami. Tiga Sekte akan memberikan dukungan penuh, memutus paksa pasokan bahan pangan Qin, sebutir pun tidak kita beri!"
Pemimpin Shouzheng Ge Zang Feng dan pemimpin Daleshan Luo Yanzhen juga terus mengangguk, menyatakan kesediaan untuk berkoordinasi sepenuhnya.
Setelah insiden ini dijelaskan, Xuan Wei tidak banyak bicara lagi. Ia bertanya pada Jin Lingzan: "Tuan Jin, bagaimana kondisi di Qi?"
Jin Lingzan berkata: "Saya bersama ketiga pemimpin sekte datang menemui suami untuk membahas hal ini. Pasukan besar Qi sedang berkumpul dengan cepat. Namun Jenderal Shang Huyan Wuhui dari Qi mengirimkan peringatan darurat. Setelah mengamati pergerakan pasukan Jin, dia menyatakan kemungkinan besar pasukan Yin Chu akan menyeberangi Wei dan langsung menyerang Gerbang Barat. Yin Chu berencana merebut Gerbang Barat dengan paksa. Kita tidak boleh membiarkan ini terjadi. Dia memerintahkan kita untuk memperkuat pertahanan Gerbang Barat. Huyan Wuhui telah memerintahkan kavaleri dari pasukan timur Qi untuk bergerak dari timur laut wilayah kita dan membantu mencegat pasukan Yin Chu. Dia berharap kita bekerja sama dengan pasukan Qi yang akan memasuki wilayah kita!"
"Gerbang Barat!" Xuan Wei kaget bukan main. Dalam sekejap dia memahami maksud peringatan Huyan Wuhui. Pasukan Jin ingin memblokir kemungkinan intervensi dari empat kerajaan timur. Jika Jin berhasil, segala strateginya terhadap Qin akan sia-sia. "Huyan Wuhui memiliki visi medan perang yang tajam. Jika dia sudah memberi peringatan seperti ini, kita tidak boleh lengah. Segera sampaikan perintah untuk berkoordinasi!"
"Siap!" jawab Jin Lingzan. Tiba-tiba dia ragu-ragu: "Suami, pengadilan Qi kembali mengirim surat menanyakan kelanjutan rencana ikatan pernikahan. Menurut mereka, ini saat yang tepat untuk mempercepat proses dan tidak boleh ditunda lagi." Saat mengucapkan ini, matanya melirik diam-diam ke arah Ximen Qingkong.
Begitu kata-kata ini terucap, Chang Linxian, Zang Feng, dan Luo Yanzhen secara refleks melirik sekilas ke arah Ximen Qingkong.
"Ximen Qingkong menangkap reaksi ketiga individu itu, tidak tahu mengapa mereka bersikap demikian, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Apakah ada masalah dengan rencana ikatan pernikahan? Dia tahu Xuan Wei sedang mempersiapkan pernikahan diplomatik tiga putri kabupaten."
Namun faktanya, beberapa orang memang menyembunyikan sesuatu darinya, termasuk Xuan Wei sendiri.
Dengan ekspresi tenang, Xuan Wei menjawab tegas, "Saya mengerti. Insiden ini akan segera saya putuskan."
"Baik, hamba pamit undur diri terlebih dahulu." Jin Lingzan memberi hormat sambil mundur beberapa langkah, melirik Ximen Qingkong sejenak sebelum berbalik pergi.
……
Di kamar tidur kekaisaran yang berkabut dupa, Xuan Wei yang telanjang dalam bak mandi penuh kelopak bunga itu memejamkan mata, sesekali kerutan penderitaan terlihat di wajahnya.
Di bawah bubungan atap, Ximen Qingkong dengan pedang lebar di punggungnya berdiri menjaga, matanya yang dingin terus memindai sekeliling sambil melindungi wanita yang sedang mandi di dalam.
Bertahun-tahun begini keadaannya. Dia selalu menjadi penjaga setia yang melindunginya.
Pintu kamar terbuka. Para pelayan perempuan mengangkut peralatan mandi keluar. Salah seorang pelayan berbisik pada kasim dan penjaga di luar, kemudian para pengawal itu mulai mundur.
Mendeteksi keanehan, Ximen Qingkong berbalik memandang sekeliling. Orang-orang di sekitar sepertinya telah menghilang semua.
Ini tidak normal. Ximen Qingkong segera mendekati pintu dan berseru, "Xuan Wei!"
"Masuklah," jawab Xuan Wei memanggil.
Begitu Ximen Qingkong melangkah masuk, suara Xuan Wei kembali terdengar, "Tutup pintunya."
