Meski dalam hati memaki, tapi sesungguhnya semua Sembilan Santo saling tahu tabiat asli masing-masing. Siapa yang tidak ingin merebut nyawa yang lain ketika ada kesempatan?
Justru karena alasan ini, di mata mereka, kelompok Yin Ji hanya melakukan pemberontakan, sedangkan mereka sedang menekan pemberontakan.
Logika dasarnya sederhana: setidaknya para pemberontak ini hanya berani menyelinap-selinap, belum ada yang berani melawan mereka secara terbuka, apalagi berani bersekongkol untuk melawan bersama. Alasannya jelas—mereka belum memiliki kekuatan untuk menghadapi langsung. Kalau tidak, untuk apa repot-repot seperti ini? Tidak ada pekerjaan setelah kenyang?
Namun di antara Sembilan Santo sendiri, barulah tersembunyi bahaya terbesar!
Menyaksikan ayah dan anak saling membunuh, hati Yin Ji dipenuhi kesedihan tak terhingga. Kehilangan fokus sejenak, tubuhnya kembali terlempar oleh pukulan telapak tangan, darah segar menyembur dari mulutnya. Ia berusaha menyelam ke tanah untuk melarikan diri.
Tapi reaksi Lan Daolin lebih cepat. Dengan lompatan gesit, ia menghadang jalan pelarian di bawah.
Sruukk! Lan Daolin tiba-tiba melihat bayangan kabur—Luo Fangfei melayang di udara mengawasinya, ekor besar bergoyang lembut di belakangnya.
Saat kebingungan melanda Lan Daolin, Luo Fangfei sudah menyambar seperti hantu dengan cakar mematikan, seolah menjadikannya sasaran amarah, hampir ingin menyobek-nyobeknya hidup-hidup.
Kehadiran penolong membuat Yin Ji yang sudah terluka parah sedikit lega.
Yang paling menggugah, putrinya ternyata membantunya. Kegembiraan dalam hatinya tak terbayangkan oleh orang luar, perasaan yang tak terlukiskan baginya.
Dia bisa memanfaatkan kesempatan untuk kabur, tapi tidak melakukannya. Khawatir putrinya terjadi sesuatu, dia mengatupkan gigi memaksakan diri menyerang.
Tapi Lan Daolin kewalahan. Begitu bertarung, dia langsung merasakan bahwa kekuatan Luo Fangfei yang telah bermutasi sebenarnya tidak terlalu hebat, namun menunjukkan kecepatan yang unik.
Postur tubuh dengan ekor yang tertarik seperti siluman rubah, kecepatannya sangat tinggi. Teknik gerakannya bahkan lebih angker daripada teknik andalannya sendiri.
Dengan kultivasinya, dia tidak hanya tidak bisa menangkap lawan, tapi sepertinya bahkan tidak mendapat kesempatan untuk bertemu langsung. Artinya sulit melukai lawan.
Sruukk! Pakaian Lan Daolin sudah memiliki beberapa celah selebar dua jari. Kulitnya mengeluarkan genangan darah. Cakar lawan yang luar biasa tajam itu ternyata bisa dengan mudah menghancurkan Gang Qi Pelindung-nya tanpa hambatan.
Braak! Sekeliling tiba-tiba dipenuhi cahaya merah, seketika membuatnya seperti terjebak dalam lautan api.
Kobaran api menyatu, pedang api syuut-syuut menembak, mulai bekerja sama dengan serangan gabungan Luo Fangfei dan Yin Ji.
Ini langsung membuatnya kerepotan. Suara sruukk-sruukk pakaian yang terus robek semakin membuatnya gemetar ketakutan.
Dia ingin bertahan sampai Du Wuxu kembali. Tapi hantu saja yang tahu kapan si itu akan pulang. Bisa jadi setelah kembali malah bersembunyi di tempat gelap sambil menunggu.
Serangan pedang api, ditambah dengan serangan Yin Ji, membuat Lan Daolin yang reaksinya melambat merasakan ancaman sepasang cakar. Sedikit saja lengah, mungkin saja perutnya akan dibedah kapanpun.
Lan Daolin menyadari ini bukan solusi. Dengan gerakan gesit, ia bertarung sengit dengan Luo Fangfei untuk sementara membatasi kecepatannya, lalu tiba-tiba melepaskan diri.
Dengan paksa ia menghancurkan pedang api yang melesat. Dalam kobaran api yang meledak, ia tiba-tiba muncul di depan Yin Ji. Kilasan niat membunuh di matanya, telapak tangan berkekuatan penuh menghantam tubuh Yin Ji yang tak siap menghadapi perubahan mendadak ini.
Sebelumnya ia tak membunuh Yin Ji karena ingin menangkapnya hidup-hidup. Nilai eksistensinya yang tinggi membuat Yin Ji yang berjuang mati-matian sulit ditaklukkan.
Kini, niat membunuhnya telah bangkit. Tentu saja ia takkan lagi menahan kekuatan!
Brak! Yin Ji terlontar ke belakang bagai meteor, terlihat tak berdaya saat jatuh ke tanah rawa.
