Seorang diri meluncur turun bukit, Yin'er dengan tas kecil berisi jatah makanan juga berlari ke pematang, ikut meramaikan keriuhan di sekitar Niu Daomei dan Shang Shuqing.
Tak lama kemudian, Niu Daomei dan Shang Shuqing kembali membawa bayangan bernama Yin'er itu pulang.
Di luar perkebunan, Guan Fangyi mengulurkan lengan tunggalnya menyentuh lengan Shang Shuqing, menyilakannya untuk tinggal sebentar.
Yuan Gang menoleh ke belakang, lalu berbalik mengikuti Niu Daomei masuk ke dalam kompleks perkebunan.
Guan Fangyi menatap dengan ekspresi sangat rumit, membuat Shang Shuqing agak malu dan bertanya, "Kak Merah, ada apa?"
Guan Fangyi menghela napas, bertanya, "Bagaimana kondisi tubuhmu? Ada bagian yang tidak nyaman?"
Shang Shuqing: "Sangat baik. Tubuh terasa ringan, napas lancar, rasa lega yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Bahkan indra penciumanku lebih tajam, bisa membedakan aroma rumput hijau di persawahan dengan jelas. Tidak ada keluhan fisik sama sekali."
Yun Ji mengangguk halus, "Bagus. Sepertinya tidak akan ada masalah lagi."
Guan Fangyi menggenggam tangan Shang Shuqing, "Putri Kabupaten, seumur hidupku banyak pilihan salah yang kubuat. Tapi keputusan terbaikku adalah meninggalkan Qi Jing dan mengikuti Dao Ye. Pada akhirnya, aku puas. Dia tidak mengecewakanku. Aku tidak salah memilih. Semua ini layak. Kau mengerti?"
Shang Shuqing tak paham maksud tiba-tiba ini, mengangguk setengah mengerti.
Guan Fangyi berkata dengan sangat serius: "Putri Kabupaten, Dao Ye mungkin terlihat dingin secara formal. Perasaannya terus ditekan oleh logika. Dia sangat baik padamu. Di dunia ini, mungkin tak akan kau temukan pria yang lebih baik darinya. Bahkan Wangye dan Permaisuri tak sebaik dia. Bahkan orang tuamu sendiri. Ada hal-hal yang mungkin belum kaupahami sekarang, tapi suatu hari nanti akan kau mengerti. Putri Kabupaten, harus sangat kau hargai ini. Jangan pernah mengecewakan Dao Ye, atau Mak Comblang ini tak akan mengampunimu!"
Mendengar ucapannya yang serius, Shang Shuqing tertegun. Saat ini dia memang tidak tahu ada apa, hanya malu-malu mendengus "Hmm" sebagai persetujuan.
Guan Fangyi tahu dia belum paham, namun beberapa hal memang tak layak diungkap lagi. Selain faktor personal Shang Shuqing, perintah Tao Ye agar mereka menjaga mulut juga memiliki alasan rasional. Jika orang luar tahu Tao Ye tak bisa lagi mencapai Yuan Ying, bisa memicu niat jahat. Nyawa Tao Ye sendiri mungkin terancam.
Akhirnya, Guan Fangyi tersenyum melepaskannya, menyuruhnya beristirahat.
Menyaksikan kepergiannya bersama Yin'er, Yun Ji menghela napas, "Tao Ye kita ini benar-benar berhati lapang. Bahkan ini bisa ditinggalkan. Setidaknya aku tak sanggup."
Guan Fangyi menoleh padanya, "Lupa siapa yang memberimu Bakat Langka itu? Keberhasilanmu hari ini juga berkat restunya. Dia mengabulkan permintaan kita, tapi dirinya sendiri..." Soket matanya memerah, suaranya tersedu-sedu tak bisa melanjutkan.
Yun Ji terdiam, perasaan juga berat.
