Datang orang berkata: "Orang yang sedang giliran jaga, sesuai prosedur saat berpatroli dan menghitung, tiba-tiba menemukan pohon buah sedang berbunga."
"Jancuk! Bagaimana mungkin tiba-tiba berbunga?" Ye Nian mencela keras, tapi mulai tak tahan, dengan cepat melompat keluar.
Setelah tiba di dekat pohon Buah Tanpa Batas, ia menemukan kerumunan orang telah berkumpul di perimeter pohon, sedang menunjuk-nunjuk ke arah pohon, dan masih ada yang terus berdatangan.
Di bawah pohon Buah Tanpa Batas, tiga Yā Jiāng telah menampakkan wujud manusia, bagai siluman dan iblis yang berjaga di bawah pohon, tidak mengizinkan orang luar mendekat.
Orang-orang di perimeter juga tak berani mendekat, kalau-kalau memicu Yā Jiāng menghancurkan buahnya, takkan ada yang sanggup menanggung tanggung jawab itu di sini.
Memisahkan kerumunan dan maju ke depan, Ye Nian memandang tajam, menemukan buah masih di pohon, tak terlihat bagian mana yang berbunga, tak bisa menahan diri bertanya, "Mana yang berbunga?"
Yang bisa berdiri di depan adalah orang-orang berstatus, pria tua berambut putih di sampingnya mengulurkan jarinya, "Lihat, di ranting kecil itu."
Ye Nian sengaja memiringkan kepala, mengikuti arah jarinya, melihat di ranting kecil ada sedikit tanda kuncup bunga, ujung kuncupnya telah retak membentuk celah putih, sepertinya sedang hendak mekar, dengan curiga bertanya: "Kau yakin ini disebut berbunga? Siapa di sini yang pernah melihat seperti apa bunga Buah Tanpa Batas mekar?"
Pria tua berambut putih menghela napas: "Awalnya juga tidak percaya, tapi setelah melihat keanehan dan khawatir terjadi sesuatu pada pohon buah, penjaga yang sedang bertugas memeriksa dengan teliti. Hasilnya, semakin dilihat semakin mirip kuncup bunga. Naiklah ke udara lihat bagian yang retak, di dalam masih ada benang sari. Sudah dihitung berkeliling, tepat dua belas kuntum. Bangsat, buah-buah masih tergantung baik, kok tiba-tiba berbunga lagi? Bukannya katanya selama buah masih di pohon tidak akan berbunga lagi?"
Ye Nian segera terbang ke udara, mencari sudut pandang yang tepat, membuka hati untuk mengintip ke dalam kuncup bunga. Benar-benar melihat benang sari merah darah di dalam retakan.
Ia berputar lagi satu lingkaran untuk memeriksa ulang, tidak kurang tidak lebih, memang dua belas kuntum.
Setelah berputar kembali, ia berkata dengan curiga: "Sepertinya benar-benar berbunga! Di sisi ini berbuah, di sisi lain berbunga lagi. Ada yang pernah dengar hal seperti ini?"
Pria tua berambut putih, "Kamu tanya saya, saya mau tanya siapa lagi? Mungkin hanya Santo yang pernah memetik buah ini yang tahu jawabannya."
Ye Nian mengerutkan kening, "Kuncup bunga ini seharusnya tidak tumbuh dalam semalam, kenapa baru sekarang ketahuan?"
Di sebelah ada yang menyela, "Mulut bunga tidak terbuka, tidak menampakkan putihnya, buah masih tergantung rapi di pohon, cuma benjolan kecil. Biasanya siapa yang akan memperhatikan bagian ini? Ini bukan salah siapa-siapa, di hadapan Santo pun masih bisa diterima."
Ye Nian menoleh bertanya: "Sudah kalian laporkan ke Santo belum?"
"Belum, baru saja menemukan. Mari kita diskusikan bagaimana menangani ini."
"Untuk apa didiskusikan? Tentu harus segera dilaporkan ke Santo!"
"Ini bukan urusan sepele. Kalau sampai ada konsekuensi karena kejadian tak terduga ini, kita semua takkan bisa lolos dari pertanggungjawaban."
"Buat apa khawatir buta, pohon ini berbuah dua kali, tumbuh lebih banyak Buah Tanpa Batas itu kabar baik, membuktikan penjagaan kita baik, untuk apa dimintai pertanggungjawaban?"
"Lakukan saja seperti ini, buka pucuk formasi, setiap keluarga laporkan ke keluarganya masing-masing."
"Formasi magis yang sering dibuka-tutup rawan masalah. Mari bersama susun laporan resmi, saling awasi di depan pucuk formasi, lepas bersama burung Jin Chi pengantar pesan."
"Baik, sepakat!"
Sembilan pelaksana menyelesaikan musyawarah, segera bergegas ke tempat tinggal masing-masing untuk menyusun laporan.
Tak lama kemudian, mereka kembali membawa burung Jin Chi satu-satu, berkumpul di depan pucuk formasi magis secara bertahap.
Pucuk formasi magis terbuka, Sembilan pelaksana keluar bersama, melepas burung pengantar pesan dengan tangan mereka sendiri.
