Di kabin kapal yang gelap gulita, Sha Ruo diam-diam bangun. Ia melihat Lin Yushang di seberang masih tertidur lelap, lalu berjinjit keluar sambil menutup pintu perlahan.
Di langit, bintang-bintang berkelap-kelip. Bulan merah menyelinap di antara awan tipis.
"Meierkanuo——" gumamnya pelan, segumpal cahaya fluoresen muncul di telapak tangan mungilnya yang kemerahan. Matanya berbinar. Dengan hati-hati ia berjalan ke bagian buritan kapal.
Dua hari terakhir, kapal terus bergerak ke barat. Awalnya cuaca kurang baik, selalu mendung. Sha Ruo pernah dengar bahwa melihat matahari terbit di laut sangat megah, sayangnya kesempatan terakhir tak sempat. Semalam melihat bintang bertaburan di langit, hari ini seharusnya cuaca cerah, karena itu ia bangun lebih awal untuk menyaksikan matahari terbit.
Baru saja sampai di buritan, langit timur sudah mulai memutih. Tampak seseorang duduk di buritan, bersandar di sisi kapal, kedua kakinya dengan santai tergantung di luar pagar kapal.
"Siapa?" Meski berjinjit, orang itu tetap menyadarinya. Dari suaranya, ternyata Da Qing Shan yang selama beberapa hari ini selalu dihindari Sha Ruo.
Beberapa hari terakhir, Sha Ruo kurang suka bertemu Da Qing Shan.
Di mata Sha Ruo, Da Qing Shan ini benar-benar seperti balok kayu besar. Bukan hanya Da Qing Shan yang seperti kayu, bahkan Amy yang cerdik dan penuh akal dalam cerita Lin Yu Shang juga disebut sebagai sepotong kayu besar, balok kayu raksasa. Terkadang, saat Lin Yu Shang dan Sha Ruo berbincang berdua, mereka sama sekali tidak mengerti bagaimana bisa anak laki-laki yang begitu luar biasa ini tidak tahu sedikitpun cara menyenangkan hati perempuan. Meskipun banyak pemuda di ibu kota kerajaan jauh kalah dibanding Amy dan Da Qing Shan dalam berbagai hal, tapi dalam hal memuji perempuan, mereka bisa menjadi guru bagi kedua orang ini. "Batu asah perbatasan kerajaan" itu, paling-paling hanyalah sepasang kayu busuk kerajaan.
Meskipun selalu membenci anak laki-laki yang mulutnya manis, meskipun selalu menyukai cara Amy yang begitu santai dan penuh percaya diri di tengah ribuan pasukan, meskipun sangat mengagumi cara Da Qing Shan menyembunyikan kekuatan luar biasanya dengan rendah hati serta sikapnya yang tenang, tapi jika harus bersama dengan kayu-kayu ini, maka ceritanya menjadi berbeda.
Ini sebenarnya tidak bisa disalahkan pada Da Qing Shan dan Amy. Amy kehilangan ibunya sejak kecil, tumbuh besar bersama kakek dan Chi Hanfeng. Yang menarik, pengalaman Da Qing Shan ternyata hampir sama. Struktur keluarga yang murni maskulin menyebabkan kedua bocah lelaki ini sebenarnya takut berinteraksi dengan anak perempuan. Terutama Da Qing Shan, setiap melihat Sha Ruo, selalu teringat kaki kecil putih yang sedikit terangkat itu, serta sensasi tak tergambarkan saat menggigit bibirnya. Entah mengapa wajahnya selalu memerah, menjilat bibir, lalu bocah lelaki itu biasanya langsung berlari menghindar.
Perempuan selalu lebih cepat matang dibanding laki-laki. Meski Sha Ruo dibesarkan di gereja, dan selain bertemu beberapa bocah lelaki selama di ibukota Kekaisaran Amy ini, praktis tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki lain. Tapi sekarang dia benar-benar menyadari perasaan khususnya terhadap Da Qing Shan. Terutama setelah meminjamkan jimat turun-temurun keluarganya... Tapi kenapa dia tidak mengembalikannya?
Kontak intim saat itu tidak berani diceritakan Sha Ruo pada Lin Yu Shang. Dia juga bingung bagaimana mengungkapkannya pada Da Qing Shan. Seolah ada perasaan... semacam... "Kaki putih bersihku seharusnya tidak diperlihatkan pada orang lain. Jika sudah melakukan ini, aku tak boleh menikah dengan siapapun."
