Bagi dunia yang dikendalikan Tujuh Santo, memanfaatkan SDM untuk urusan kecil seperti ini sama sekali bukan masalah.
Pertempuran baru saja berhenti. Tujuan trio guru-murid Dokter Hantu adalah mencari mata untuk transplantasi yang cocok saat ini - jenazah yang tertunda terlalu lama tak bisa digunakan, harus cepat-cepat.
Yan Baoru dan Guo Man ditinggalkan oleh Wu Xin, ditugaskan menjaga rumah.
Meskipun sudah berkoordinasi dengan pihak rumah uang, secara prinsip seharusnya tidak ada anggota pasukan pemberontak yang berani menerobos paviliun kecil ini, tapi tetap menyisakan dua orang sebagai persiapan antisipasi risiko.
Menjelang senja, tiba-tiba anggota Piao Miao Ge datang mengunjungi, hanya untuk satu hal: langsung membawa pergi Shao Liuer.
Hao Zhen dan yang lain merasa cemas, tidak tahu maksud Piao Miao Ge tiba-tiba membawa Shao Liuer di tengah situasi kacau balau di ibu kota Qi ini.
Wu Xin yang sedang sibuk membersihkan jenazah di dalam kota, kemudian menerima surat berisi perintah untuk tidak menyebarkan kabar penangkapan Shao Liuer, jika tidak akan menerima jenazahnya. Surat itu juga menyatakan akan menghubunginya kembali.
Surat tersebut berulang kali mengingatkan: Jika berani membocorkan informasi, satu-satunya yang akan dilihat adalah mayat Shao Liuer.
Wu Xin yang langsung meninggalkan pekerjaannya langsung kabur, melarikan diri di bawah pengawasan Dokter Hantu dan Wu Xiang.
Wu Xin bergegas kembali ke paviliun kecil untuk memverifikasi situasi...
Dalam kelamnya malam, Niu Daomei berdiri dengan tangan di belakang di puncak gunung, memandangi kerlip lentera di ibukota Qi yang jauh.
Yun Ji diam-diam menemaninya, mendengar gemuruh suara serangga yang bergema di sekitar pegunungan.
Sejak tiba di senja hari, mereka sudah mengetahui bahwa pertempuran telah usai. Tembok ibu kota dikawal ketat oleh pasukan pemberontak, arus keluar-masuk sulit. Ditambah operasi penggeledahan di dalam kota, orang-orang bertopeng palsu sulit menyusup.
Keduanya harus menghindari pengungkapan identitas asli, terutama Niu Daomei.
Terpaksa membiarkan Yun Ji menyusup ke kota, menemukan mata-mata Gunung Wuliang yang ditempatkan di Qi Jing, dan meminta bantuan menyelidiki kondisi Yuan Gang.
Menunggu, terus menunggu.
Di tengah malam, akhirnya ada seseorang yang melesat datang, menghadap Yun Ji, sengaja mengabaikan Niu Daomei yang masih diperlakukan sebagai asisten Yun Ji di luar.
Yun Ji: "Jangan basa-basi lagi, katakan, apakah ada kabar tentang Yuan Gang?"
Orang yang datang menjawab: "Ada kabar. Setelah bertanya pada kenalan lama di pasukan pemberontak, Tuan Yuan dari Perkebunan Maolu ternyata muncul saat pemberontak menyerbu istana, bertempur bersama komandan pasukan penjaga istana Huyan Wei..."
Dia menjelaskan secara detail kondisi yang berhasil diselidiki.
Yun Ji melirik reaksi Niu Daomei, melihat anggukan halusnya, segera melambaikan tangan pada orang itu: "Baik, sudah tahu. Terima kasih kerja kerasnya, pulang dulu. Akan menghubungimu lagi jika ada keperluan."
"Ya!" Orang itu segera pergi.
Setelah orangnya menjauh, Yun Ji menghela napas: "Penilaianmu benar. Dari uraian ciri fisik dan kebodohan khas itu, pasti monyet itu. Ternyata dia memang datang ke sini, sampai harus kehilangan lengan. Dasar nekat!"
"Hm! Kehilangan lengan masih mending, nyawanya selamat saja sudah untung." Niu Daomei jelas-jelas menggertakkan gigi, menahan kekecewaan seperti besi yang tak bisa menjadi baja.
Yun Ji curiga, "Siapa gerangan orang berpakaian prajurit rendahan yang menyelamatkan Yuan Gang itu?"
Niu Daomei Hehe, "Siapa lagi? Yang bisa menyelamatkan seseorang dengan mudah dari sekelompok sesepuh tertinggi Tiga Sekte Besar Wei di tengah kerumunan pemberontak, kemungkinan besar adalah Lü Wushuang sendiri! Selain dia, aku tidak bisa membayangkan ahli lain yang akan turun tangan saat ini."
Di mata Yun Ji muncul kecemasan samar, benar-benar yang paling ditakuti terjadi. Jika benar Lü Wushuang, maka masalah besar akan datang, bertanya: "Jika orang itu benar-benar jatuh ke tangan Lü Wushuang, ingin mengeluarkannya seperti terakhir kali sepertinya mustahil. Tanpa bukti, dia tidak akan mengaku menangkap orang, siapa yang bisa berbuat apa?"
