"Guru, kami menerima kabar dari personel gerbang keluar Tanah Suci. Delapan Santo lainnya telah keluar dari Tanah Suci satu per satu."
Di dalam Kuil Langit Biru, murid Qing Jiu yang masuk terburu-buru melapor.
Lan Daolin yang sedang membalik-balik arsip rahasia Piao Miao Ge sepertinya mencari sesuatu, perlahan menengadah dan bertanya curiga: "Mereka semua meninggalkan Tanah Suci?"
"Ya!" Qing Jiu mengangguk, lalu ragu-ragu menambahkan: "Sebelumnya murid menerima kabar bahwa staf pengawas Piao Miao Ge dari Sekte Baichuan - salah satu dari tiga sekte besar Han - tiba-tiba memobilisasi ratusan pasukan di Pavilion Tak Bertepi. Entah sedang merencanakan apa, mungkin ada hubungannya dengan insiden ini."
"Pavilion Tak Bertepi?" Lan Daolin perlahan berdiri, bersuara berat: "Mengapa tidak segera dilaporkan?"
Qing Jiu agak gugup: "Adik seperguruan adalah Tuan Pavilion Tak Bertepi. Murid pikir lebih baik menunggu dia sendiri yang melapor. Tapi sampai sekarang belum ada kabar."
“Aku akan periksa!” Lan Daolin langsung bertindak. Sruukk, sebuah siluet seseorang melesat keluar aula.
……
Di Pavilion Tak Bertepi, tak terhitung orang yang panik. Para kultivator yang datang-pergi tiba-tiba dikendalikan, hanya boleh masuk, tak diizinkan pergi.
Pasukan yang menguasai Pavilion Tak Bertepi sejak awal adalah ratusan murid Lembah Baichuan yang dibawa Li Zhengfa.
Murid Lembah Baichuan jelas tak mampu menguasai paviliun ini, tapi dengan dukungan Du Wuxu—salah satu dari Sembilan Santo—situasi menjadi berbeda.
Setelah meninggalkan Tanah Suci, Du Wuxu bukan datang untuk berkelahi. Dengan kekuatan sendiri, mustahil mengatur paviliun sebesar ini. Karena kedatangannya terlalu mendadak, pasukannya tertinggal. Bahkan pesan burung emas untuk memanggil bala bantuan pun terlambat. Ia segera menemui Li Zhengfa yang telah siaga, memerintahkannya menyebarkan dekrit: Segel Pavilion Tak Bertepi, larang siapa pun keluar.
Dengan ratusan orang mengatasnamakan Du Wuxu sebagai pengawas, semua yang ada di dalam paviliun tak ada yang berani membangkang. Pavilion pun segera dikuasai.
Sambil mengendalikan situasi, Du Wuxu menyuruh Li Zhengfa memandu jalan, bergegas ke kamar yang sebelumnya ditempati Zhuge Chi. Pintu dihancurkan, tapi yang ditemui hanya penghuni baru yang ketakutan—Zhuge Chi sudah raib.
Du Wuxu lalu menerobos masuk kediaman Tuan Pemilik Pavilion, mencari Lan Ming. Setelah ditanya, ternyata Lan Ming juga menghilang—katanya pergi ke Tanah Suci.
Apakah benar pergi ke Tanah Suci, Du Wuxu tidak peduli. Dia memerintahkan Li Zhengfa segera memanggil personel toko-toko dari sekte besar yang ditempatkan di sini. Di bawah pimpinan Li Zhengfa, penguatan kontrol terhadap Pavilion Tak Bertepi dilakukan.
Setelah itu, tujuh Santo lainnya datang berturut-turut. Mendengar kabar Zhuge Chi kabur, Lan Ming juga menghilang.
Setelah menanyakan waktu keberangkatan Lan Ming, segera dikirim pesan ke petugas pintu masuk/keluar Tanah Suci untuk mengonfirmasi apakah Lan Ming sudah kembali ke dalam Tanah Suci.
