Keduanya keluar dari ruang kelas, berjalan perlahan di luar pagar, hati-hati menghindari tinja sapi di bawah kaki.
Melewati desa, mereka tiba di tepi sungai kecil yang airnya gemericik mengalir di bawah kaki.
Melihat ke sekeliling, hamparan sawah hijau, kerbau tua dengan tenang merumput, kabut pascahujan tersusun rapi menyelimuti langit, menutupi pegunungan hijau di kejauhan.
Sang guru seolah terkesima dan menghela napas, "Negeri ini bagai lukisan indah!"
Penjaja menggelengkan kepala perlahan: "Guru, lebih baik Tuan melepaskannya. Sejak saat aku turun tangan, negeri ini sudah tak bisa direbut kembali. Memaksanya hanya akan menghilangkan nyawa. Saat itu terjadi, aku pun tak bisa melindungi Tuan. Cukup nikmati pemandangannya saja."
Sang guru bertanya: "Apakah ibuku baik-baik saja?"
Penjaja menjawab: "Entah. Pernah kudatangi sekali, tapi situasinya mencurigakan. Kemungkinan besar jebakan sudah dipasang di sana, menanti kedatangan kita. Tak berani kudekati lagi. Namun Guru tak perlu khawatir, dengan kehadiran Nyonya Besar, pasti Bu dikasihi dengan baik."
Sang guru bertanya: "Untuk urusan apa kau mencariku?"
Penjaja menyampaikan: "Ada kabar baik untuk menghibur Tuan. Niu Daomei tewas, mati di dalam Tanah Suci. Tak diketahui siapa pembunuhnya, tapi dipastikan memang sudah meninggal!"
Sudut bibir sang guru berkedut hebat, sorot mata penuh kebencian. "Baguslah mati! Lebih baik di tangan orang lain daripada kita yang harus mengalah padanya!"
Ia terlalu paham kronologi kehancuran Zhao. Provokator Perang Yan-Zhao tak lain adalah Niu Daomei. Berkat ulahnya, Paviliun Bulan Sabit bisa memobilisasi pasukan gabungan untuk menyerang Zhao. Dendam terbesarnya tertuju pada dalang utama ini.
Setelah Zhao hancur, mereka terusir dan mengungsi. Setelah susah payah menemukan tempat berlindung, amarahnya tetap membara. Siapapun takkan sanggup menelan pil pahit semacam ini.
Bukan sekadar kerajaan runtuh, tapi keluarga hancur berantakan. Melarikan diri terburu-buru, banyak keluarga tak bisa dibawa. Tak berani membawa mereka. Mereka orang-orang berpenampilan menawan dan karisma luar biasa, tapi tak punya kemampuan hidup mandiri. Gerombolan seperti ini mustahil lolos dari pengawasan yang waspada. Terpaksa membuang niat.
Berapa banyak anak, berapa selir, ada yang jadi hantu di bawah golok, ada yang jadi mainan orang lain. Ia harus pura-pura tak tahu. Tahu pun mau bagaimana? Setiap yang hidup dan disiksa mungkin jadi umpan untuk menjeratnya.
Bahkan menyebut pun tak berani. Mengungkitnya seperti menoreh hati sendiri. Siang malam, setiap teringat, hatinya berdarah.
Semakin banyak yang pernah dimiliki, semakin besar harga yang harus dibayar saat melepas.
Mungkin membangun kembali kerajaan mustahil, tapi balas dendam? Ia perintahkan Zhuge Chi untuk mencabut nyawa musuh-musuhnya.
Zhuge Chi menolak. Membunuh mudah baginya, tapi membocorkan pergerakan juga mudah.
Jinzhou dulunya wilayah Zhao. Banyak mata-mata terkubur di sana. Nasib Shang Youlan di Jinzhou yang ditemukan Piao Miao Ge telah ia ketahui.
Piao Miao Ge ternyata menemukan Shang Youlan? Piao Miao Ge ikut campur?
Seketika ia sadar kekhawatiran terbesarnya terjadi: dirinya sudah diawasi Sembilan Santo. Menghadapi sosok mengerikan seperti itu, mana berani bertindak gegabah.
Menghadapi orang lain, dia masih yakin. Tapi menghadapi monster tua yang telah bermukim di dunia kultivasi ratusan tahun, sama sekali tak ada keyakinannya. Bahkan Wu Chang yang paling junior pun bisa dengan mudah menjatuhkannya, ditambah lagi dengan kekuatan raksasa Sembilan Orang itu.
Eksistensinya pun bukan untuk balas dendam. Pada levelnya sekarang, dia takkan lagi terlibat dalam urusan membangun kembali kerajaan. Bagi dirinya, restorasi kerajaan sama sekali tak ada artinya. Tugas sepanjang beberapa dinasti hanya satu: menjaga keamanan Kaisar! Ini janjinya pada Sang Tua itu!