Da Qing Shan segera menoleh ke belakang. Tidak bisa melihat jelas siapa, tapi dari langkah kaki yang samar, terdengar seperti Sha Ruo. Dalam gelap, wajahnya memerah. Dia langsung berdiri dan bergegas masuk ke kabin kapal.
“Hmm... Temani aku... Bolehkah kita menonton matahari terbit bersama?” Suara Sha Ruo terdengar lembut seperti nyamuk, seketika dia mengumpat dalam hati: “Sialan, ngapain aku mengajaknya?”
Sesuai julukan si kayu, Da Qing Shan duduk kembali perlahan seperti patung kayu.
Sha Ruo pun perlahan duduk di samping Da Qing Shan, dengan hati-hati menjaga jarak yang cukup.
Jantungnya berdebar kencang, Sha Ruo berusaha menenangkan diri. Tak lama dia menyadari, ternyata jantung orang di sebelahnya juga berdegup kencang.
Di kejauhan, langit perlahan memutih, warna putih merambat dari jauh ke dekat. Permukaan laut hitam pelan-pelan berubah menjadi biru tua.
Mulanya langit memutih, lalu membiru. Angin tak berhembus, awan tipis yang membentang di langit biru bagai kain sutra yang dirajut di ufuk.
Di cakrawala laut, semburat merah keemasan perlahan muncul. Pinggiran awan putih di kejauhan mulai disepuh warna emas.
Warna emas kian meluas dan pekat. Tiba-tiba secercak merah menyembul di kejauhan, lalu dengan susah payah naik perlahan. Langit, laut, awan, bahkan pinggiran kapal di dekat semuanya diselimuti warna merah itu.
Hampir sekejap, matahari merah keemasan melompat keluar dari garis cakrawala laut.
“Matahari terbit yang masih muda, tidak seperti matahari tengah hari yang terik dan menyilaukan. Saat ini, ia bagaikan telapak tangan bayi yang lembut, berwarna merah muda seperti bayi, seolah bisa ditembus pandang.”
Dalam beberapa menit singkat, matahari yang seperti bayi telah berubah menjadi matahari dewasa, cahayanya tiba-tiba menjadi kuat menyinari segalanya. Sha Ruo menyipitkan mata, sedikit mengangkat tangan untuk meneduhkan pandangan dari sinar, celah jemarinya memancarkan semburat kemerahan.
Da Qing Shan memandang tangan kecil yang terangkat itu, diam-diam mengeluarkan jimat dari dalam bajunya: "Kembalikan jimatmu, terima kasih." Ucapnya sambil menyodorkan benda itu.
Baru saja memikirkan benda itu, kini Sha Ruo panik, mengangkat tangan menghalangi: "Tidak perlu, kuberikan untukmu." Di atas laut yang lembap dan dingin, dua tangan hangat saling bersentuhan. Sha Ruo mengaduh lembut dan menarik kembali tangannya, tangan Da Qing Shan tergantung canggung di udara.
"Kau tentara bayaran, lebih membutuhkannya. Jika kau sudah tidak jadi tentara bayaran lagi, kembalikan saja padaku." Setelah berkata demikian, Sha Ruo berdiri dan menunduk menuju kabin kapal, ucapan terakhirnya melayang samar dari kabin: "Meski terpisah ribuan li, aku akan selalu mendoakan keselamatanmu."
Da Qing Shan menutupi tangan kanannya dengan tangan kiri perlahan, bagian yang baru saja menyentuh tangan Sha Ruo terasa hangat aneh, wajahnya kembali memerah.
Banyak hal tidak seperti kegelapan sebelum fajar yang akan segera menyibak cadar hitamnya dan menampakkan diri di hadapan orang-orang. Sebuah perasaan tak terdefinisikan tumbuh diam-diam dalam keadaan di mana bahkan pihak-pihak terkait pun tidak sepenuhnya menyadarinya.
Kapal terus berlayar.
Di permukaan laut, selama dua hari pertama selalu terlihat gunung es raksasa mengambang. Dua awak bergantian duduk di keranjang gantung di puncak tiang kapal, mengawasi permukaan laut 24 jam untuk menghindari tabrakan dengan gunung es.