Kembali ke paviliunnya, Niu Daomei berpesan pada Yuan Gang yang mengikuti, "Koridor Tanah Suci dan dunia manusia sudah diputus. Sudah waktunya memberi tekanan pada berbagai pihak untuk mundur. Sebarkan desas-desus ini!"
Beberapa hari kemudian, Shang Shuqing yang memantau medan perang mengajukan diri memimpin 100.000 Pasukan Gagak untuk membantu Shang Chaozong.
Tapi dihentikan oleh Niu Daomei. Shang Chaozong yang memimpin pasukan dari beberapa negara mengepung Han, sudah menguasai keunggulan absolut. Maksud Niu Daomei tetap membiarkan Shang Chaozong bertarung sendiri, membuat semua orang melihat bahwa meski tanpa bantuan 100.000 Pasukan Gagak, Shang Chaozong tetap bisa membersihkan pemberontak.
Pada akhirnya, dia masih mempersiapkan landasan untuk kepergian mereka.
Begitu kabar terputusnya jalur antara Tanah Suci dan dunia manusia tersebar, banyak faksi sengaja mengirim orang ke Pulau Suci untuk konfirmasi.
Setelah kondisi diverifikasi dan dipastikan jalur yang telah ada ratusan tahun benar-benar putus, dunia gempar. Persiapan evakuasi berbagai pihak tidak lagi dilakukan sembarangan.
Ketika momentum mendekati titik tertentu, atas perintah Niu Daomei, Guan Fangyi meninggalkan Perkebunan Maolu, kembali menuju Ruang Dimensi Tiandu...
Di dalam danau biru laut di Ruang Dimensi Tiandu, berdiri sebuah piramida.
Guan Fangyi yang membawa barang mendarat di puncak menara, dengan hati-hati memasang perangkat yang dirancang langsung oleh Niu Daomei.
Kemudian mengambil air dari danau untuk mengisi bak, lalu menancapkan tongkat logam kuno dengan sangat hati-hati. Hanya terdengar suara tetesan air di dalamnya.
Setelah memastikan tidak ada masalah, Guan Fangyi segera terbang meninggalkan tempat itu.
Setelah keluar darurat dari Ruang Dimensi Tiandu, Guan Fangyi tidak pergi tapi tetap berjaga di Lembah Surgawi.
Perangkat yang dibuat Niu Daomei sebenarnya adalah alat penyeimbang sederhana. Saat tetesan air terkumpul sampai jumlah tertentu, keseimbangan akan pecah, alur pengunci terbuka, dan Tongkat Penakluk Dewa dalam perangkat akan otomatis masuk ke cekungan piramida.
Perangkat diolesi darah Yuan Gang untuk mencegah gangguan dari binatang tak berakal yang bisa menyebabkan kejadian tak terduga.
Hingga bulan bersinar di langit, gemuruh bergetar mengguncang Lembah Surgawi. Kabut yang mengumpul tanpa menghilang itu mulai bergolak hebat, akhirnya seperti dicabut lubang hitam, membentuk satu titik lalu lenyap di ruang hampa udara tanpa meninggalkan jejak, menyingkapkan tebing itu.
Guan Fangyi bahkan mendekati tebing untuk memeriksa berulang kali. Setelah memastikan tak ada masalah lagi, barulah ia terbang meninggalkan tempat itu dan kembali ke Perkebunan Maolu untuk melapor.
Maka Niu Daomei kembali memerintahkan untuk menyebarkan desas-desus.
Belum lama koridor antara Tanah Suci dan dunia manusia diputus, dunia masih dalam kegemparan, tiba-tiba terdengar kabar Ruang Dimensi Tiandu telah sepenuhnya diputus hubungannya dengan dunia manusia - Benih Spiritual tak lagi ada di dunia fana!
Gelombang demi gelombang kejutan kembali mengguncang persatuan, menciptakan atmosfer bahwa waktu yang tersisa bagi semua orang sudah tidak banyak.
