Mengerti atau tidak, mau atau tidak, mereka harus menerima titah Lü Wushuang yang mewajibkan tunduk pada instruksi Niu Daomei.
Dengan Panji komando pemberian Lü Wushuang di tangan, semua arahan Niu Daomei harus dipatuhi tanpa syarat.
Setelah menyepakati rute pulang, barisan itu pun berpencar, masing-masing siaga penuh terhadap sekeliling selama perjalanan.
Meskipun semua merasa telah terlibat dalam masalah, mereka sepakat bahwa tidak sia-sia datang ke sini. Selain berkesempatan memasuki Taman Tak Terbatas, mereka juga secara kebetulan takdir bertemu Lü Wushuang, salah satu dari Sembilan Santo.
Sebelumnya, selain Niu Daomei yang diam-diam pernah bertemu Luo Qiu, tak seorang pun dari mereka yang pernah melihat bagaimana rupa Sembilan Santo.
Niu Daomei yang memimpin mereka menuju Jalan Buntu Huangze tiba-tiba memerintahkan pendaratan. Keempat orang ini bersembunyi di pegunungan untuk bermalam.
Jarak ke Jalan Buntu Huangze sudah sangat dekat, paling lama satu shichen lagi akan tiba. Mengapa berhenti sekarang? Kun Linshu dan kedua rekannya tidak mengerti rencana Niu Daomei. Meski telah bertanya, Niu Daomei tetap bungkam, hanya menyuruh mereka memulihkan kekuatan.
Malam itu, ketiganya menyadari Niu Daomei sedang meraba-raba menggambar sesuatu dalam gelap.
Qin Guan dan Ke Dingjie dipenuhi keraguan dan kecemasan samar. Mereka semakin merasa tindakan Kepala Suku Niu ini semakin angker, sama sekali tidak bisa dipahami.
Sumber kecemasan mereka berasal dari keterlibatan dalam pemindahan penjaga Menara Sembilan. Orang lain mengira ini hanya pemeriksaan bergiliran, tapi hanya mereka berdua yang tahu: Ada momen singkat dimana semua penjaga Menara Sembilan dikosongkan.
Ini sifat kasus seperti apa? Buah Tanpa Batas pernah berada dalam situasi tanpa penjagaan!
Ditambah pengetahuan mereka tentang Ao Feng di dalam Taman Tak Terbatas - Ao Feng yang membantu Niu Daomei membuat dokumen palsu - dengan menyambungkan sebab-akibat, mudah ditebak sesuatu yang buruk mungkin terjadi. Memikirkannya saja membuat mereka gemetar.
Tapi anehnya, sampai mereka keluar pun Buah Tanpa Batas yang mereka khawatirkan ternyata tidak apa-apa. Jangan-jangan mereka terlalu paranoia?
Kegelapan sebelum fajar, saat langit paling gelap, Niu Daomei kembali memanggil tiga orang untuk memulai perjalanan.
Saat fajar mulai merekah di ufuk timur, Jalan Buntu Huangze terlihat samar-samar dari kejauhan. Niu Daomei mengeluarkan selembar kertas dari lengan bajunya dan memberikannya kepada Qin Guan, "Nanti, kalian langsung pergi ke lokasi ini. Setelah meninggalkan burung terbang dan alat kendalinya di tempat yang ditandai, segera menuju ke lokasi berikutnya yang ditandai, dan tunggu aku di sana."
Qin Guan melihat kertas tersebut dan menemukan itu adalah sebuah peta, dengan semua tujuan yang ditandai berada dalam wilayah Jalan Buntu Huangze.
Kun Linshu tetap Senyap, hanya mengikuti dari belakang.
Ke Dingjie mengintip peta itu, tak bisa menahan diri bertanya, "Kepala Suku, untuk apa kita pergi ke tempat ini?"
Niu Daomei: "Pergi saja. Kalian akan tahu saat waktunya tiba, jangan banyak tanya... Ini untuk kebaikan kalian sendiri." Ia menoleh ke Kun Linshu, "Aku sudah berjanji pada Phoenix Api untuk menjamin keselamatanmu di Tanah Suci."