Dari Sembilan Santo, delapan datang sekaligus. Dengan skala dan keributan seperti ini, mana ada penghuni Pavilion Tak Bertepi yang berani bergerak sembarangan?
Ini adalah wilayah kekuasaan Lan Daolin. Meski Delapan Santo menakutkan, personel dalam kota prefektur masih berdebat berdasarkan prinsip. Namun kedelapannya sama sekali tidak menghiraukan. Jangankan delapan, Du Wuxu seorang pun takkan menghargai mereka. Begitu menemukan orangnya hilang, langsung dikerahkan pasukan untuk menggeledah seluruh kota prefektur.
Lan Ming dan Ban Hai pergi terlalu terburu-buru, lalai membersihkan jenazah Yan Zhan di ruang rahasia kediaman, yang akhirnya ditemukan dalam penggeledahan.
Orang-orang dari Lembah Baichuan tentu mengenali mayat itu. Jenazah yang diangkat ke hadapan Du Wuxu menjadi bukti bahwa orang hilang telah ditemukan, dan tewas.
Siapa dalang pembunuhannya tidak diketahui, tapi dengan jenazah di ruang rahasia kediaman, bisa dibayangkan.
Ini juga membuktikan dugaan Li Zhengfa sebelumnya - hilangnya murid menyebabkan kebocoran informasi, mengganggu ular. Kemungkinan besar hilangnya Lan Ming dan Zhuge Chi terkait hal ini.
Setelah kedatangan tujuh Santo lainnya, mereka menguasai penuh situasi. Beberapa hal tidak mungkin hanya mengandalkan klaim sepihak Li Zhengfa, mereka mulai melakukan verifikasi menyeluruh.
Di hadapan Delapan Santo, Li Zhengfa menjelaskan secara detail proses awal penyelidikannya sampai ke tempat ini.
Mengikuti proses tersebut, Delapan Santo mulai memverifikasi satu per satu. Kondisi yang tidak bisa diverifikasi di tempat ini akan ditangani belakangan, sementara yang bisa diverifikasi saat ini akan diproses bertahap.
Keberadaan Li Zhengfa dan kawan-kawannya, kedatangan Zhuge Chi, serta aktivitas Lan Ming yang memakai topeng palsu bertemu Zhuge Chi dan keluar-masuk ibu kota prefektur - semua ini disaksikan penjaga. Secara alami, penjaga yang bertugas itu diinterogasi. Sebagai anak buah Lan Daolin, mereka enggan mengungkap hal merugikan tentang Lan Ming. Interogasi keras segera dilakukan, akhirnya kebenaran terungkap.
Yuan Se segera mengirim pesan ke Huo Kong, pemegang perintah Piao Miao Ge, memerintahkan pengiriman pasukan segera untuk menangkap anggota Piao Miao Ge yang telah diawasi Li Zhengfa sebelumnya, guna memverifikasi laporan awal Li Zhengfa.
Baru pada saat ini, Lan Daolin yang terlambat menyadari datang ke Pavilion Tak Bertepi.
Melihat Pavilion Tak Bertepi yang telah dikendalikan, lalu memandang deretan Delapan Santo yang mengawasi penuh kewaspadaan di lapangan tinggi dalam kota, Lan Daolin yang murka turun dari langit. Berdiri sendirian menghadapi delapan orang, ia membentak: "Kalian mau berbuat apa?!"
Delapan Santo itu ada yang wajah datar, ada yang tersenyum sinis. Du Wuxu mengeluarkan gulungan kesaksian dari belakang punggungnya, melambaikan tangan dan melemparkannya ke muka Lan Daolin. "Lihat sendiri!"
Lan Daolin meraihnya dengan sigap, sambil tetap waspada terhadap delapan orang itu, membuka gulungan. Awalnya terbalik, lalu dibetulkan untuk diperiksa. Isinya mengerikan. Jika sesuai fakta, kaburnya Zhuge Chi dulu hampir pasti terkait anaknya sendiri.