Sang Tua memperlakukannya seperti anak kandung, segala yang dimilikinya hari ini pun pemberian Sang Tua.
Sebelum meninggal, Sang Tua membuatnya bersujud di ranjang sambil berjanji: "Lindungi tiga generasi Kaisar! Setelah itu, baru boleh pergi diam-diam!"
Batasan tiga generasi karena Sang Tua paham: sosok yang selalu terekspos di pandangan publik ini tak pantas. Maksimal hanya bisa melindungi tiga generasi, lebih dari itu justru akan terkena imbas.
Tapi Hai Wuji benar-benar tak rela. Dengan keluarga hancur berantakan sampai segitunya, istri dan anak perempuannya yang masih hidup terus menerus dihinakan siang malam - mana mungkin menelan penghinaan ini?
Akhirnya dia mundur ke opsi kedua: Niu Daomei. Cukup Niu Daomei yang mati! Hanya kepala si dalang utama itu yang dia minta!
Hanya satu syarat ini! Zhuge Chi akhirnya menyetujui. Dengan kekuatannya, membunuh satu orang bukan masalah. Sekalipun Niu Daomei bersembunyi di Gua Adamantium-Ungu, pertahanan mereka takkan sanggup menghentikannya masuk.
Satu-satunya yang perlu dikonfirmasi adalah apakah Niu Daomei berada di Gua Adamantium-Ungu, perlu memastikan posisinya. Tidak bisa menyerbu secara gegabah. Dengan hanya dia sendiri, di gua besar ini Niu Daomei bisa bersembunyi di mana saja yang akan menyulitkan pencarian. Mana mungkin dia bertahan di Gua Adamantium-Ungu untuk mencari perlahan? Jika benar begitu berarti mencari maut!
Harus cepat. Setelah dipastikan, langsung menuju target lalu segera pergi.
Tak disangka sebelum persiapan selesai di sini, Niu Daomei sudah diselundupkan ke Tanah Suci, menghilangkan kesempatan bertindak.
Sekarang tidak perlu lagi dia bertindak, Niu Daomei sudah mati!
……
Barisan kereta kuda berhenti, istirahat sebentar.
Yun Ji naik ke gunung, berdiri di lereng sambil memandangi kejauhan.
Guan Fangyi juga datang, dengan langkah tidak tergesa-gesa mendekatinya, menemani memandang kejauhan. Yun Ji menoleh sebantar memandanginya.
"Kakak Yun punya rencana untuk masa depan?" tiba-tiba Guan Fangyi bertanya sambil tersenyum.
Yun Ji: "Seharusnya aku yang bertanya padamu. Sebagai wanita mengurus banyak orang tidaklah mudah."
Guan Fangyi: "Sebenarnya tidak masalah. Yang mengurus bukan aku, aku hanya kurir. Justru Kakak Yun yang tidak tertarik pada kekuasaan, di sini mungkin tak bisa menahanmu."
Yun Ji: "Bukan tidak tertarik, tapi tidak boleh tertarik. Tertarik berarti mencari maut. Aku berjanji pada Niu Daomei, jika dia tidak kembali, aku akan mengawal kalian ke tujuan. Dia benar-benar menunjukkan kesadaran untuk kalian."
Guan Fangyi: "Setelah sampai tujuan akan meninggalkan kami?"
Yun Ji: “Ada beberapa hal yang mungkin kau tahu, mungkin juga tidak. Intinya, kehadiranku di antara kalian mungkin bukan hal baik. Beberapa hal di luar kemampuan kalian untuk menanggung.”
Guan Fangyi: “Jika Tao Ye masih ada, apakah kau akan tetap tinggal?”
Yun Ji: “Itu dua hal yang berbeda. Jika dia ada, semua masalah akan teratasi. Aku justru berada di bawah perlindungannya. Tanpa dia, lihatlah keadaan kalian—seperti anjing terlantar. Yuan Gang juga, ide-ide kalian bertolak belakang. Satu kelompok dengan banyak pemikiran, tanpa sosok yang bisa menyatukan dan membuat kalian tunduk, lambat laun akan tercabik-cabik. Setelah mengantarkan kalian ke tujuan aman, aku harus pergi. Destinasi yang dia sebutkan adalah Yao Mo Ling. Katanya di sana akan ada yang melindungi kalian.”
Guan Fangyi setengah berjongkok memberi hormat: “Maksud kakak sudah kupahami. Pengawalan kakak sepanjang perjalanan sudah lebih dari cukup, tidak berani mengharapkan lebih.” Namun kemudian dia mendekat dan berbisik: “Di balik gunung tinggi di sebelah kananmu, ada yang menunggumu di lembah sana.”
Yun Ji bingung: “Siapa?”
Guan Fangyi: “Pergilah, kau akan tahu. Hati-hati, jangan sampai ketahuan.”
Yun Ji hendak bertanya lagi, tapi Guan Fangyi sudah berbalik pergi.
