Tanpa dukungan kultivator, satu-satunya cara adalah menyerang duluan sebelum musuh mengirim kultivator mereka yang takkan bisa ditahan.
Dentuman senar busur bertalu-talu bagaikan meriam, hujan anak panah menyapu ke depan.
Pasukan pemberontak cepat-cepat mengangkat perisai. Sekelompok prajurit segera memasang papan kayu besar sebagai tameng di depan Gu Yuanda.
Dengan wajah tegang, Gu Yuanda bersuara berat: "Serbu!"
"Panah!" Perintah dari pihak pemberontak menggema. Pemanah mereka segera membalas dengan panah.
Korban jiwa berjatuhan di kedua belah pihak. Namun skala pasukan pemanah pemberontak jauh melampaui sisa Pasukan Pengawal yang hanya ribuan orang. Hasilnya bisa ditebak.
Di atas ruang aula, asap tebal sudah membumbung tinggi menyentuh awan.
Di dalam aula, dinding dan atap sudah dilalap api berkobar, bagai duduk tegak di dalam gua api, Hao Yuntu berkata: "Qingqing, sejak kau menikah, aku belum pernah melihatmu menari lagi. Menarilah, untuk memberi semangat pada para prajurit!"
"Baik!" Hao Qingqing melangkah anggun menuruni tangga, menuju pusat aula yang terus-menerus dilewati bara api. Tiba-tiba ia merentangkan tubuhnya seolah melepas lengan baju, gerakan tariannya yang lembut namun penuh tenaga dimulai.
Tubuhnya yang baru saja melahirkan terlihat sedikit berisi, menari sendirian.
Tapi siapa yang melihat? Semua prajurit sedang bertarung mati-matian di luar, tak ada yang punya waktu untuk melirik ke dalam.
Justru membuat kobaran api semakin dahsyat, sekaligus semakin menyinari tarian Hao Qingqing dengan cahaya yang mempesona.
Persediaan anak panah Pasukan Pengawal terbatas, kendi panah mereka cepat habis, terpaksa bersembunyi pasif di balik jeruji.
Melihat musuh kehabisan anak panah, seorang jenderal pemberontak mengayunkan pedangnya sambil berteriak: "Serbu!"
Sekelompok kultivator terbang melesat lebih dulu, diikuti teriakan pasukan besar dari belakang yang menyerbu seperti air bah.
Pasukan Pengawal yang bersembunyi di balik jeruji mencoba menghadang, tapi ditebas seperti sayur oleh para kultivator.
Huyan Wei yang sudah menghunus pedang nyaris melotot matanya. Tak bisa ditahan, mustahil dihadang! Ia hanya bisa menyaksikan bawahan tewas sia-sia, perasaan itu takkan dimengerti orang luar.
Mendengar jeritan kesakitan dari luar aula, melihat Huyan Wei yang mendorong perisai dan berdiri di depan pintu, Hao Qingqing menitikkan air mata deras, tariannya berputar semakin cepat.
Menyaksikan seorang kultivator menyelinap mendekat untuk menyerang, Huyan Wei yang menggeram menggenggam erat pedang dengan kedua tangan.
Saat dia hendak bertarung mati-matian, tak disadarinya para kultivator di sekitar Gu Yuanda tiba-tiba menengadah ke langit.
Seseorang datang mengendarai kendaraan tunggangan terbang di angkasa, bentrok dengan kultivator pemberontak yang sedang berpatroli. Tiba-tiba, sesosok figur terjun dari langit.
Braak! Bubungan atap jebol, kilatan pedang menyambar dari sosok itu. Darah berceceran—dengan sekali tebas, kultivator yang menyerang Huyan Wei langsung terbelah dua!
Pendatang itu mendarat keras, batu paving di tanah remuk berantakan.
Huyan Wei yang mengibaskan puing-puing jatuh mendapati sosok tinggi besar berambut pendek telah melindunginya.
Orang itu menoleh, menatap Huyan Wei: "Kamu tidak apa-apa?"
Huyan Wei tertegun, lalu berseru gembira: "Kenapa kamu datang?"
Tamu tak terduga itu adalah Yuan Gang. Sebenarnya dia hendak ikut bala bantuan pasukan Qin untuk membantu, namun tiba-tiba mendapat kabar: ibukota sudah jatuh.
Yuan Gang panik. Meski tahu seorang diri tak bisa berbuat banyak, nekat dia terbang sendirian ke ibukota dengan kendaraan tunggangan terbang.
Pasukan bantuan sempat melarang, tapi tak sanggup menghentikannya.
Begitu tiba di langit ibukota, melihat asap hitam mengepul dari Kota Terlarang, segera datang ke tempat itu.
Dia hanya melihat area ini sedang dikepung terakhir, lalu menyambar untuk memeriksa. Tak disangka malah bertabrakan dengan Huyan Wei, akhirnya menyelamatkan nyawanya di saat genting. Jika tidak, dengan sedikit kemampuan bela diri Huyan Wei melawan kultivator itu, pasti sudah tewas.