Dalam hati dia sepenuhnya sadar, kemungkinan besar ini benar. Murka membara, hampir ingin menyobek-nyobek hidup-hidup si Binatang Celaka itu!
Dia menempatkan Lan Ming di sini agar jauh dari kekacauan di Tanah Suci, ingin memberi akhir bahagia. Sudah diingatkan berkali-kali, tapi si brengsek ini tetap membangkang, berani berbuat licik di belakangnya. Jika ini bisa ditolerir, lalu apa yang tidak?!
Meski geram, matanya menyapu delapan orang itu, menggoyang-goyangkan barang di tangan. "Konyol! Ini bisa buktikan apa? Bisa saja kalian berdelapan yang mengatur tipu muslihat!"
Du Wuxu melambaikan tangan. Li Zhengfa yang gemetar ketakutan muncul, bersama gerombolan penjaga Pavilion Tak Bertepi yang babak belur. "Licik atau bukan, kau sendiri yang tahu. Semua saksi sudah di sini. Jika tak percaya, bawa pulang dan interogasi sendiri!"
Lan Daolin mengamati para saksi dengan tatapan dingin, lalu menatap delapan wajah itu. "Jika tak ada hantu dalam hati, mengapa tak memberitahuku?"
Du Wuxu: "Bisa sembunyikan darimu? Kau pasti datang. Buat apa diberitahu?"
"Wu Chang!" Wu Chang sedikit memiringkan kepala, pandangannya melirik wajah Lü Wushuang, tiba-tiba membentak Lan Daolin: "Lan Daolin, katakan, kepada siapa Buah Tanpa Batas di Taman Tak Terbatas diberikan?"
Begitu kata-kata ini terucap, beberapa orang lainnya spontan menatapnya.
Lan Daolin menuding dengan marah, "Wu Chang, apa maksudmu ini?"
Wu Chang: "Buah Tanpa Batas bukanlah benda yang bisa dicuri sembarang orang. Bagaimana Zhuge Chi bisa mencapai tahap Yuan Ying? Kalian berdua ayah dan anak pasti sudah sepenuhnya menyadarinya!"
Buah Tanpa Batas dicuri? Li Zhengfa dan yang lain diam-diam mengerikan, baru saat ini mereka mendengar kabar tersebut.
Lan Daolin menggeram marah: "Pasukan Yā Jiāng di bawah pohon itu adalah buatanmu. Selain kau, tak ada yang bisa mendekati tanpa jejak. Menurutku kau ini Pencuri Berteriak Kejar Pencuri!"
"Takkan kubiar kau menyangkal!" Wu Chang mendengus, tubuhnya diselimuti kabut hitam, tiba-tiba menghilang.
Dua siluet manusia bertabrakan seketika, angin kencang berkecamuk. Tanpa sepatah kata lagi, Wu Chang dan Lan Daolin telah terlibat pertempuran sengit.
Tanah retak, batu berterbangan, gemuruh ledakan menggema. Li Zhengfa dan yang lain mundur terkejut.
Dari tanah ke udara, dua siluet manusia bergerak cepat saling serang. Teriakan Wu Chang bergema dari langit: "Penjahat ini punya niat jahat, bukti kejahatannya jelas. Apa lagi yang kalian tunggu?"
Tujuh orang di bawah saling pandang, akhirnya syuut-syuut melesat ke angkasa. Delapan orang seketika membentuk aliansi, mengepung dengan kegilaan.
"Mau memfitnah pasti ada alasannya!" Lan Daolin yang terus-menerus menggeram meliuk bagai awan mengalir dan Bayang-bayang, berputar di antara delapan lawan. Postur tubuhnya yang brilian membuat mereka sulit menahan.
Sembilan Orang di langit dan bumi, kegaduhannya bagaikan kiamat.
