Kawanan Kupu-kupu Luocha yang terus bertambah telah menutupi pandangan. Wu Chang, Ibu Salju, dan Mu Lianze yang sedang membersihkan rintangan bergegas mendekat, bermaksud membantai Saint Luo Cha sesuai instruksi Yuan Se.
Namun saat mereka mengusir kupu-kupu penghalang dan melihat Yuan Se yang kehilangan satu mata, mereka terkejut.
Sembilan Santo memiliki keahlian masing-masing. Dalam pertarungan sebelumnya, Yuan Se yang bertubuh gemuk ini terkenal sulit dikalahkan bahkan oleh Delapan Santo sekalipun. Tapi hari ini mata sang abadi ternyata bisa dicungkil.
Dengan melambaikan tangan menyapu Yuan Se yang menghantuinya, mata tunggal melihat kedatangan ketiga orang. Di matanya berkedip dendam, tiba-tiba mengusir Kupu-kupu Luocha yang menukik dari atas, melesat ke langit. Dengan tubuhnya yang tak bisa ditaklukkan, ia menerobos barisan musuh tanpa peduli, akhirnya berhasil kabur.
Bagi dirinya, kondisi tubuh saat ini sudah memburuk. Yang paling berbahaya bukanlah Kupu-kupu Luocha di sini, melainkan gerombolan orang yang datang bersama komplotannya.
Sementara ketiga orang yang tersisa terus membantai Kupu-kupu Luocha pengepung, mereka melirik sekeliling. Saint Luo Cha sudah lenyap, entah ke mana. Di tengah gelombang gila Luo Cha ini, mencari lagi akan sulit.
Merasakan Yuan Se telah kabur, ketiganya bahkan tak perlu berdiskusi. Dengan reaksi serempak, mereka menghujani serangan dahsyat, mengusir penghalang dan melepaskan diri.
Tiba-tiba, Saint Luo Cha muncul dari kerumunan Kupu-kupu Luocha penghalang yang berjejal, menghentikan Mu Lianze. Pertempuran heroik pun pecah.
Mendengar gemuruh pertempuran, Wu Chang dan Ibu Salju berbalik arah. Membuka jalan darah dengan pembantaian, mereka ingin bersekongkol menghabisi Saint Luo Cha.
Melihat keduanya muncul, Saint Luo Cha yang sedang bertarung segera melompat mundur, kembali menyelip ke dalam lautan Kupu-kupu Luocha yang membanjir.
Ketiganya menghujani pembantaian. Sekali serangan meluluhlantakkan puluhan Kupu-kupu Luocha. Mereka berusaha membelah barisan untuk mengejar.
Tapi di mana bisa melihat bayangan Saint Luo Cha? Di mana-mana terdengar suara terbang, mustahil menggunakan kemampuan mendeteksi lewat pendengaran untuk menentukan jejak Saint Luo Cha. Selama Saint Luo Cha bersembunyi di tengah kerumunan Luo Cha, entah terbang ke atas, turun ke bawah, atau menghindar ke kiri-kanan, kekacauan dan kebisingan yang menyelimuti mata membuat target sama sekali tak bisa dikunci.
Bagaimanapun ketiga orang ini menerobos dengan kasar, seolah-olah selamanya terjebak dalam gelombang Luo Cha tak berujung. Tak terbayangkan berapa banyak Kupu-kupu Luocha yang berkumpul di tempat ini. Ini agak mirip dengan "Batas Kegelapan Tak Berujung" yang digunakan Wu Chang, dan di sini adalah wilayah Luo Cha.
Ketiganya paham, terus begini bukanlah solusi. Seberapa tinggi pun tingkat kultivasi, takkan sanggup menanggung konsumsi tenaga magis yang tak henti-hentinya ini. Begitu tenaga magis habis, bisa-bisa mati di tangan siluman yang bahkan tak dianggap sepadan ini.
Berbeda dengan manusia, mungkin jika semua kultivator dunia bersatu seperti ini, bahkan Sembilan Santo akan kewalahan. Tapi manusia punya kepentingan pribadi dan ketakutan, takkan semua berani mati-matian melawan sampai titik darah penghabisan.