Yun Ji menatap gunung di sebelah kanan, ragu sejenak, akhirnya menyelinap pergi.
Sesampainya di lembah, saat matanya menyapu area sekitar, terdengar suara dari samping: “Datang juga.”
Ia menoleh tajam ke belakang, melihat seseorang muncul dari balik batu besar yang tertutupi vegetasi. Wajahnya familiar, sepertinya salah satu murid pembuka jalan yang dikirim sekta Gua Adamantium-Ungu.
Tapi suara yang keluar membuatnya ragu-ragu, terdengar familiar.
Orang di balik batu itu memberi isyarat tangan, seolah merasa lembah itu masih terlalu terbuka, menyilakannya mendekat.
Mata Yun Ji dipenuhi keraguan, masih ragu-ragu.
Tiba-tiba orang di balik batu itu merobek penyamarannya, menampakkan wajah asli dengan senyum cerah. Tak lain adalah Niu Daomei.
Yun Ji terperanjat, cepat-cepat menoleh ke sekeliling sebelum melompat ke sisinya. "Kau tidak mati?" ujarnya terengah.
Niu Daomei tertawa pendek, "Gampang sekali mati? Apa kau berharap aku mati?"
Yun Ji mengamatinya dari ujung rambut sampai ujung kaki, "Ini... bagaimana mungkin?"
Niu Daomei: "Semua mungkin. Aku yang asli. Mau meraba buktinya?"
Yun Ji: "Gaya tak punya muka begini, pasti asli."
Niu Daomei menghela napas: "Kematianku di Tanah Suci adalah strategi lolos dari kulit emas. Terlalu banyak masalah, semakin mencolok. Beban terlalu berat."
Yun Ji: "Kudengar kau menjatuhkan yang itu, membunuh yang ini, bahkan berani berulah di Tanah Suci. Sungguh nekat."
Niu Daomei membentangkan kedua tangannya, "Aku sudah lama mengambil keputusan, orang yang pasti mati apa yang tidak berani? Intinya sudah diawasi Sembilan Santo, hanya bisa mati. Awalnya tidak berencana menampakkan diri padamu, meminta Mak Comblang menguji pikiranmu. Jika kau mau tinggal, dia tidak akan mengizinkanmu datang ke sini. Karena kau datang, berarti memutuskan untuk pergi?"
Yun Ji: "Kalau begitu, apa kau masih bisa muncul sekarang?"
Niu Daomei: "Tidak mungkin sembunyi seumur hidup, saatnya tiba pasti harus muncul. Kakak pertama, takut tidak takut? Jika tidak takut, tinggallah!"
Yun Ji tersenyum...
Di Yingwutang, Kediaman Bupati Nan Zhou, Meng Shanming di kursi roda dan Shang Chaozong yang berdiri, sama-sama menghadapi peta, siang malam memantau perang di tiga kerajaan barat.
Setelah menjelaskan analisis situasi beberapa pasukan tiga kerajaan barat, Shang Chaozong meletakkan shougan, "Kondisi saat ini beginilah adanya."
Meng Shanming: "Sudah ada balasan dari Gua Adamantium-Ungu?"
Di luar urusan perang, tambahan lagi masalah menyebalkan. Belakangan ini masalah bertumpuk-tumpuk. Kabar kematian Niu Daomei tidak usah disebut, urusan Wei yang memohon bantuan juga membuat pusing di sini.
Setelah Wei gagal mendapatkan bantuan penuh dari Kerajaan Yan, ternyata mengincar Meng Shanming. Xuan Wei ingin mengundang Meng Shanming untuk memimpin perang Wei.
Perasaan pihak Wei di sini juga bisa dipahami, sekarang selama masih ada jerami penyelamat ingin direbut. Pertama-tama tertarik pada kemampuan komando Meng Shanming, kedua berharap memanfaatkan kharisma Meng Shanming untuk membangkitkan kembali moral pasukan Wei yang terus mundur.
Singkatnya berharap menggunakan Meng Shanming untuk menyelamatkan situasi!
Sementara pengadilan Yan, Istana Xiaoyao dan Gunung Pedang Gaib sepertinya sangat berharap, semua mendorong keras agar Meng Shanming pergi.
Gua Adamantium-Ungu mengirim pesan menanyakan pendapat di sini, jawaban dari sini adalah penolakan!
Tidak bisa tidak menolak, kalau Meng Shanming pergi kali ini, apapun hasil akhir perangnya, pihak Qi dan Wei mungkin tidak akan mudah melepas Meng Shanming kembali.
Shang Chaozong: "Tidak tahu ada apa, seharusnya menurut prinsip sudah lama membalas surat, ditunda sampai sekarang tapi masih belum ada jawaban, benarkah ingin menyanggupi? Jenderal Meng, kalau benar-benar harus Anda yang pergi, dalam pertempuran ini, apakah Anda yakin?"