Jembatan-jembatan indah Pavilion Tak Bertepi yang membentang di atas Danau Tian, hancur berkeping-keping seolah rapuh seperti ranting kering. Ke mana Sembilan Orang itu menyerang, ke situlah kehancuran terjadi.
Mereka yang tak sempat menghindar terluka atau terhempas angin kencang. Sisa energi pertarungan ini mustahil ditanggung orang biasa.
Situasi kontrol sementara Pavilion Tak Bertepi langsung berantakan total. Belum pernah ada perkelahian sehebat ini. Semua panik, takut jadi korban tak bersalah, berhamburan kabur menciptakan kekacauan.
Para pengepung hanya memincingkan mata pada Lan Daolin. Saat ini mereka ingin membunuhnya, tak peduli pada yang lain.
Lan Daolin segera tak sanggup lagi. Sosoknya yang seperti bayangan awan mengintai di antara delapan lawan tiba-tiba terjun menyelam ke Danau Tian.
Delapan siluet mengejarnya. GEMURUH! Air danau meledak, pilar air menyembur ke langit. Tanggul tinggi di sekelilingnya ambruk diterjang gelombang dahsyat.
Di bawah kekuatan yang mengguncang langit-bumi, Pavilion Tak Bertepi lenyap tak berbekas. Bangunan megah itu musnah selamanya di gurun tak berujung, menyisakan danau.
Arus bawah danau bergolak ganas. Tak lama kemudian segalanya menjadi tenang.
Di tengah gurun luas yang ditiup angin sepoi-sepoi, tiba-tiba terdengar suara "Brak!" yang menggema. Pasir beterbangan ke langit saat sosok seseorang melesat keluar dan terbang menjauh—tak lain adalah Lan Daolin.
Setelah waktu yang cukup lama, aliran bawah tanah kembali menggeliat di danau yang tenang. Makhluk raksasa yang terbekukan dalam es mulai mengapung ke permukaan.
Ibu Salju berdiri di atas tubuh naga Jiao yang membeku, tongkatnya menancap di otak makhluk itu. Dua ekor Jiao lainnya juga telah terbunuh, namun tenggelam ke dasar danau.
Tak lama kemudian, Wu Chang dan yang lain muncul ke permukaan satu per satu. Kedelapannya saling memandang, lalu menggelengkan kepala serentak.
Kedelapan orang itu bersekongkol mengejar hingga ke kedalaman danau. Mereka menemukan terusan air yang sangat dalam, berkelok-kelok ke arah tak diketahui. Tiba-tiba tiga ekor Jiao menyergap dari dalam air.
Meski bukan tandingan mereka, tiga Jiao itu memiliki kekuatan tak terbatas di habitat air. Gangguan dari makhluk-makhluk ini membuat mereka kehilangan jejak Lan Daolin.
"Sudah terlanjur bertindak, jangan biarkan dia kabur mudah-mudahan. Tinggalkan dua orang untuk berjaga di sini, yang lain menyisir area sekitarnya. Bagaimana pendapat para hadirin?" Du Wuxu bertanya.
Kedelapan pasang mata itu saling berpandangan. Setelah mencapai kesepakatan, mereka segera melaksanakan rencana tersebut.
……
Di pintu masuk Tanah Suci, Lan Daolin tiba-tiba muncul. Ia menerobos masuk ke kawasan sakral itu, menghampiri Perkebunan Shouque. Setelah menemukan pasukan dari Tanah Suci Langit Biru, dia meminjam alat tulis dan menulis surat dengan tangannya sendiri, lalu memerintahkan kurir untuk segera mengantarkannya.
Setelah itu, dia kembali melesat pergi dengan cepat, menuju Tanah Suci Da Luo.
Begitu tiba, Tanah Suci Da Luo langsung berhamburan tak karuan. Lan Daolin tanpa bicara langsung membantai habis-habisan, akhirnya mencekik leher Luo Fangfei dan menculiknya terbang ke udara.
"Ahem..." Sha Rulai yang terjatuh tersedak mengeluarkan beberapa tetes darah.
