"Tidak terlihat lagi sosok siluman rubah," Luo Qiu mengacungkan lengan bajunya. Dua orang yang terbaring di tanah perlahan bangun.
Menyadari diri mereka terbaring di tanah, Sha Rulai dan Luo Fangfei terkejut. Setelah bangun dan melihat lingkungan sekeliling, mereka semakin kaget - Jalan Buntu Huangze?
Melihat Luo Qiu juga ada di situ, Sha Rulai menunjukkan mata melotak penuh kecurigaan.
"Ayah, apakah kita berada di Jalan Buntu Huangze?" tanya Luo Fangfei.
Luo Qiu mengangguk sebentar.
Luo Fangfei: "Untuk berburu siluman rubah?"
Luo Qiu kembali mengangguk perlahan, pandangannya pada putrinya terlihat agak rumit.
Luo Fangfei penasaran, "Ayah sendiri yang datang untuk memburu siluman rubah?"
Luo Qiu mendengus dengan sikap tidak membenarkan maupun menyangkal.
Luo Fangfei segera menemukan keanehan. Meneguk kedua tangannya, ia bertanya: "Ayah, kenapa tenaga magisku dibatasi? Bantu aku menetralkannya."
Luo Qiu berkata tenang: "Diamlah di sini."
Luo Fangfei tak puas: "Kalau Ayah tidak membuka batasan tenaga magisku, bagaimana aku bisa berburu siluman rubah."
Luo Qiu: "Tak perlu kau sendiri yang melawan. Minggirlah ke samping."
Luo Fangfei merajuk, berbalik lalu mendatangi Sha Rulai. Dengan pandangan penuh perasaan ia berkata: "Senior seperguruan, bantu aku menetralkannya."
Sha Rulai terdiam sejenak, baru berkata: "Tenaga magisku juga dibatasi." Makna tersiratnya jelas - tak ada cara untuk membantumu.
"Main ilmu setan apa ini?" gumam Luo Fangfei di belakang Luo Qiu dengan nada keluhan, tentu saja sedang menyalahkan Luo Qiu.
Ini hanya dia, jika diganti orang lain, siapa yang berani bicara seperti ini.
Namun hatinya besar, tidak menganggap serius. Melihat situasi ini, senior seperguruan hanya bisa diam bersamanya dengan patuh. Dia justru terlihat senang.
Sha Rulai mendekati Luo Qiu, mencoba bertanya, "Guru, apakah terjadi sesuatu?"
Luo Qiu dengan wajah datar, "Kau akan tahu saat waktunya tiba."
Mendengar ini, Sha Rulai tak bisa melanjutkan, hanya bisa diam dan mundur.
Dia bukan Luo Fangfei, tak memiliki kelapangan hati. Dalam hatinya, dia mulai menyadari bahaya yang mendekat, merasa dirinya mungkin dalam masalah kali ini.
Karena dia sangat paham apa yang terjadi. Meski tidak tahu kabar kematian Ibu Salju, komunikasi antara Niu Daomei dan Suku Rubah sebelumnya melalui tangannya. Dia tahu Niu Daomei sedang merancang jebakan untuk menyingkirkan Ibu Salju. Penangkapan mendadaknya oleh Wu Chang membuatnya sadar bahwa Wu Chang telah bertemu Yin Ji.
Fakta bahwa Luo Qiu bisa merebutnya kembali dari tangan Wu Chang berarti Luo Qiu telah mengetahui pertemuan antara Wu Chang dan Yin Ji.
Sebelumnya saat kembali ke Tanah Suci, tujuan seharusnya adalah ke Tanah Suci Da Luo. Tapi setelah sadar dari pingsan, dia justru berada di Jalan Buntu Huangze. Apa artinya ini?
Ini berarti Luo Qiu sedang menutupi sesuatu dari pengamatan orang.
Dengan kata lain, Niu Daomei dan kawan-kawan mungkin belum tahu bahwa dia telah dibawa ke Jalan Buntu Huangze, sehingga tak bisa segera melakukan intervensi atau upaya penyelamatan.
Alasan muncul di Jalan Buntu Huangze sudah jelas: untuk menyerbu Yin Ji.
Dia dan Luo Fangfei muncul di sini, hanya ada satu kemungkinan—juga karena Yin Ji. Apa yang Yuan Se dulu coba lakukan dengan menangkap Luo Fangfei, sekarang dilakukan sendiri oleh Luo Qiu.
Menggunakan Luo Fangfei untuk menekan Yin Ji bisa dimengerti. Sha Rulai kaget dengan alasan penangkapannya, semakin dipikir semakin ia sadar bahaya yang mengancamnya.
Beberapa hal sepenuhnya ia sadari, tapi tak bisa diungkapkan. Sekali terbongkar, semua akan ketahuan.