"Datang menyelamatkanmu!" Jawaban Yuan Gang singkat. Melihat kultivator lain menyerbu, golok di tangannya berkelebat memenggal semburan energi pedang menggetarkan. Saat lawan mendekat, sekali tebasan liar seperti air terjun menyambar tiba-tiba.
"Ah!" Jeritan menyakitkan bergema. Penyerang itu kembali terbelah oleh goloknya.
"Siapakah ini?" Chang Linxian, Pemimpin Sekte Lingxu Fu, terkejut. Sebelumnya satu murid tewas masih bisa diterima, tapi yang baru menyerang adalah murid Pil Emas Tingkat Tinggi Lingxu Fu. Ternyata dipenggal satu tebasan saja, sungguh luar biasa!
Yang lebih mengagetkan, mata batinnya tak mendeteksi tanda penggunaan tenaga magis sama sekali.
Efek menggertak dari tebasan itu terlalu dahsyat. Kultivator yang hendak menyerbu justru takut mendekat.
Huyan Wei juga girang. Mendengar ini penyelamatnya, plus melihat pembantaian kultivator semudah memotong sayur, semakin bersemangat, "Kawan, aku tahu penilaianku tak salah. Ngomong-ngomong, kabarnya kau jadi Putra Suci Kegelapan? Bawa berapa kultivator?"
"Tidak membawa orang, Kegelapan tidak ikut campur dalam hal ini, hanya aku sendiri." Yuan Gang melindunginya sambil waspada terhadap sekeliling.
"Apa?" Huyan Wei kehilangan kata, dia berharap orang ini membawa pasukan untuk membantu mereka menerobos, ternyata cuma satu orang, melawan ribuan pasukan, apa gunanya!
Yuan Gang yang terus waspada bersuara berat: "Tempat ini tidak aman, ikuti aku ketat, aku akan bawa kau menerobos keluar!"
"Istriku dan kaisar mertua masih di dalam, bisakah kau bawa kami bertiga keluar?" Huyan Wei bertanya penuh harap.
Yuan Gang cepat-cepat menoleh, baru menyadari di dalam ruang aula api yang terbakar ternyata masih ada orang. Hao Qingqing tentu dikenalnya, gerakan tariannya di tengah kobaran api terlihat sangat tragis nan indah.
Hari ini baru dia tahu, wanita ini ternyata bisa menari, dan begitu mempesona.
Dia melihat kilatan air mata di mata Hao Qingqing, seketika terlintas bayangan ketika wanita itu dengan angkuhnya menatapnya: "Yuan Gang, aku menyukaimu!"
Hao Qingqing juga mengenalinya, di balik air matanya tersirat senyum getir, bayangan serupa tiba-tiba menghampiri pikirannya.
Tak disangka di saat berbahaya ini masih ada yang berani tampil membelanya. Rupanya lelaki ini masih mau datang.
Dulu sepertinya dia sangat menyukai pria ini, sering terbangun malam hari karena rindu yang tak tertahankan.
"Pikirkan keberanian darah saat menyatakan perasaan kekanakan dulu, bandingkan dengan dirinya sekarang—hanya bisa bilang bahwa pengakuan rasa waktu itu tak salah alamat, dan penilaianku tentang dirinya juga tidak meleset."
Sekejap itu, aura negatif pascamelahirkan yang membelenggunya tiba-tiba luruh. Senyumannya yang menangis tersedu-sedu memancarkan keindahan, seolah menemukan bahwa hidup tak sepenuhnya suram. Gerakan tarinya di tengah bara api yang berterbangan semakin terasa romantis.
Bagi sebagian orang, tindakan Yuan Gang mungkin terlihat bodoh. Tapi bagi setiap orang yang ditolongnya, inilah wujud nyata kemanusiaan yang bersinar!
Kaisar Hao Yuntu yang duduk tegak di tahta juga mengamati Yuan Gang. Meski tak mengenal pria yang muncul tiba-tiba ini, beliau menyadari bahwa orang ini sedang membantu dan punya hubungan dengan Huyan Wei.
Yuan Gang menyapu visinya ke kedua orang di aula itu. Darahnya berdesir—membawa tiga orang menerobos ribuan pasukan dengan kekuatannya sendiri mustahil! Apalagi dengan banyaknya kultivator di pasukan pemberontakan. Jangankan tiga orang, membawa satu orang saja melalui serangan segala penjuru sudah sulit terjamin keselamatannya.
Terus terang, bahkan dirinya sendiri belum tentu bisa lolos. Masuk ke dalam bahaya ini hanya mengandalkan keberanian darah yang takkan pernah membuatnya menyesal!
Tapi apa pilihannya? Kaisar Qi tak perlu dibahas. Yang pasti dia tak bisa membiarkan Huyan Wei meninggalkan istri tercinta!
"Bunuh!" Gerombolan pemberontakan berseru Ao Ao sambil menyerbu. Golok dan tombak berhamburan mengepung.
Yuan Gang yang menoleh tajam mengayunkan lengannya, membuat Huyan Wei tersandung mundur dan menabrak tembok, kilatan pedang di tangannya terus memenggal.