Ximen Qingkong tertegun sejenak, namun tetap patuh. Ia berbalik menutup pintu, lalu masuk ke dalam. Dengan tangannya, ia memisahkan lapisan demi lapisan tirai kasa yang tergantung, hingga akhirnya melihat Xuan Wei yang sedang duduk tegak di depan meja rias. Rambut panjangnya masih basah setelah mandi, terurai di bahu. Tampaknya ia hanya mengenakan gaun kasa tipis, dengan pakaian dalam yang terlihat jelas di bawah sorotan lentera. Postur tubuhnya sungguh memesona.
Pertama kalinya melihatnya dalam keadaan seperti ini, Ximen Qingkong merasa agak canggung. Rasanya tidak pantas untuk mendekat.
Suasana hening menyelimuti ruangan selama beberapa saat. Akhirnya, Xuan Wei bangkit dari meja rias dan menatapnya.
Di bawah cahaya lentera, kecantikannya bak bunga persik yang merekah. Siluet tubuhnya yang samar-samar di balik kain kasa, ditambah aroma harum pasca-mandi yang masih menggantung di udara, seolah memiliki efek afrodisiak. Ximen Qingkong pun menundukkan pandangan.
"Penjaga di luar..."
Baru saja membuka mulut, Ximen Qingkong langsung dipotong oleh Xuan Wei: "Aku yang menyuruh mereka mundur."
Alis Ximen berkerut. "Ada masalah?"
Xuan Wei tersenyum. "Kenapa berdiri begitu jauh? Apakah aku tidak cantik?"
Ximen tertawa getir. "Cantik! Hanya saja... belum pernah kulihat kau seperti ini."
Xuan Wei melangkah perlahan mendekat.
Suasana ambigu yang tiba-tiba tercipta membuat Ximen Qingkong mulai menyadari arah percakapan ini. Tenggorokannya terasa kering, jakunnya naik-turun sekali.
Xuan Wei berjalan mendekatinya lalu berhenti, tidak terlalu dekat, tatapan mata yang tadinya penuh perasaan kini berkaca-kaca, menatap langsung ke mata Ximen Qingkong. Perlahan ia mengangkat tangan, melepaskan pita sutra pengikat pinggang, lalu menanggalkan gaun kasa tipis yang melapisinya.
Bahu montok, tulang selangka yang anggun, dada berisi di balik rompi bayi, pinggang yang jenjang, kaki panjang nan indah, serta kulit lembut putih bersih.
Ximen Qingkong dengan susah payah mengalihkan pandangannya, memiringkan kepala ke samping, berkata serak: "Awas kedinginan."
Xuan Wei membuktikan maksudnya dengan tindakan nyata. Kedua lengannya yang mulus merangkul lehernya, berjinjit hingga pipi mereka saling bersentuhan.
Ekspresi Ximen Qingkong menjadi canggung. Tidak enak mendorong, tapi juga tak tega merangkul. "Xuan Wei, ada apa denganmu?"
Bisiknya di telinga Ximen: "Hari ini ku nikahi kau. Kuserahkan diriku padamu. Mau atau tidak?"
Tubuh Ximen Qingkong tersentak. Kedua tangannya terangkat perlahan, hendak memeluk tapi membeku. Akhirnya dengan gerakan tiba-tiba ia merengkuh tubuhnya.
Mau! Tentu saja mau!
Untuk apa selama ini ia setia menjaganya? Semua demi dia, demi memiliki dia!
Di dalam kamar tidur kekaisaran, cahaya musim semi segera memancar. Rintihan, desahan, kelembutan dan gelora bersatu padu. Xuan Wei terhanyut dalam pusaran kenikmatan yang tak tertahankan, menyerah pada gempuran...
Saat semua telah mereda, dua tubuh telanjang itu masih terpeluk dalam desah nafas yang tersengal-sengal.
Setelah terengah-engah tenang, Xuan Wei yang menempel di dada Ximen Qingkong tiba-tiba berbisik: "Maafkan aku!"
Ximen Qingkong salah menangkap maksudnya, mengira dia meminta maaf karena telah membuatnya menunggu bertahun-tahun. Sambil mengelus tulang punggungnya yang halus, dia berbisik lembut: "Kau tak perlu minta maaf, semua ini atas kemauanku sendiri."
Xuan Wei memejamkan mata, kilatan air mata menggenang di sudut matanya. Perlahan dia menggelengkan kepala, "Aku menikahkan tiga putri kabupaten ke Qi, awalnya untuk menjaga persatuan. Tapi pihak Qi punya cara yang lebih baik..."
Dengan suara parau, dia menceritakan rencana Pangeran Qi yang akan menjadi menantu masuk untuknya.
Suaranya pelan, tapi bagi Ximen Qingkong bagai dentuman guruh. Setelah terdiam sebentar, dia tiba-tiba bangun duduk dan mengguncang bahu Xuan Wei, bersuara berat: "Apa maksudmu ini?!"