Juga tak bisa memberi tahu Luo Fangfei. Mengatakannya hanya akan memicu pertengkaran antara Luo Fangfei dan Luo Qiu. Dalam hal seperti ini, Luo Fangfei tak bisa mengubah keputusan Luo Qiu. Konsekuensinya bukan hanya sia-sia, tapi juga menimbulkan kecurigaan Luo Qiu padanya.
Ia hanya bisa berharap tebakannya salah, menunggu dengan pasrah hasil yang tak ingin dihadapinya.
Adakah sedikit ketakutan? Tentu ada.
Tapi ia juga tak berdaya. Dulu demi antisipasi risiko, Niu Daomei khusus menyuruhnya menghindar. Tapi tak menyangka Wu Chang bersusah payah menangkapnya.
Luo Fangfei sama sekali tak tahu apa-apa, girang seperti gadis kecil, berlari di antara ilalang sambil mengangkat rok, memetik bunga-bunga cerah untuk membuat karangan bunga di kepalanya.
Luo Qiu sesekali melirik, pandangan berwibawanya menyiratkan kerumitan.
Tak hanya untuk diri sendiri, Luo Fangfei membuat karangan bunga lain dan memberikannya ke Sha Rulai, "Senior, coba pakai ini."
Sha Rulai tersenyum paksa, melirik Luo Qiu, tiba-tiba memiringkan kepala ke arahnya sebagai isyarat, menyuruh Luo Fangfei memberikan karangan bunga kepada Luo Qiu juga.
Luo Fangfei patuh padanya, segera berlari girang, kembali menganyam karangan bunga, lalu menghampiri Luo Qiu sambil tersenyum, "Ayah, kuberikan ini untukmu."
Luo Qiu mengangkat tangan menghalangi, dengan ekspresi datar berkata, "Pantaskah ini."
Beliau Santo Da Luo yang terhormat, apa pantasnya memakai karangan bunga di kepala? Kewibawaan dan keseriusan ditinggalkan?
Tapi Sha Rulai kembali memberi isyarat dengan pandangan ke Luo Fangfei. Akhirnya Luo Fangfei bersikeras, menggenggam tangan Luo Qiu, memaksakan karangan bunga itu sambil merajuk, "Hadiah dari putrimu, isi hati putrimu, Ayah tidak boleh menolak."
Terpaksa menerima, Luo Qiu kehilangan kata. Matanya mengikuti sosok putrinya yang berlari girang, lalu menunduk memandang karangan bunga di tangannya - hadiah buatan tangan putrinya sendiri. Pipinya mengeras.
Di belakang, Sha Rulai diam-diam mengobservasi, berharap aksi Luo Fangfei bisa menyentuh sang Santo.
……
Surat telah sampai. Siluman rubah itu pun tak bisa langsung menyerahkan surat ke tangan Yin Ji yang sudah menjalankan instruksi Niu Daomei untuk menyamar.
Membaca isi surat batu di tangannya, Hei Yun cemas. Ingin berdiskusi dengan para kepala suku, tapi tak berani.
Niu Daomei mengatakan, di dalam Suku Rubah ada mata-mata. Alasan Kepala Suku tua menyembunyikan diri memang karena masalah ini. Niu Daomei berjanji akan secepat mungkin menyelidiki siapa mata-mata tersebut, baru setelah keamanan terkonfirmasi, Kepala Suku akan memulihkan hubungan dengan dunia luar.
Isi surat ini terkait masalah sangat penting, dia benar-benar tak bisa mengambil keputusan. Akhirnya dengan menggigit gigi, dia meninggalkan ruang bawah tanah dan langsung menuju tempat persembunyian Yin Ji.
Di kedalaman rawa-rawa, terdapat gua bawah tanah yang diterangi beberapa mutiara malam. Yin Ji sedang bermeditasi di sini.
Kedatangan Awan Hitam mengusik kedamaian tempat ini.
Setelah menerima surat Niu Daomei, Yin Ji yang sangat memahami Suku Rubah - berbeda dengan manusia, meski ada perselisihan internal, yakin tak mungkin ada pengkhianat. Dia anggap Niu Daomei terlalu khawatir, percaya sesukunya takkan mengkhianatinya.
Tapi Awan Hitam mulai khawatir. Dia pernah melihat kemampuan Niu Daomei. Karena peringatan itu, dia terpaksa melakukan antisipasi risiko.
Setelah berdebat panjang, Awan Hitam akhirnya berhasil membujuk Yin Ji untuk sementara menyembunyikan diri.
Namun Yin Ji tidak memutus semua hubungan eksternal. Dia khawatir tak bisa ditemui saat darurat, terutama setelah membunuh Ibu Salju, takut Tanah Suci akan balas dendam sehingga dia tak bisa melindungi sukunya. Satu saluran komunikasi tetap dipertahankan.
Dia tetap menjaga kontak dengan Awan Hitam. Yin Ji yakin Awan Hitam pasti bukan mata-mata. Awan Hitam juga tahu dirinya bersih, akhirnya menyetujui permintaan Yin Ji.
Tapi perintah Niu Daomei sebenarnya meminta Yin Ji memutus semua hubungan luar.