Niu Daomei menarik napas dalam-dalam, bersuara berat: "Pergi!"
Yun Ji bingung, "Ke mana?"
Niu Daomei berucap pelan: "Dia mencari Yuan Gang pasti untuk satu tujuan - seharusnya pergi ke gurun tak berujung!"
Segera, seekor kendaraan tunggangan terbang lepas landas dari kedalaman gunung. Keduanya mengendarainya menghilang dalam sinar bulan...
Pasukan pemberontak sedang mempersiapkan tatanan baru ibukota dan pertahanan kota, bersiap semalaman untuk menghadapi kedatangan pasukan pemberantas.
Wu Xin yang telah menyamar dan Yan Baoru tiba di tembok kota. Atas nama melaksanakan tugas untuk Yuan Se, dengan bantuan diam-diam petugas rumah uang, pasukan penjaga dan kultivator penjaga kota mengizinkan mereka keluar. Yan Baoru menggenggam lengan Wu Xin lalu terbang meninggalkan kota, menyelinap dalam gulita malam.
Desa berjarak belasan li di luar kota telah kosong menyambut perang. Rakyat biasa sudah kabur mencari perlindungan.
Di pintu masuk desa, seseorang muncul dan menghentikan Yan Baoru, menyuruhnya menunggu di situ, hanya mengizinkan Wu Xin masuk ke desa seorang diri.
Yan Baoru tampak sedikit cemas, namun Wu Xin menyilakannya untuk tetap tinggal.
Kemudian seseorang memandu Wu Xin masuk ke desa, membawanya ke sebuah permukiman terbesar di dalam desa.
Di bawah cahaya lentera dalam ruangan, seorang pria duduk tenang di samping meja. Melihat Wu Xin yang masuk, ia tersenyum, "Ya ampun, tak kusangka kau benar-benar datang."
Wu Xin dengan wajah tegang bertanya, "Kalian ini siapa sebenarnya?"
Pria yang duduk itu tersenyum halus, "Wajar jika tak mengenalku. Dalam keadaan biasa, aku bukan orang yang bisa kau temui semaumu. Perkenalkan, aku adalah mantan Tuan Pemilik Pavilion Tak Bertepi, Lan Ming!"
Pupil Wu Xin menyempit tiba-tiba, terkejut dan semakin bingung, "Mengapa Guru Lan menculik Permaisuri?"
"Orang kecil sepertimu memang tak akan paham cara kerja kami. Beberapa hal tak perlu kau ketahui terlalu banyak, cukup patuhi saja perintah..." Lan Ming bangkit, mendekati Wu Xin dan membisikkan sesuatu.
Ekspresi terkejut mulai terpancar dari raut wajah Wu Xin...
Di pintu desa yang diawasi, Yan Baoru yang melihat Wu Xin kembali dengan selamat menghela napas lega. Ia segera menyambut dan bertanya, "Guru, apa Anda baik-baik saja?"
Wu Xin menggelengkan kepala, "Tak apa, ayo pergi!"
Yan Baoru kembali mengantarnya ke ibukota. Di tempat yang sama, staf rumah uang bertugas menjemput. Setelah membawa keduanya masuk kota, kedua pihak pun berpisah.
Kembali ke halaman kecil, melihat Hao Zhen yang menunggu cemas, Wu Xin mendekat dan menghibur: "Wangye tenang, saya sudah membantu Wangye konfirmasi. Permaisuri untuk sementara aman, hanya Piao Miao Ge ingin memastikan beberapa hal. Nanti akan dikembalikan."
Hao Zhen bingung, "Masalah apa yang layak membuat Piao Miao Ge 'mengundang' orang?"
Wu Xin berkata: "Setelah Permaisuri kembali Wangye akan paham. Wangye, aturan kerja Piao Miao Ge seharusnya Anda tahu. Jangan mencolok asal bicara, nanti cari masalah."
Hao Zhen hanya bisa mengangguk pasrah, "Mengerti."
Wu Xin segera pergi, masuk ke apotek di belakang.
Dokter Hantu sedang memindahkan beberapa bahan peledak di apotek. Melihat Wu Xin diam-diam mendekat, ia menyipitkan mata: "Ngapain diam-diam pergi?"
Wu Xin sebelumnya menyembunyikannya karena takut Shao Liuer celaka. Kini terpaksa mengaku karena butuh bantuan guru: "Guru, Shao Liuer ditangkap..." Ia menceritakan kejadian Shao Liuer dibawa Piao Miao Ge.
Dokter Hantu tertegun, "Piao Miao Ge menangkapnya untuk apa? Masih ada urusan lain?"
Wu Xin menunjukkan ekspresi pahit: "Murid yang melibatkannya."
Dokter Hantu meletakkan barang di tangan, mengerutkan kening: "Apa maksud 'melibatkan'? Kenapa lagi urusan dengan Piao Miao Ge? Jelaskan jelas!"