Sementara praktisi independen di berbagai penjuru dunia pada dasarnya telah dikumpulkan oleh sekte-sekte besar dunia kultivasi. Pemeriksaan menyeluruh terhadap kultivator yang menyamar pun digelar di dunia manusia, dengan kerja sama pasukan duniawi dan kekuatan kultivator berbagai sekte.
Bahkan kerajaan Han yang masih dalam keadaan perang turut berkoordinasi sepenuhnya. Tidak bekerja sama berarti berani menghadapi hukuman berat dari kekuatan kultivator - konsekuensi yang merepotkan.
Perkebunan Maolu juga telah menyatakan dengan jelas, bahkan jika para kultivator dari berbagai pihak mundur dari dunia manusia, operasi pembersihan terhadap kultivator yang bersembunyi di bawah langit tidak akan berhenti dan akan terus berlanjut. Jangan berpikir bahwa dengan perginya kultivator lain, kalian bisa bertindak semena-mena dan berkuasa sewenang-wenang. Pertimbangkan dulu apakah kalian mampu melawan 100.000 Pasukan Gagak yang ada di dunia manusia.
Singkat kata, mulai sekarang tidak akan ada lagi tempat berpijak bagi para kultivator di dunia manusia!
Di bawah tekanan dan paksaan yang begitu menggentarkan, sisa-sisa pasukan Wu Chang yang terpojok akhirnya menampakkan wujudnya. Hei Shi akhirnya datang secara sukarela ke Perkebunan Maolu.
Di dalam paviliun air, Hei Shi dengan kedua tangan menyajikan Spiral Langit yang indah itu, sambil mengamati reaksi Niu Daomei dengan hati-hati, jiwanya masih diliputi kecemasan.
Tentu saja, sebelumnya mereka telah diam-diam mengirim surat penyerahan ke Perkebunan Maolu, menanyakan apakah janji sebelumnya masih berlaku. Baru setelah mendapat konfirmasi keabsahannya, mereka berani muncul.
Setelah memastikan keaslian Spiral Langit, Niu Daomei yang sedang memain-mainkan spiral itu tiba-tiba bertanya, "Bagaimana dengan Kitab Kegelapan?"
Hei Shi terkejut, buru-buru menjawab, "Kitab Kegelapan telah dihancurkan oleh Wu Chang. Setelah menghafal isinya untuk mencegah kebocoran informasi, Wu Chang melemparkan kitab itu ke tungku suci di Tanah Suci Dewata Kegelapan. Entah dari bahan apa kitab itu dibuat, butuh tiga hari dua malam untuk melelehkannya sepenuhnya. Banyak saksi yang melihat peristiwa ini, Guru bisa memverifikasi kebenarannya."
Niu Daomei: "Baik, aku percaya padamu. Aku akan menepati janjiku, tidak akan menuntut hal-hal di masa lalu. Tapi ada satu syarat yang harus dipatuhi - migrasi ke Domain Kelima tidak bisa dikecualikan. Untuk urusan selanjutnya, kalian bisa langsung menghubungi Perkebunan Maolu."
"Hei Shi" menghela napas lega, membungkuk dan memberi hormat sambil berkata: "Terima kasih atas kemurahan hati Guru."
Niu Daomei: "Pergilah!"
"Ya!" Hei Shi mundur memberi hormat, sebelum berbalik sempat memandangi Niu Daomei beberapa saat baru pergi.
Dalam hati penuh perasaan campur aduk, Wu Chang sampai mati ternyata tak tahu siapa lawan sebenarnya. Dari Sembilan Santo selain Lü Wushuang, bahkan tak sadar di tangan siapa mereka jatuh. Kalah yang sungguh tak pantas?
Baru saja dia pergi, Duan Hu bergegas memasuki paviliun air, melapor: "Tuan Yuan, di luar ada orang mengaku 'Cha Hu' ingin bertemu Paduka."
"Cha Hu?" Yuan Gang tertegun.