Kun Linshu tercengang, tak mengerti mengapa Niu Daomei tiba-tiba mengatakan hal seperti itu.
Bukan karena merasa Niu Daomei tak pantas mengatakannya, tapi waktu pengucapannya terasa aneh.
Saat ketiganya masih merenungkan arahan Niu Daomei, burung abu-abu telah mendekati tepian Jalan Buntu Huangze. Niu Daomei menambahkan, "Kalian pergi dulu, nanti aku akan menyusul."
Usai berkata demikian, ia melompat keluar dari punggung burung abu-abu dan terjun bebas dari angkasa.
Ketiganya menjulurkan kepala melihat ke bawah, menyaksikan siluet Niu Daomei berubah menjadi titik hitam yang menghilang di balik kabut pagi yang menyelimuti permukaan bumi.
“Tao Ye ingin melakukan apa?” Kun Linshu tiba-tiba bertanya, ia masih merenungkan perkataan Niu Daomei tadi, merasa ada keanehan.
Qin Guan menghela napas, "Cara bertindak Kepala suku benar-benar membingungkan, sulit dipahami. Pasti ada alasan tersembunyi di balik persiapan ini. Intinya kita patuhi saja arahan beliau."
“Hmm!” Ke Dingjie juga mengangguk.
Kun Linshu masih heran sendiri, tidak mengerti tujuan perjalanan kali ini. Susah-susah keluar sekali, sepertinya hanya mondar-mandir tanpa hasil...
Niu Daomei yang melompat turun mendarat di sebuah puncak gunung. Tulang belulang yang mencolok akibat erosi masih ada di situ - lokasi kematian Tai Shu Shancheng. Tempat ini sudah beberapa kali dikunjunginya.
Di bawah batu besar yang menjulang terdapat sebuah gua kecil. Sesuatu bergerak cepat, Niu Daomei memandang tajam - ternyata kepala suku Suku Rubah, Hei Yun, dalam wujud asli rubahnya.
Gua sempit itu hanya bisa dimasuki dengan wujud rubah asli.
Niu Daomei berjalan perlahan sambil menancapkan pedangnya di batu. Melihat Hei Yun takut keluar dari persembunyian, ia sudah bisa menebak: "Sudah datang para pembunuh?"
Suara manusia terdengar dari dalam gua, "Kemarin sudah sampai, total lima belas orang menyusup di sekitar sini. Bagaimana kau tahu ada yang mau membunuhmu di sini?"
Niu Daomei tersenyum tipis. Ia sengaja memancing mereka datang, mana mungkin tidak tahu. Kali ini ia baru berangkat dari Kota Tanya Langit setelah mendapat konfirmasi dari Sha Rulai bahwa banyak pihak sudah bergerak. "Sekarang belum sempat jelaskan detail. Sudah sesuai rencana yang kuatur?"
Hei Yun: "Tenang, semua sudah disiapkan. Begitu ada suara gemuruh, Suku Rubah kami akan segera merespons. Selama kamu bisa bertahan, pasti akan berhasil menarik mereka datang."
Niu Daomei: "Baik. Apakah barangnya sudah didapatkan?"
Mendengar ini, Hei Yun tampak girang, "Sudah ada kabar, barang itu berhasil diambil tadi malam dan sedang dalam perjalanan kembali. Saudaraku, aku benar-benar mengakui kelicikanmu! Benda yang diincar banyak orang tapi tak bisa didapat, ternyata dengan mudah kau peroleh. Aku benar-benar tunduk padamu!"
"Mudah?" Niu Daomei tertawa ringan, malas menceritakan bahaya yang dihadapi, "Sudah, pujian untuk kepala suku itu membuatku tidak nyaman. Burung pengangkut sudah kukirim ke lokasi yang direncanakan. Suruh mereka segera memanfaatkan kecepatan burung itu untuk mengambil barang, agar tidak ada komplikasi di kemudian hari."
Hei Yun: "Jangan khawatir, semua sudah diatur sesuai rencanamu. Kami patuh total tanpa satu kelalaian pun. Hati-hati, mereka datang!" Setelah berkata demikian, ia bersembunyi di kedalaman gua dan tidak berani membuat suara lagi.