Di antara jeritan kesakitan, golok dan tombak dari segala penjuru yang menusuk tubuhnya ternyata tak bisa menembus, Yuan Gang memutar pedang besarnya dan menebas, darah memercik, sekujur tubuhnya dikelilingi pemberontak yang roboh, benar-benar seperti memotong sayur.
Pasukan Pengawal hampir habis terbantai, pemberontak terus menerjang seperti air bah, Yuan Gang bertahan di depan ruang aula, mengayunkan pedangnya dengan liar, siapapun yang mendekat akan tewas!
Huyan Wei di sampingnya mengayunkan pedang secara sembarangan dan berhasil merobohkan beberapa orang, ternyata masih punya sedikit kemampuan bela diri.
Gerombolan pemberontak akhirnya tak berani lagi mendekat, Yuan Gang yang sudah menjadi manusia darah mengayunkan pedangnya, membuat pemberontak di tangga panik mundur.
Di bawah tangga, sekelompok pemanah menerjang ke depan, terdengar teriakan "Panah!", anak panah menghujani seperti hujan.
Yuan Gang terus mengayunkan pedangnya, hanya melindungi bagian vital seperti mata, anak panah yang mengenai tubuhnya berjatuhan, tiba-tiba ia merasakan keanehan, menoleh cepat dan menemukan Huyan Wei tersedak darah di mulut-hidungnya, sudah jatuh tertancap anak panah seperti landak.
Ia berusaha mati-matian melindungi Huyan Wei, dalam kekacauan tak sempat memperhatikan pemanah di sayap kiri-kanan yang menyelinap dan melepaskan panah.
Ini juga situasi yang sering terjadi di bawah pengepungan kekacauan perang, serangan datang dari segala arah, benar-benar tak terantisipasi.
Dalam kondisi seperti ini tidak segera pergi, jelas mencari maut. Tapi menghadapi tiga orang, Yuan Gang sesaat tak terpikirkan cara yang baik.
Yuan Gang berbalik menerjang, membelakangi anak panah yang beterbangan, melindungi Huyan Wei yang terjatuh. Begitu melihat lukanya, langsung tahu dia tak akan selamat.
Hao Qingqing yang sedang menari di dalam aula melihat suaminya tumbang, sudah menangis tersedu-sedu.
Huyan Wei yang tersedak darah tersenyum sinis, terengah-engah, "Sakit! Sakit... Aku mati rasa! Saudara, aku tidak mau berakhir begini, juga tak mau jadi hebat. Tapi ayah selalu menghukumku dengan hukum keluarga, memaksaku maju. Jenderal sulit hindari kematian di medan perang, sejak kecil aku tahu. Tapi tak bisa hindari, bahkan mimpi pun tak kusangka suatu hari akan jadi komandan Pasukan Pengawal Qi. Ini namanya urusan kacau apa!"
Mengangkat tangan mencengkeram kerah baju Yuan Gang kuat-kuat, air mata mengalir, "Sialan, aku tak mau jadi pahlawan! Aku juga takut! Aku punya kesempatan kabur, tapi kakak pertama dan keduaku pahlawan. Kalau aku lari, takut nodai reputasi yang mereka tukar dengan nyawa. Siapa tak mau hidup? Tapi aku ingin lari tapi tak berani. Sungguh seribet!"
Dari dalam aula, Hao Qingqing tiba-tiba berteriak sambil menangis: "Goblok! Di kehidupan berikutnya aku tetap akan menikahimu!"
“Jangan! Menikahimu sial delapan kehidupan, di kehidupan berikutnya aku akan menghindar sejauh mungkin…” Suara Huyan Wei melemah, tangan yang mencengkeram kerah baju Yuan Gang mulai mengendur, tiba-tiba digoyang-goyangkan kuat-kuat. Lehernya menggeliat sambil tersedak darah: “Kaisar sendiri yang mencari maut, aku temani nyawanya. Keluarga Huyan sudah cukup setia padanya, tak perlu ikut campur. Selamatkan… ibu anakku… bawa pergi istriku…” Kepalanya miring, tak ada suara lagi.
Di tengah hujan panah yang begitu rapat, orang itu masih bertahan. Para kultivator di luar terkejut, manusia macam apa ini?
Mata memerah, Yuan Gang tiba-tiba menengadah. Melihat Hao Qingqing menari sambil terisak di tengah bara api beterbangan, dia bangkit dan menerobos masuk.
Tepat di saat itu, balok horizontal raksasa membara menghantam. Ditangkisnya dengan golok, tapi tetap tak sempat menyelamatkan.
Atap yang terus dihujani panah akhirnya ambruk total. Bergemuruh seluruh struktur ambruk menimpa, menguburkan perempuan yang menari sambil tertawa getir di aula dan sosok di singgasana.
Seluruh istana runtuh. Hujan panah pun berhenti.
Pasukan pemberontak memandang aula yang membara. Saat debu mulai reda, kilatan pedang terpantul dari cahaya api. Siluet seseorang berdiri membisu di tepi lautan api dengan golok di tangan.