Melihat kesempatan menghabisi Saint Luo Cha sudah hilang, ketiganya tak lagi bergulat. Tak ada gunanya lagi bertahan, mereka mulai menerobos untuk pergi.
Tapi tiba-tiba Saint Luo Cha muncul lagi, kembali menyerang Mu Lianze dan berhasil menghentikannya.
Begitu mendengar suara perkelahian, Wu Chang dan Ibu Salju kembali mengusir penghalang dan bergegas membantu. Namun begitu keduanya muncul, Saint Luo Cha kembali menyamar di antara kerumunan Luo Cha dan menghilang lagi.
Saat upaya menerobos kembali terhalang, Mu Lianze sekali lagi dihadang oleh Saint Luo Cha. Kali ini, Wu Chang secara mengejutkan menghancurkan rintangan dan langsung menuju Ibu Salju sambil berseru, "Coba sekali lagi terakhir kali!"
Ibu Salju mengangguk, lalu bersama-sama melancarkan serangan mematikan untuk kembali.
Namun tiba-tiba, Wu Chang yang sedang melambai-lambaikan tangan mengusir gangguan tiba-tiba menyerang. Bayangan telapak tangan raksasa mengerikan menyemburkan Telapak Api Kegelapan Pemusnah yang langsung menyasar Ibu Salju.
Braak! Ibu Salju yang tak sempat bereaksi mencoba membalas dengan tongkatnya secara panik. Getaran dahsyat membuatnya menyemburkan darah biru dari mulut, tubuhnya terlempar masuk ke dalam pusaran Kupu-kupu Luocha dan terkubur.
"Wu Chang!" raungan pilu Ibu Salju bergema.
Dengan wajah datar, Wu Chang berbalik sambil menghujani serangan magis, menerobos jalan dengan kekuatan menghancurkan!
Ia sadar kekuatannya sendiri tak cukup untuk membunuh Ibu Salju, maka membantu Kupu-kupu Luocha - melihat apakah makhluk itu punya cukup berkah.
Jelas terlihat, Saint Luo Cha hanya menyerang Mu Lianze dari trio mereka, seolah memusatkan seluruh kebenciannya. Dengan melumpuhkan Ibu Salju dan menyisakan dua target untuk Saint Luo Cha, itu sudah cukup baginya untuk kabur.
Tentu, ini hanya sebagian alasannya.
Dengan kematian Zhangsun Mi, jika Mu Lianze dan Ibu Salju juga tewas di sini - meski gagal merampas harta Istana Shang Song atau membunuh Saint Luo Cha - kematian lebih banyak anggota Sembilan Santo tetap menjadi kabar baik.
Kedalaman kemampuan Saint Luo Cha sudah teruji, meski keluar dari Butterfly Dream Realm ke dunia luar, sulit menimbulkan ancaman yang berarti.
Menghadapi gangguan tiada henti, kecepatan kabur Mu Lianze memang terhambat, ditambah lagi dengan halangan dari Saint Luo Cha, sementara dirinya tak bisa menghabisi Saint Luo Cha dengan cepat, ia merasa seperti terjebak dalam lumpur yang sulit melepaskan diri.
Melihat Wu Chang dan Ibu Salju tak lagi muncul membantu, segera menyadari - berdasarkan pengalaman bertahun-tahun bergaul dengan mereka - dirinya rupanya dijadikan umpan oleh pihak lain untuk memperlambat upaya kabur Saint Luo Cha.
Menghadapi gangguan tak berkesudahan dari ribuan Kupu-kupu Luocha, hati Mu Lianze dipenuhi ketakutan, sudah lama tak merasakan kengerian akan kematian yang sedemikian dekat.
Ia melihat kilau kedinginan dan niat membunuh di mata Saint Luo Cha!