Niu Daomei juga mendeteksi desau angin dari gerakan cepat yang mendekat. Matanya yang dingin menyapu seluruh area, melihat lima belas orang bercadar serba hitam melesat dari lereng gunung. Seluruh tubuh mereka tertutup rapat kecuali mata.
Lima belas orang bercadar itu telah mengepung rapat puncak gunung.
Niu Daomei mundur perlahan dari batu besar sambil mengamati gerakan mereka, "Bersembunyi seperti hantu, siapakah kalian sebenarnya?"
Seorang di antaranya menjawab dengan suara parau: "Niu Daomei, kami telah menunggu lama kedatanganmu."
Angin pagi yang sejuk, Niu Daomei yang sedang menikmati cahaya fajar menoleh ke arahnya, "Di dalam Tanah Suci ternyata masih ada yang menyamar menjadi model setan begini. Kedatangannya pasti tak membawa kabar baik, sepertinya dia datang untuk membunuhku. Siapa yang mengirim? Coba kutebak, saat ini selain Ding Wei seharusnya tak ada orang lain. Ding Wei berada di dunia luar, seharusnya tidak datang sendiri. Xuan Yao? Apakah Xuan Yao ada di sini?"
Begitu kata-kata itu terucap, si pemilik suara parau itu langsung memancarkan kilau ganas dari matanya, melambaikan tangan sambil membentak: "Serang!"
Dalam kedipan mata, belasan orang sekaligus mengepung. Energi pedang tiba-tiba berhamburan ke segala penjuru.
Braak! Kilatan cahaya dingin menyembul dari sarung. Niu Daomei berubah menjadi bayangan kilat yang menerjang balik.
Dalam gemuruh kilatan pedang, dua orang bercadar terpental ke belakang terkena pukulan Niu Daomei. Memanfaatkan momentum, Niu Daomei mengayunkan pedangnya menerobos kepungan, melesat keluar dari kerumunan bayangan manusia yang saling bertautan.
Pemimpin orang bercadar yang menyaksikan di samping terkejut, menyadari dirinya ternyata meremehkan kekuatan Niu Daomei. Niu Daomei berhasil menerobos kepungan mereka dalam sekali gerakan.
Namun nama yang disebut Niu Daomei tadi telah membuatnya seperti menunggangi harimau - sulit turun. Jika Niu Daomei sampai kabur, akibatnya sulit dibayangkan. Karena itu mustahil membiarkannya pergi. Dengan sigap dia melesat maju, turun tangan langsung.
Niu Daomei yang berhasil kabur melompat di tebing, terbang cepat menuju arah Jalan Buntu Huangze di kaki gunung. Jelas terlihat dia tak mampu menopang sendiri dan berusaha melarikan diri.
Belasan pembunuh melayang mengejar, dari udara mereka melepaskan energi pedang beruntun yang terjalin seperti jaring, menyelimuti Niu Daomei.
Niu Daomei melompat di udara, mengeluarkan Jurus Taiyi Fenguang. Kilau pedangnya bagaikan bunga teratai mekar, menghancurkan serangan musuh di tengah gemuruh angin kencang yang menggetarkan...
Rubah hitam dari gua kecil muncul, berubah wujud manusia menuju tepi jurang. Melihat bahaya pengejaran itu, ia gelisah namun tak bisa menampakkan diri untuk membantu. Dengan terpaksa hanya bisa menyaksikan Niu Daomei bertarung sendirian. Segera ia melambaikan tangan darurat.
Di kaki gunung, seekor burung emas mengepakkan sayap dan terbang menjauh...
Di tanah rawa, Niu Daomei terus melarikan diri. Tampak jelas ia kesulitan menghadapi pengejaran, compang-camping dikepung belasan pembunuh yang tak henti mengejar.
Tiba-tiba, di kejauhan muncul gerombolan siluet manusia melesat. Ternyata rombongan Departemen Siluman Rubah yang sedang memburu rubah siluman.
Niu Daomei seolah menemukan dewa penolong. Sambil berlari ia berteriak kencang mempersiapkan sihir: "Niu Daomei di sini! Segera selamatkan aku!"