Dengan kata lain, pihak Yin Ji tidak mematuhi instruksi Niu Daomei.
Maka Yin Ji melihat surat ukiran batu yang dikirim Luo Qiu. Setelah membaca isi surat itu, wajahnya dipenuhi kemarahan, tangan menggenggam batu gemetar hebat.
Luo Qiu mengundangnya bernegosiasi dalam surat, di tempat yang sama dimana dia pernah menemui putrinya sebelumnya.
"Bukankah kau ingin bertemu putri? Luo Qiu bilang dia sudah membawa putri dan menantu laki-lakinya."
Luo Qiu menyatakan, sejak surat dikirim, batas waktu dua hari. Jika dia tidak muncul atau tak mau menyelesaikan masalah, dia akan membuat penyelesaian total.
Jika dia tak muncul dalam dua hari, Luo Qiu menjamin akan membunuh Luo Fangfei dan Sha Rulai, memutus semua hubungan antara dirinya dengannya!
"Bagaimana bisa kau seperti ini? Dia putrimu sendiri!" Yin Ji yang menggenggam batu itu menangis tersedu-sedu, lalu bangkit hendak pergi.
Hei Shi yang gelisah di samping langsung kaget, membentangkan kedua lengannya menghalangi. "Kepala Suku, jangan pergi! Ini pasti jebakan Luo Qiu untuk memancingmu keluar."
Saat menerima surat itu, dia sudah khawatir akan hal ini.
Tapi ketika surat itu tiba, dia tak bisa mengambil keputusan. Ini menyangkut hidup-mati putri dan menantu Kepala Suku, mana mungkin dia yang menentukan tanpa memberi tahu beliau.
Saat menerima surat, dia menyesal. Menyesal tak mendengarkan Niu Daomei. Andai saja tak tahu lokasi Kepala Suku, dia tak perlu dihadapkan pilihan ini.
Sekarang, dia tak bisa membiarkan Kepala Suku terjebak, tapi juga tak tega melihat putri dan menantunya mati. Sungguh dilema yang menyiksanya.
Yin Ji suara tersedu-sedu: "Xiao Hei, kamu minggir."
Hei Yun menggelengkan kepala, enggan melepas masuk, "Kepala Suku, tunggu sebentar. Kirim orang untuk menghubungi Niu Daomei, dia pasti punya cara. Pasti ada caranya!"
Ucapan ini bahkan tidak dipercayainya sendiri. Luo Qiu hanya memberi waktu dua hari. Sekalipun mengirim ahli Yuan Ying kabur dari Tanah Suci untuk menemui Niu Daomei, lalu menunggu reaksi penyelamatannya, sudah terlambat. Apalagi pengiriman batu pesan ini sudah memakan waktu lama.
Luo Qiu jelas sudah menghitung matang. Dia tahu wilayah Jalan Buntu Huangze sangat luas, siluman rubah di bawah tidak bisa terbang sehingga komunikasi sulit. Jika menunggu Yin Ji datang, waktu singkat mungkin tidak cukup. Karena itu dia menyisihkan waktu lebih longgar.
Yin Ji gelisah menggeleng, "Sudah terlambat."
Hei Yun panik, "Kepala Suku, itu kan putri Luo Qiu. Dia pasti sedang menipu kita. Tidak mungkin dia membunuh putrinya sendiri!"
……
Yun Ji memasuki ruang rahasia, melapor pada Niu Daomei yang sedang bersila bermeditasi, "Ada kabar dari Dokter Hantu. Sudah dipastikan Xiao Tianzhen membuang niat balas dendam. Mereka sedang dalam perjalanan pulang ke Lembah Obat."
Niu Daomei tidak membuka mata, berbisik pelan, "Beritahu Yuan Cong untuk mundur."
Dengan Guo Man sebagai koneksi dalam di sisi Dokter Hantu, pergerakan mereka tak bisa disembunyikan dari sini.
Bukan hanya Guo Man, dalam level tertentu Guo Man hanyalah puncak gunung es dari kekuatan Niu Daomei. Selama bertahun-tahun ini dia tidak hanya mengelola peristiwa besar yang terlihat, tetapi juga mengatur banyak urusan dedaunan di balik layar. Bisa dikatakan kekuatannya kini sudah sangat raksasa, jarang ada tempat di dalam maupun luar wilayah maupun Tanah Suci yang belum disentuh tentakelnya. Tanpa kekuatan sebesar ini, dia takkan berani sembarangan berhadapan langsung dengan Sembilan Santo.
Setelah mendengar rombongan Lembah Obat pergi ke Jin Zhou untuk membalas dendam Xiao Tianzhen, dia segera mengirim Yuan Cong untuk campur tangan. Dia tidak ingin ada keributan di internal Jin Zhou, lebih baik Jin Zhou tetap dikendalikan oleh kelompok Hai Ruyue.
Inilah salah satu tumpukan urusan dedaunan yang dia selesaikan di balik layar.