Mengapa Saint Luo Cha begitu ngotot mengejarnya? Ia sudah menebak alasannya: karena telah mematahkan sayap belakang lawannya, membuat Saint Luo Cha tersinggung habis-habisan. Saint Luo Cha kini mengawasinya ketat, mungkin mengabaikan yang lain, tapi takkan melepaskannya!
Terisolasi tanpa bantuan, tak bisa kabur, keputusasaan itu memaksanya berteriak sambil mempersiapkan sihir saat bertarung dengan Saint Luo Cha: "Wu Chang, Ibu Tua Siluman!"
Tak ada jawaban. Tak ada respons dari Wu Chang maupun Ibu Salju. Penyesalan, sesal tiada tara, menyesali kesombongan yang membuatnya datang ke tempat ini!
Menyesal sudah serakah, tidak seharusnya menginginkan Istana Shang Song, keserakahan sesaat ini malah membuatku terjerumus dalam bahaya!
Ibu Salju yang terluka parah mana sempat memikirkan dia, dia tidak punya ketahanan seperti Yuan Se. Serangan tiba-tiba Wu Chang hampir membuatnya kewalahan menghadapi gerombolan Kupu-kupu Luocha yang berhamburan ingin menyobek-nyobeknya hidup-hidup. Rambutnya sudah terurai berantakan, pakaiannya compang-camping.
Dengan kondisi compang-camping, dia turun ke tanah, tidak kabur lewat udara. Lukanya cukup parah. Menghadapi gelombang Luocha yang tak bertepi ditambah keberadaan Santo Luocha, dia harus mencari jalan keluar yang paling aman.
Dalam gemuruh pertempuran di tanah, akhirnya ditemukan sungai yang terlihat dari udara sebelumnya. Melompat ke sungai, tongkat sihirnya menghantam air. Tiang air raksasa melesat ke langit, seketika membeku menjadi pilar es, membekukan gerombolan Kupu-kupu Luocha yang menyerbu.
Tubuh Ibu Salju menyatu dengan es, berubah menjadi cahaya biru yang menghilang mengikuti arus air.
Braak! Pilar es membuka retakan. Gerombolan Xue Luosha mengepakkan sayap membuyarkan es, mencari dengan cepat di atas sungai - jejak Ibu Salju sudah hilang.
Di udara, Wu Chang yang nekat menerobos akhirnya berhasil keluar dari gelombang Luocha yang tak berujung. Tapi dilihatnya dari kejauhan, kupu-kupu Luocha yang terus berdatangan masih berduyun-duyun menuju tempat ini.
Wu Chang mempercepat dan melesat ke udara. Tanpa halangan, kecepatan udaranya tidak tertandingi oleh gerombolan Kupu-kupu Luocha yang mengejarnya.
Di belakang, gerombolan Kupu-kupu Luocha terus memburunya. Di depan, lebih banyak Kupu-kupu Luocha terbang menghadang, namun semua berhasil dilewati dari ketinggian, meninggalkan para penghalang yang terus bermunculan.
Ribuan aliran cahaya bagai tirai awan mengejarnya, atau seperti gunung raksasa yang mendorong, tak henti-henti mengejar. Wu Chang yang sesekali menoleh pun mengaku ini pertama kalinya menyaksikan pemandangan spektakuler di Butterfly Dream Realm...
Diteror tanpa henti oleh Saint Luo Cha dan pasukan Kupu-kupu Luocha, Mu Lianze dengan tenaga magis yang terkuras akhirnya sampai di ujung jalan.
Berpakaian compang-camping dengan tubuh penuh cakaran, Mu Lianze menatap cakar tajam yang menembus hatinya. Senyum sinis mengembang, "Sepanjang karirku, tak kusangka akan tumbang di tempat seperti ini!"
Saint Luo Cha tak mengerti dan tak ingin tahu maksudnya. Prak! Cakar lainnya menusuk wajahnya. Tubuh Mu Lianze ditarik paksa, mulut berdarah dengan taring menganga menyergap lehernya, menghisap darah dalam tubuhnya dengan lahap.
Setelah melepaskan gigitan, Saint Luo Cha memuntir kepala di tangannya. Kedua tangan dilecutkan, mayat dan kepala terbang ke dua arah.