Dari dalam rawa, awan hitam menyambar Yin Ji dan menyelinap ke bawah tanah. Lan Daolin segera menyergap untuk memburu.
Namun sekejap kemudian, Luo Fangfei kembali menjerat Lan Daolin.
Kematian Yin Ji memberi ruang gerak lebih luas bagi pedang api. Frekuensi serangan mendadak makin meningkat.
Lan Daolin menyadari pengurangan satu Yin Ji tak banyak berpengaruh. Gangguan pedang api tetap membatasi kecepatan reaksinya, terus mengancam dengan potensi insiden tak terduga.
Dia melihat ke bawah tanah, menyadari bahwa orang yang mengendalikan pedang api seharusnya bersembunyi di bawah rawa, muncul niat untuk menyerbu ke bawah tanah dan menyingkirkan ancaman itu. Sementara itu, rawa bawah tanah juga seharusnya bisa membatasi kecepatan reaksi Luo Fangfei.
Tak disangka di permukaan rawa, Ao Feng tiba-tiba muncul dari kejauhan, berteriak: "Tahan sebentar lagi, Saint Luo Cha segera datang!" Setelah berteriak, dia langsung menyelam ke bawah tanah dan kabur.
Saint Luo Cha? Lan Daolin sedikit terkejut, Saint Luo Cha juga ada di sini? Ini tidak mustahil, bahkan sangat mungkin!
Saat bergulat, dia melihat sekeliling lagi, masih belum melihat Du Wuxu kembali. Lan Daolin lalu membuat keputusan: tidak akan menemani lagi!
Syuut! Setelah melepaskan diri dari Luo Fangfei, Lan Daolin tiba-tiba melompat dan langsung terbang ke udara.
Luo Fangfei segera mengejar, namun dalam jarak pendek kecepatannya lebih unggul. Tapi untuk jarak jauh, kecepatannya dibanding Lan Daolin tiba-tiba terlihat kerdil.
Akhirnya, karena benar-benar tidak bisa menyusul, dia hanya bisa melayang di udara dan menyaksikan Lan Daolin kabur.
Setelah kembali, dia tidak pergi ke tempat lain, tapi mendarat di daerah pegunungan, di samping jenazah Sha Rulai. Dengan wajah penuh duka yang tak tersembunyikan, dia berlutut tak berdaya di sampingnya.
Hei Yun muncul, memeluk Yin Ji dan mendarat di samping.
Ekspresi Yin Ji terlihat sangat lemah, dari hidung dan mulutnya terus-menerus mengalir darah. Wajah Hei Yun juga dipenuhi kesedihan, sepertinya mengisyaratkan sesuatu.
“Dia ingin membawa Yin Ji pergi, tapi Yin Ji berkata Luo Fangfei tidak punya tempat tujuan, berkeliaran akan berbahaya, harus membawa Luo Fangfei pergi. Maka dia pun membawa Yin Ji datang ke sini.”
“Kun Linshu yang wajahnya diolesi warna-warni juga melompat muncul, mendarat di samping, diam-diam menyaksikan gambaran yang terhampar di depan mata.”
“Ao Feng juga muncul, namun tampak diam-diam, melompat mendarat di pohon tertinggi, siaga penuh mengawasi sekeliling.”
“Fei'er... Fei'er...” Yin Ji memanggil beberapa kali dengan suara lemah.
“Luo Fangfei perlahan menengadah, menatapnya, berusaha mencari gambaran masa kecilnya sendiri. Tapi dalam ingatannya, tidak dapat mengingat keberadaan orang ini.”
“Ao Feng yang tegang di titik tinggi tiba-tiba berteriak: 'Tempat ini tidak aman, cepatlah kalian!'”
“Yin Ji berusaha memperjelas suaranya, 'Fei'er, aku sering bertanya pada Si Kecil Sha tentang kondisimu. Si Kecil Sha rutin mengabarkan keadaanmu lewat surat. Aku menyimpan surat-surat Si Kecil Sha di tempatku. Bawa serta Si Kecil Sha dan ikut aku, akan kubawa kau melihatnya.'”
“Luo Fangfei tentu tahu julukan 'Si Kecil Sha' merujuk pada Sha Rulai waktu kecil. Ia teringat masa kecil saat digendong senior seperguruan yang dipanggilnya 'Si Kecil Sha', air matanya pun tumpah deras disertai isakan...”
“Lan Daolin yang melesat cepat terus-menerus mengamati sekitar. Tiba-tiba mendengar suara perkelahian sengit bergema dari depan, segera ia pacu laju kudanya.”
Saat dia tiba, perkelahian telah berakhir. Du Wuxu yang melayang di udara sedang menjepit dan mengangkat leher seseorang dengan tangannya - Luo Qiu.
Luo Qiu yang terluka parah akhirnya gagal kabur. Lukanya terlalu berat, membuatnya kalah di tangan Du Wuxu.
Di dadanya, luka yang diberikan putrinya masih terus mengeluarkan darah. Luo Qiu yang sekarat itu tak tampak sedih atau marah, hanya mengeluarkan suara "Haaa... perbuatanku sendiri..."