Wu Xin kesakitan: "Sebenarnya bukan Piao Miao Ge yang menangkapnya. Ada yang palsukan identitas Piao Miao Ge."
Dokter Hantu bersuara berat, "Siapa yang berani macam-macam?"
Wu Xin: "Putra Lan Daolin, Lan Ming. Murid baru saja bertemu dengannya di luar kota."
"Ah!" Dokter Hantu terkejut, "Dia sudah memberontak terhadap ayahnya sendiri. Kapan kau berurusan dengan orang seperti Lan Ming?"
Wu Xin: "Bukan murid yang mencari masalah, tapi misi Guru sekarang sedang diawasi Lan Ming. Dia ingin mata salah satu pelayan setia Yuan Se, Yuan Fei..." Wajahnya muram menceritakan pertemuan dengan Lan Ming dan tugas yang dimintakan padanya.
Dokter Hantu bersuara tegas setelah mendengar: "Kau bercanda? Kau harus tahu, persaingan antara orang-orang itu bukanlah urusan kita. Saat terlibat, senjata sebesar ini jatuh ke tangan mereka, takkan bisa kabur lagi. Bukan guru tak mau bantu, tapi sungguh takkan bisa dan tak berani membantumu."
Wu Xin merendahkan badan, bersujud. "Murid sadar kesalahan, menyesal tak mendengarkan Guru. Kini tak hanya gagal membantunya, malah melibatkannya." Kepalanya menyentuh tanah, "Mohon guru membantu. Selama Guru mau turun tangan, murid bersedia pulang ke Lembah Obat dan belajar ilmu pengobatan dalam penyamaran!"
Dokter Hantu tetap diam dengan wajah tegang, mengawasi murid kesayangannya yang terus bersujud...
Di ufuk timur, putih keperakan seperti perut ikan mulai merekah.
Di tepian gurun tak bertepi, siluet manusia jatuh dari langit ke gunung batu.
Orang yang mendarat itu melemparkan sosok bertangan patah - Yuan Gang.
Bagian lengan patah telah dihentikan pendarahannya dengan metode menyegel titik akupunktur. Yuan Gang yang bertumpu perlahan dengan satu lengan untuk bangkit duduk tetap diam, raut wajahnya masih memancarkan kesuraman, belum sepenuhnya pulih dari keputusasaan gagal menyelamatkan pasangan Huyan Wei.
"Layakkah?" Prajurit rendahan yang menyelamatkannya tiba-tiba bersuara wanita, sambil menatap lengan patahnya.
Wanita? Yuan Gang tertegun, tersadar dari lamunan, menengadah dan bertanya dengan bingung: "Siapakah engkau sebenarnya?"
Prajurit itu mengangkat tangan ke belakang dan mencengkeram sesuatu. Bungkusan kain yang terselip di punggungnya terlempar ke udara lalu jatuh tegak lurus. Braak! Menancap di tanah dengan getaran bergema nyaring. Kain pembungkusnya terurai jatuh, memamerkan bilah pedang berkilauan di cahaya fajar dengan tiga ornamen harimau di punggung pedang!
Yuan Gang menatapi pedang itu lama, lalu perlahan menengadah memandang prajurit bercadar ini. Setelah itu, ia menoleh mendadak ke arah gurun tak bertepi di kejauhan.
Prajurit itu melepas helm kulitnya. Rambut sepanjang air terjun tergerai. Helm dilempar sembarangan, lalu tangan diangkat perlahan menarik cadar, melepaskannya hingga terbang tertiup angin.
Wajah cantik dengan aura dingin aristokrat, rambut panjangnya berkibar-kibar dalam helaian tipis di terpa angin, bermandikan cahaya fajar. Namun seluruh pakaian prajurit yang dikenakannya justru menciptakan daya tarik kontras. Dialah Lü Wushuang, satu dari Tujuh Santo yang masih tersisa di dunia!
Yuan Gang bangkit perlahan, tangan mencengkeram gagang golok Sanhou, matanya menatap tajam ke arahnya.
Lü Wushuang juga memiringkan kepala memandangnya, mata dinginnya memancarkan ekspresi rumit. Setelah Yuan Gang muncul di pasukan Luo Zhao, dia segera datang setelah menerima kabar.
Karena masalah jarak, saat menemukannya sudah terlambat.
Menyamar di antara pemberontak, dia menyaksikan langsung Yuan Gang menyelamatkan orang sendirian, juga melihatnya terpaksa mengkremasi jenazah saat tak bisa mengubah takdir.
Situasi berikutnya justru di luar perkiraannya: Yuan Gang tidak kabur, malah menyerbu ke tengah pasukan besar dan berjuang mati-matian untuk membunuh Gu Yuanda sebagai balas dendam.
Ketika melihat Yuan Gang menghadapi bahaya, dia ingin turun tangan namun terkendala sorotan ribuan mata. Baru saat nyawa Yuan Gang nyaris melayang, dia terpaksa menutupi wajah dan membawanya pergi ke sini.