Gerombolan Kupu-kupu Luocha berebut merobek-robek jenazah itu hingga menjadi serpihan.
Di sekeliling tidak ditemukan target pengejaran dan pengepungan, kupu-kupu Luocha tak terhitung beterbangan ke segala arah, aura gemuruh dan heroik berangsur memudar.
Saint Luo Cha dengan sayap belakang yang lemas terkulai di punggung, memandangi arah kaburnya penyerbu sambil melayang di udara. Tidak mengejar, tenaga untuk mengejar pun sudah habis. Pola perak di wajahnya berangsur memudar, seluruh tubuhnya tiba-tiba goyah bagai akan terjatuh. Kedua matanya terpejam lemas, lalu ia terjatuh tiba-tiba dari langit.
Terluka terlalu parah akibat serangan berturut-turut dari Lima Santo. Jika bukan karena sudah tidak kuat bertahan, Saint Luo Cha pasti akan menghadapi sendiri. Tidak akan mengorbankan begitu banyak kerabat untuk bertarung. Ini juga karena tak ada cara lain menghadapi realitas kejam...
Niu Daomei dan kedua rekannya telah bersembunyi di ruang bawah tanah. Tidak ada pilihan, jumlah kupu-kupu Luocha terlalu banyak. Begitu banyaknya sampai memadati Kota Terlarang. Bersembunyi di dalam ruangan sudah tidak mungkin, pasti akan ketahuan jika tetap di situ. Terpaksa mengungsi ke bawah tanah.
Setelah bersembunyi beberapa lama, mendeteksi bahwa di atas sepertinya sudah tidak ada suara gemuruh, Yun Ji yang pertama naik untuk menyelidiki. Kemudian kembali dan melapor: "Sebagian besar kupu-kupu Luocha di luar sepertinya sudah pergi jauh."
Memang telah pergi jauh, berhamburan mengejar para penyerbu.
Ketiganya baru berani keluar dari dalam tanah, diam-diam muncul di antara reruntuhan sambil terus waspada karena di udara masih sesekali terlihat kupu-kupu Luocha terbang melintas.
Sementara seluruh Kota Terlarang pada dasarnya telah berubah menjadi reruntuhan. Terlalu banyak Kupu-kupu Luocha sebelumnya, bangunan di dalam kota tidak mampu menahan gempuran gelombang liar Luocha dalam skala sebesar itu. Meskipun Kupu-kupu Luocha tidak berniat menghancurkannya, tetap saja hancur.
Di sekeliling hanya tersisa tembok benteng yang kokoh. Di dalam benteng hanya ada puing-puing yang berserakan. Satu-satunya yang masih berdiri utuh adalah gedung logam berbentuk silinder itu, bangunan logam yang telah menyegel Saint Luo Cha selama ratusan tahun itu masih ada, terlihat sangat mencolok di antara reruntuhan.
Meskipun sesekali ada Kupu-kupu Luocha terbang di langit, dibandingkan sebelumnya suasana sudah jauh lebih tenang.
Di samping lubang dalam yang dibuat oleh Saint Luo Cha, jenazah Zhangsun Mi yang telah menampakkan wujud aslinya telah digali keluar dan dikoyak hingga hancur berkeping-keping.
Tiga individu yang sedang mengobservasi sekeliling pun tidak tahu bagaimana sebenarnya pertarungan Saint Luo Cha melawan Lima Santo. Bukan hanya karena mereka sudah bertarung menjauh, bahkan jika masih di lokasi, dengan begitu banyaknya Kupu-kupu Luocha yang memenuhi area, ketiganya yang takut terlihat mungkin tidak punya kesempatan melihat prosesnya.
"Lihat!" Yun Ji tiba-tiba berseru waspada.
Niu Daomei dan Xihaitang mengikuti arah telunjuknya. Di kejauhan terlihat tirai cahaya seperti kunang-kunang beterbangan sedang bergerak dalam formasi besar menuju ke sini.