Lan Daolin melayang sambil mengamati pemandangan ini. Ia menghela napas dan menggelengkan kepala. Setelah bertahun-tahun berseteru, si tua itu akhirnya berhenti.
Du Wuxu memandangi baju compang-camping Lan Daolin. "Apa kondisimu ini?" tanyanya heran.
Lan Daolin menjawab kesal: "Siluman gila asmara itu punya postur tubuh dan kecepatan luar biasa. Cakarnya sangat tajam - ini bekas garukannya."
Du Wuxu terkejut: "Bajingan itu sehebat itu?"
Lan Daolin: "Tidak juga. Tapi ada yang membantu diam-diam dengan serangan tiba-tiba, jadi agak sulit ditangani."
Du Wuxu: "Sudah selesai?"
Lan Daolin menggeleng halus.
Luo Qiu yang memicingkan mata tahu putrinya telah selamat. Sedikit senyum kepuasan muncul.
Du Wuxu: "Yin Ji juga lolos? Lalu untuk apa kau datang kemari dengan tangan kosong?"
Sebenarnya, saat masih dalam perjalanan, Lan Daolin sudah menyadari kecurigaan bahwa mereka tertipu. Sekarang dia tak bisa mengaku bahwa mereka kabur karena ditakut-takuti oleh Saint Luo Cha. Dengan wajah datar, dia berkata: "Dengan campur tangan bajingan itu, menangkap hidup-hidup jadi sulit. Tapi Yin Ji sudah kuhantam keras. Jika tak ada halangan, sepertinya dia tak akan selamat."
Mendengar ini, ekspresi sedih perlahan muncul kembali di wajah Luo Qiu.
Du Wuxu tahu bahwa jika Lan Daolin berani berkata demikian, pastinya dia yakin. Lalu dia menatap Luo Qiu yang sedang dicengkramnya, tersenyum sinis: "Luo Qiu, kalian berdua suami-istri. Meski tak bisa lahir di hari yang sama, setidaknya bisa mati bersama. Kami berdua sudah cukup bermurah hati, bukan?"
Luo Qiu sudah tak punya tenaga untuk melawan. Dengan suara parau, dia hanya mengucapkan: "Kita akan bertemu lagi."
Ungkapan ini jelas-jelas bermaksud mengancam bahwa dia akan menunggu mereka di alam baka.
Du Wuxu tersenyum sinis. Tenaga magis di tubuhnya mulai berkobar.
"Tidak perlu!" Lan Daolin mengangkat tangan menghentikan, menghela napas sambil berkata: "Kita sudah berteman lama. Berikan dia jasad utuh!"
Du Wuxu terdiam sejenak. Tenaga magis yang berkobar di tubuhnya perlahan mereda. Dia menatap wajah Luo Qiu beberapa saat, lalu tiba-tiba memuntir lehernya dengan keras. Krek! Suara tulang patah bergema.
Jarinya melepas cengkeraman. Luo Qiu langsung terjatuh, menghantam rawa di bawahnya dengan suara Brak!
Setelah menatap tanah sambil menghela napas, Lan Daolin berkata: "Ayo, kita periksa lagi."
Du Wuxu tak keberatan. Keduanya dengan cepat kembali bersama ke medan perang sebelumnya.
Beberapa siluman rubah muncul dari rawa, berlari ke tempat Luo Qiu jatuh, menyaksikannya perlahan tenggelam.
……
Di ruang bawah tanah, Luo Fangfei bersujud di depan jenazah Sha Rulai, sepasang cakar memegang setumpuk surat sambil membalik-balik halaman.
Dia menemukan bahwa ucapan Yin Ji benar - surat-surat itu mencatat kehidupan di Tanah Suci Da Luo, beberapa di antaranya sesuai dengan pengalaman pribadinya.
Meski tulisan tangan bukan milik Sha Rulai, namun gaya bahasanya sangat dikenalnya. Jelas ini surat rahasia yang telah diterjemahkan.
Pada saat ini, dia akhirnya mengerti: Sha Rulai sejak awal tahu silsilahnya dan keberadaan ibunya yang hilang, bahkan tetap berhubungan diam-diam tanpa pernah memberitahunya.
Air matanya mulai berlinang, tubuhnya terguncang oleh isak tangis.
Yin Ji memandangi putrinya dengan tatapan redup, seolah takkan pernah puas memandanginya.
Kun Linshu dan Ao Feng duduk bersila di kiri-kanan belakangnya, masing-masing menempelkan telapak tangan ke punggung untuk mempersiapkan sihir dengan ekspresi serius.
Dengan tingkat kultivasi mereka berdua, mereka harus melakukan persiapan mantra secara bersamaan, menunjukkan betapa gentingnya situasi ini.
Hei Yun dan para penatua Suku Rubah di ruang bawah tanah semuanya berlutut menghadap Yin Ji, wajah-wajah mereka dipenuhi duka.
Sudah memeriksa luka-luka Yin Ji, meski telah menelan Tianji Dan, organ dalamnya hancur, bertahan hanya dengan kekuatan siluman yang menyangga tubuhnya, ditambah bantuan kultivasi dua kultivator tahap Yuan Ying yang memaksakan diri.