Menyaksikan burung-burung itu terbang normal menjauh, barulah mereka mundur ke dalam formasi. Setelah pucuk formasi tertutup lagi, mereka masih berbisik-bisik membahas kejadian tak biasa ini.
……
Di Tanah Suci Da Luo, murid Luo Qiu Lu Zhichang masuk ke aula utama dengan langkah tegap, langsung menuju ruang belakang, naik ke paviliun tinggi, menyajikan surat dengan kedua tangan kepada Luo Qiu yang sedang berdiri membusungkan dada di tepi pagar.
"Guru, surat terang dari Taman Tak Terbatas."
"Surat terang?" Luo Qiu menoleh, mendapati raut wajah muridnya aneh.
Lu Zhichang menjelaskan: "Surat terang, menyebutkan pohon Buah Tanpa Batas sedang berbunga."
Luo Qiu berbalik seketika, "Berbunga? Omong kosong! Bukankah buah-buah itu masih bergelantungan di pohon? Terakhir kesana aku melihat langsung, bunga apa lagi? Matamu yang berkunang-kunang?"
Lu Zhi Zhang agak canggung, "Murid juga merasa aneh, tapi dalam surat memang tertulis demikian. Menurut prinsip seharusnya tidak ada omong kosong, deskripsi dalam surat ini juga terasa ganjil. Mohon guru berkenan melihat dan memutuskan." Masalah yang membingungkan ini, ia sendiri tak tahu harus bagaimana menghadapinya.
Luo Qiu merebut surat itu, setelah membaca langsung melompat ke angkasa tanpa sepatah kata.
……
Di Tanah Suci Tak Tertandingi, dalam kolam pemandian berkabut, Lü Wushuang yang anggun bertelanjang diri berendam di air beruap, bersandar pada dinding kolam.
Murid perempuan An You'er bersujud di belakang, membungkuk memijat kedua bahunya.
Lü Wushuang yang sedang menikmati tiba-tiba bertanya: "Apakah dia masih di Yao Mo Ling?"
An You'er: "Masih. Mata-mata di dalam Yao Mo Ling terus mengawasi. Jika ada keanehan akan segera melapor."
Tepat saat itu, suara murid pria Liu Feixing tiba-tiba terdengar dari luar: "Guru, ada laporan darurat!"
An You'er menoleh ke belakang, samar melihat sosok di balik tirai kasa.
Lü Wushuang bersuara berat: "Ini tempat yang pantas kau datangi?"
Liu Feixing gemetar ketakutan: "Guru, Taman Tak Terbatas bermasalah! Menurut laporan darurat, pohon buah Taman Tak Terbatas mulai berbunga!"
Braak! Air pemandian tiba-tiba melayang membentuk tirai air yang menghalangi pandangan. An You'er bangkit dan mundur.
Tak lama kemudian, Lü Wushuang yang rambutnya terurai keluar dari tirai air. Air berdebur kembali ke kolam. Dengan tangan mengibaskan tirai kasa, Lü Wushuang berkaki telanjang turun tangga.
Liu Feixing menunduk, tidak berani menatap, kedua tangan menyangga surat.
Lü Wushuang yang telah membaca surat darurat mengerutkan kening sejenak, kemudian Sruukk! menghilang dengan cepat.
"Bagaimana mungkin pohon Buah Tanpa Batas bisa berbunga?" An You'er yang keluar dari balik tirai kasa mendekati Liu Feixing dan bertanya dengan suara rendah.
Liu Feixing menggelengkan kepala: "Entahlah!" Melirik ke arah tempat guru sedang mandi, ia segera berbalik dan pergi. Ini bukan tempat yang pantas untuknya tinggal.
……
Di pegunungan salju besar yang diterpa badai, di dalam istana es, sosok manusia samar-samar terlihat membeku di balik dinding es kristal transparan.
Suara Ibu Salju bergema dari dalam dinding es yang pengap, "Bagaimana mungkin pohon Buah Tanpa Batas bisa berbunga?"
Bai Wuya membungkuk hormat: "Demikianlah isi laporan darurat ini."
Dinding es mencair seperti air mendidih, memperlihatkan sosok Ibu Salju yang membeku di dalamnya. Dengan bertongkat, ia perlahan melangkah keluar.
Setelah menerima dan membaca laporan darurat, siluet manusia itu Sruukk! menghilang, meninggalkan suara lembut serpihan es yang jatuh ke tanah.
……
Di luar Taman Tak Terbatas, siluet manusia jatuh dari langit dengan rampan panjang tertiup angin, bertelanjang dada, tatapan mata tajam bagai harimau - Wu Chang.
"Buka pintu!" Wu Chang bersuara berat memerintah.
Sebelum kata selesai, riak cahaya telah muncul. Taman Tak Terbatas tercipta dari udara kosong, dengan cepat membuka celah selebar dua jari.
Tanpa sempat penjaga memberi hormat, Wu Chang telah berubah menjadi bayangan samar dan menyelinap masuk.
Begitu mendarat, ia telah berada di perimeter pohon Buah Tanpa Batas.