Pasukan Departemen Siluman Rubah telah mendengar suara perkelahian. Mendengar teriakan itu, mereka tertegun sejenak lalu membatalkan perburuan rubah siluman, bergegas meluncur ke tempat kejadian.
Departemen Siluman Rubah? Pemimpin pembunuh bercadar itu kaget. Ia teringat hari ini adalah akhir periode pembersihan rutin mereka. Tapi tak menyangka mereka kembali begitu cepat, bahkan sejak pagi buta.
Dalam kepanikan, pemimpin pembunuh itu melesat ke udara dengan kecepatan penuh. Mengabaikan ancaman serangan Niu Daomei, ia menebarkan sebuah talisman di udara - TALISMAN PEDANG SURGAWI!
Pemimpin pembunuh yang mengeluarkan energi besar dari talisman, kedua tangannya menyerang bertubi-tubi seperti bayangan, dua belas bayangan Pedang Aura Surgawi menghujani Niu Daomei di bawahnya tanpa kenal ampun.
"Wocao!" Niu Daomei mengutuk dalam hati. Benda ini lagi! Tak berani lagi berlama-lama, dengan seluruh kekuatan kultivasinya di tanah berlumpur, ia mengelak dan menghindar panik dari serangan bertubi-tubi.
Sudah berpengalaman menghadapi senjata ini, ia tahu betapa dahsyat kekuatannya. Tak mungkin tak menghindar.
Namun serangan Pedang Aura Surgawi yang dilancarkan lawan terlalu cepat. Dalam ketergesa-gesaan, kecepatannya tak cukup untuk menghindar sepenuhnya. Terlempar oleh semburan lumpur yang meledak ke langit, ia segera menyelam ke dalam rawa bawah tanah, berharap hambatan rawa bisa memperlambat.
Beberapa hal tak terhindarkan. Niu Daomei di tanah berlumpur terpaksa mengangkat pedangnya secara horizontal untuk menahan serangan.
Gemuruh ledakan mengguncang langit, lumpur menyembur ke angkasa. Pemimpin pembunuh yang melayang di udara menatap tanah yang mulai menyatu, lalu melihat rombongan Departemen Siluman Rubah yang mendekat cepat. Tak ada waktu lagi untuk menggali dan melanjutkan pengejaran. Jumlah mereka terlalu banyak - akan bahaya jika terjebak.
Ia bisa merasakan Talisman Pedang Surgawinya telah mengenai Niu Daomei. Entah apakah sampai membunuh atau tidak, tak ada waktu memastikan. "Pergi!" perintahnya singkat.
Sepuluh lebih siluet manusia segera menghilang dengan cepat.
Rombongan Departemen Siluman Rubah tiba. Sebagian mengejar, sebagian memeriksa area sekitar mencari Niu Daomei, bahkan mengirim orang menyelam ke dalam lumpur untuk pencarian.
"Sudah melihat langsung, Niu Daomei diserang Talisman Pedang Surgawi di sini dan terhantam masuk ke dalam tanah."
Tak lama kemudian, pelaksana baru Departemen Siluman Rubah Zhou Tianyu tiba. Mendengar Niu Daomei dikejar-kejar di sini, dia terkejut dan segera memerintahkan peningkatan intensitas pencarian.
Beberapa saat kemudian, seseorang muncul dari lumpur berteriak: "Pelaksana, ketemu!"
Semua orang menoleh ke belakang. Terlihat seseorang menggendong horizontal sosok lumpur yang muncul dari tanah. Tangan sosok lumpur itu masih mencengkeram erat sebilah pedang. Darah bercampur lumpur menetes deras dari punggungnya, dengan cepat mengecat merah tanah.
Zhou Tianyu melompat mendekat, kedua tangannya cepat-cepat membersihkan wajah sosok lumpur itu. Tampaklah wajah Niu Daomei.
"Pelaksana, kondisinya berbahaya," kata penggendong dengan gugup.
Zhou Tianyu segera memeriksa denyut nadi Niu Daomei. Wajahnya berubah pucat - mati, sudah mati, Niu Daomei tewas!