Air mata Xuan Wei jatuh bagai manik-manik yang putus. Sambil menggeleng penuh kekecewaan dia berkata: "Qingkong, lebih dari siapa pun aku tahu kondisi Wei saat ini takkan bisa menahan serangan Jin. Bukan hanya aku, banyak orang yang paham, tahu bahwa Wei sedang berusaha bertahan. Di saat seperti ini, persatuan lebih berharga dari segalanya! Hanya dengan menyatukan kekuatan kita bisa mempertahankan Wei!"
Ximen Qingkong mengguncang-guncang bahunya seperti hewan yang terluka: "Katakan! Apakah Qi memanfaatkan kesempatan ini untuk menekanmu?!"
Pikirannya sederhana: Dalam hal hubungan pria-wanita, wanitalah yang selalu terdesak. Dia yakin Qi sedang memanfaatkan kesempitan Xuan Wei untuk mengambil keuntungan.
"Di matanya, Xuan Wei adalah wanita tercantik di dunia, wanita terhebat di dunia, pasti ada yang ingin mengambil keuntungan."
Xuan Wei mengerti maksudnya, menangis pilu, "Qing Kong, bukan seperti yang kau kira, Qi juga sedang berusaha mempertahankan diri, mengalah untuk bertahan. Bagi Qi, menikahkan pangeran belum menikah menjadi menantu dengan janda seusia saya adalah lelucon besar. Alasan Qi melakukan ini karena mereka juga menyadari bahaya mengerikan yang mengancam, saat Wei ambruk, Qi tak mampu menopang sendiri."
"Qi rela kehilangan muka demi membantu saya menstabilkan persatuan rakyat Wei. Qi berharap saya bisa menyatukan rakyat Wei untuk melawan, berharap Wei bisa menunda dan menguras kekuatan Jin sepenuhnya."
"Qing Kong, perang tidak menguntungkan, pasukan Jin menyerbu wilayah kita seperti bambu terbelah, semua dilanda kepanikan! Saat persatuan bubar, Wei akan hancur total! Pada titik kritis ini, Qi dengan aktif menikahkan pangeran mereka meski turun kasta, akan membuat seluruh penghuni Wei melihat tekad Qi membantu kita, pasti membangkitkan semangat! Setidaknya bisa meredam sikap goyah para oportunis."
"Tindakan Qi tidak salah, Qing Kong. Wei sedang di ujung tanduk antara hidup dan mati, sangat membutuhkan ikatan pernikahan ini!"
Ximen Qingkong berkata dengan penuh kesedihan dan kemarahan: "Perlu? Perlu apa? Apa bedanya dengan menangkap jerami penyelamat? Xuan Wei, kita tidak perlu mengalah seperti ini, lebih baik bertempur habis-habisan melawan Jin. Sekalipun mati, mati dengan sikap terbuka dan jujur. Untuk apa bertahan hidup dengan cara hina begini?"
Xuan Wei tersedu-sedu: "Bertempur habis-habisan? Siapa yang akan bertempur? Bisakah kita berdua menghadang serangan pasukan Jin? Ini butuh prajurit-prajurit di bawah kita. Semangat pasukan sudah runtuh, tanpa dukungan rakyat, bagaimana mungkin bertempur? Qingkong, tidak semua orang seperti kita. Di masa damai banyak yang terlihat setia pada Wei, tapi saat kritis, berapa banyak yang mencari jalan mundur untuk menyelamatkan diri. Dukungan rakyat saat seperti ini sangat krusial."
Ximen Qingkong menatapnya tajam: "Kau menyetujui?"
Xuan Wei menggelengkan kepala dengan perih: "Pertempuran ini menyangkut hidup-mati terlalu banyak orang. Jika aku sembarangan menyerah, tak bisa mempertanggungjawabkan pada almarhum orang tua, juga pada rakyat Wei yang tak terhitung. Qingkong, ini tanggung jawabku!"
Braak! Ximen Qingkong mendorongnya kasar, bangkit dari ranjang sambil menunjuk ke tempat tidur: "Apa maksud semua ini? Kompensasi permintaan maaf? Kau anggap aku sebagai apa?"
“Tidak!” Xuan Wei yang telanjang bangkit dari ranjang, menyambar langkah turun, memeluknya erat-erat sambil berkata dengan mata berkaca-kaca: “Qingkong, aku ingin memberitahumu, aku bisa menikahi pangeran dari Qi, tapi hanya secara, sama sekali takkan ada hubungan suami-istri yang nyata. Kerajaan Qi juga takkan mempermasalahkan ini. Asalkan situasi bisa distabilkan, segera aku akan menceraikannya, menyuruhnya pulang ke Qi. Aku juga ingin kau tahu, sampai sekarang aku belum menyanggupi permintaan Qi, aku hanya menunggumu bicara. Selama kau tidak setuju, aku akan menolak ikatan pernikahan ini!”