Di luar anak sungai kecil yang mengalir deras di sekelilingnya, delapan orang serentak menoleh ke belakang. Yuan Se, Lü Wushuang, Ibu Salju, Mu Lianze, Zhangsun Mi, Luo Qiu, Lan Daolin, dan Du Wuxu - kedelapannya telah berkumpul lengkap.
Yang datang paling akhir adalah Wu Chang. Bukan karena kecepatan terbangnya yang paling lambat, tapi karena dia adalah pendatang baru di antara Sembilan Santo. Setelah kebangkitannya, dia hanya bisa menempati wilayah terpencil. Pesan pemberitahuan datang terlambat, sehingga kedatangannya pun molor.
Di sekitar lokasi, para anggota dari Sembilan Tanah Suci berdiri diam dengan tangan terlipat.
Wu Chang melirik Yā Jiāng yang telah menampakkan wujudnya yang menjaga di bawah pohon, lalu melihat buah yang masih tergantung di dahan. "Apa maksudnya?" tanyanya.
Du Wuxu bersuara berat: "Jangan berprasangka. Kami menunggumu. Tarik kembali tiga manusia burungmu itu."
Wu Chang bertanya: "Di mana bunganya?" Tatapannya penuh kewaspadaan. Sekilas, tak terlihat adanya kuncup bunga.
Buah itu masih jelas-jelas ada. Pohon yang berbuah tiba-tiba berbunga lagi - ini bukanlah candaan. Perhatian utamanya bukan pada pencarian bunga, melainkan pada pengawasan terhadap kedelapan orang ini, khawatir ini adalah jebakan untuk menjeratnya.
"Kau buta?" Luo Qiu menuding ke arah tertentu. "Perhatikan baik-baik."
Wu Chang mengangkat pandangan, mengikuti arah tunjukan jari tersebut. Benar terlihat sekuntum kuncup bunga elemen yang baru mulai mekar.
Alisnya yang tebal berkerut. Telapak tangannya membalik, memunculkan kabut hitam yang langsung menyergap tiga Yā Jiāng.
Tiga Yā Jiāng yang matanya memancarkan cahaya merah tiba-tiba menahan diri, wujud manusia mereka menguap dan mengembun, berubah menjadi tiga burung gagak bermata merah yang mengepakkan sayap dan hinggap di bahu Wu Chang.
Sembilan Santo baru kemudian menyelinap melewati anak sungai kecil, satu per satu melayang menuju kuncup bunga elemen di pohon buah, dan mulai memeriksanya dengan menopang kuncup tersebut.
Lü Wushuang yang berdiri ringan di ranting mengulurkan jari-jari ramainya, meraba Buah Tanpa Batas yang memancarkan cahaya kemerahan.
Begitu jarinya menyentuh, wajahnya berubah pucat. Lima jarinya mencengkeram buah itu dengan kasar dan langsung menariknya ke telapak tangan.
Suara gemuruh ini membuat delapan orang lainnya memandang. Ibu Salju tiba-tiba tersenyum sinis, "Lü Wushuang, sudah disepakati buah itu digantung sebagai cadangan. Kau melanggar aturan!"
Lü Wushuang mempertahankan raut dinginnya, berteriak kasar, "Ibu Tua Siluman, lihat dulu ada apa dengan buah-buah ini sebelum bicara!"
Wu Chang menoleh, melihat buah di sampingnya lalu meraihnya. Begitu menyentuh buah, ia tertegun. Kemarahan muncul di wajahnya saat buah itu direnggutnya, lalu diremukkan dengan "Prak!" hingga airnya menyembur, menyisakan potongan kecil bercahaya merah di telapak tangannya.
Semua orang mendengar suara itu dan memandang benda bercahaya di tangannya. Wajah mereka berubah pucat, lalu dengan cepat masing-masing memetik sebuah buah.
Mata dingin menatapi benda bercahaya di telapak tangan, Wu Chang perlahan mengangkat pandangan, sorotan matanya ke semua orang ternyata menyembunyikan niat membunuh, dengan suara berat berirama ia berseru: "Apa maksud ini, bukankah para hadirin seharusnya memberiku penjelasan?"
Prak! Lü Wushuang juga memijit hingga meledakkan Buah Tanpa Batas di tangannya, menyambar pecahan bercahaya yang sama.
Suara ledakan prak-prak beruntun terdengar, satu per satu mereka menghancurkan Buah Tanpa Batas di genggaman.
Mu Lianze yang memegang pecahan bercahaya tiba-tiba bersuara berat: "Ini pecahan Mutiara Merah dari Tujuh Warna yang dihasilkan Kerang Pelangi di laut!"
Jarinya menguleni cairan licin yang menetes, jelas terasa ini bukan air biasa—ada zat lengket tercampur di dalamnya.
"Bahaya! Ada racun di air!" teriak Lü Wushuang tiba-tiba, melemparkan pecahan bercahaya di tangannya dengan kasar.
Tanpa perlu diingatkan, mereka semua merasakan toksisitas air menyusup ke tubuh, serentak melemparkan benda di tangan sambil mempersiapkan sihir untuk menekan racun yang menjalar.