Duan Hu menambahkan: "Mengaku mantan kepala rumah tangga Jenderal Shang Huyan Wuhui dari Qi. Menurut penjaga, mengendarai kereta kuda. Saat diperiksa, ditemukan tiga anak di dalamnya. Penjaga bilang, Cha Hu itu sengaja menekankan membawa putri Huyan Wei untuk menemui Paduka."
Niu Daomei yang sedang duduk tegak menyesap teh melirik Yuan Gang.
Wajah Yuan Gang berubah haru: "Cepat, silakan diterima!"
Duan Hu segera pergi. Yuan Gang mondar-mandir sebentar, tak kuasa menahan diri, akhirnya menyusul pergi. Dia sendiri menunggu di gerbang perkebunan untuk menyambut.
Tak lama menunggu, Cha Hu tiba, menggendong bayi yang belum bisa berjalan.
Duan Hu menggandeng dua pemuda di masing-masing tangannya, bersama-sama melesat mendekat dan mendarat di luar gerbang.
Yuan Gang pernah tinggal cukup lama di Qi Jing, Cha Hu juga pernah mengunjungi kedai tahu zaman dulu itu. Jadi keduanya saling mengenal.
Begitu bertemu, pandangan Yuan Gang tertuju pada bayi dalam pelukan Cha Hu. Bayi itu menggenggam sepotong keju susu, menyedotnya dengan suara berderai di mulutnya.
Namun sorot mata Cha Hu justru tertahan pada lengan Yuan Gang, wajahnya dipenuhi keraguan, "Lenganmu bukannya putus? Apakah dulu di istana Qi bukan kau yang ada di sana?"
Yuan Gang: "Aku. Hanya terlahir kembali melalui metode rahasia."
Cha Hu menghela napas lega, melirik bayi dalam dekapan lalu memandang dua pemuda di sampingnya, "Ini putri Huyan Wei. Mereka berdua putra kakak Huyan Wei. Jenderal Shang menitipkan mereka sebelum wafat. Secara prinsip ini tanggung jawabku, tak pantas kuberi tahu kau. Tapi keributan yang kalian buat... Aku sendiri tak peduli bersembunyi, tapi bayi ini masih terlalu kecil, belum disapih. Mereka masih harus sekolah jadi manusia, berkeluarga dan berkarir. Tak bisa terus mengikutiku bersembunyi di gunung seumur hidup."
"Kakak Yuan punya ikatan darah dengan ayah mereka, pernah bertempur bahu-membahu mempertaruhkan nyawa. Aku percaya penilaian Jenderal Shang. Kuyakin kakak Yuan layak dipercaya. Ingin kuserahkan tiga anak ini padamu. Dengan kekuatan di belakangmu, kau bisa lindungi mereka tumbuh normal. Apakah kau rela bantu?"
Matanya beralih ke golok Sanhou yang tergantung di punggung Yuan Gang.
Yuan Gang maju, mengulurkan kedua tangan, dengan hati-hati mengambil bayi Tong dari pelukan Cha Hu, memeluknya dengan lembut di dadanya sendiri. Menunduk memandang, menemukan mata anak itu sangat mirip ibunya.
Melihat sepasang mata ini, ia teringat sosok wanita itu yang angkuh, menengadah sambil berkata: Aku menyukaimu!
Teringat wanita itu menari-nari elegan di dalam istana yang dilalap kobaran api, akhirnya menjadi mangsa Lautan Api.
Teringat ayah sang anak yang menjadi landak duri tertembak panah, bergumam pelan di sampingnya.
Kenangan kejam nan tragis terbayang jelas, melekat dalam sanubari.
Bayi Tong tak tahu ikatan dan kecemasan, penasaran memandangi orang di hadapannya. Membuka mulut tak bergigi sambil terkikik, kedua tangan mungilnya yang basah kembali memeluk potongan susu disedot berderai, asyik sendiri.
Sorot mata Yuan Gang memancarkan kelembutan langka. Menengadah ke Cha Hu, mengangguk halus: "Aku akan anggap dia sebagai putri sendiri. Keduanya tak perlu kau khawatirkan."