Lambat laun gunung es semakin berkurang, hanya terkadang ada pecahan es mengambang. Warna air laut berubah dari terang ke gelap lalu kembali terang, menandakan daratan sudah tidak jauh.
Yang pertama terlihat dari kapal adalah pegunungan di utara Benua Eminoll. Berada pada garis lintang yang sama dengan bagian selatan benua beku, pegunungan ini memiliki ketinggian rata-rata lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut. Bagian di atas garis salju 3.500 meter ditutupi gletser abadi. Deretan puncak di kawasan ini hanya kalah oleh Gunung Suci Salju dalam hal ketinggian di seluruh benua. Puncak utamanya: Puncak Messis, setinggi 6.231,07 meter.
Di sisi laut Pegunungan Messis, tidak ada pelabuhan alamiah. Armada terpaksa berlayar menyusuri garis pantai. Dari dek kapal, tebing curam yang tegak lurus terlihat jelas dengan ombak putih terus menerus menghantam batuan hitam kebiruan. Kapten dengan hati-hati memandu armada menghindari karang di perairan dangkal.
Pada hari keempat, pegunungan perlahan menjadi lebih rendah, pemandangan di depan berubah drastis. Tumbuhan hijau berdaun jarum dan lebar mulai bermunculan, gunung-gunung berubah menjadi perbukitan, perbukitan berubah menjadi lereng landai.
Setelah armada berbelok melewati sebuah tanjung, teluk yang luas muncul di hadapan semua. Para pelaut sibuk mempersiapkan rantai jangkar dan menurunkan layar. Pelabuhan mengirimkan kapal pandu untuk memandu armada besar. Di bawah arahan pandu pelabuhan, satu jam kemudian armada berhasil berlabuh. Orang-orang yang telah mengarungi laut selama enam hari akhirnya menginjakkan kaki di darat.
Pada awal musim gugur Tahun 2 Kalender Sihir, berhasil mendarat di Pelabuhan Militer Utara Kekaisaran Amy di Benua Eminoll - Pelabuhan Es Mengambang, daftar orang berikut: Lin Yushang, Sha Ruo, Amy, Da Qing Shan, Horns, serta Lü'er sang Naga Suci yang terus terbang di angkasa.
Kabar selalu menyebar dengan kecepatan yang mengejutkan.
Jika dua bulan yang lalu, Amy dan Da Qing Shan baru saja menginjakkan kaki di Bar pohon sebagai orang biasa yang tak dikenal; setelah pertempuran melawan Yin Feng, dua remaja itu bagai meteor cemerlang melintasi langit malam, meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang menengok ke langit di momen itu; usai "Pertarungan Naga" di luar Kota Salju oleh Da Qing Shan, kedua bocah lelaki itu meraih reputasi tak tertandingi. Jika sebelumnya mereka diibaratkan meteor, kini mereka telah bersinar bagai bintang abadi di langit malam yang kelam. "Ksatria Naga Suci" Da Qing Shan menjadi sosok yang tak tertandingi di dunia ini. Jika Naga Raksasa atau Ksatria Naga masih ada yang berani menantang, maka penampilan perdana Naga Suci dan Ksatria Naga Suci telah meluluhkan semangat bertarung semua orang. Bahkan ada yang berbisik, bahkan jika semua Ksatria Naga di dunia dikerahkan, mereka takkan mampu melawan Ksatria Naga Suci; sementara Amy dengan kecerdasan luar biasa yang tak tertukar emas pun meraih posisi terhormat. Terlebih ketika dunia mengetahui bocah lelaki ini baru 17 tahun namun menguasai tiga profesi: Magician, Pendekar Sihir, dan Pendekar, dengan performa luar biasa di semua bidang. Gelar seperti "Jenius seabad sekali" pun bertubi-tubi disematkan padanya.
Pelabuhan Es Terapung adalah salah satu pelabuhan utama di Benua Eminoll dan benua beku, sekaligus menjadi stasiun transit informasi. Ketika lima orang menginjakkan kaki di daratan dari kapal, perwira kekaisaran yang menyambut memberikan penghormatan kepada Lin Yushang lalu menyebutkan empat nama dengan tepat: "Kesatria Xika, perwira penjaga Pelabuhan Es Terapung, menyambut Wakil Utusan Lin Yushang, Utusan Khusus Gereja Suci Nyonya Sharuo, Pemimpin Kelompok Tentara Bayaran Level A Tuan Amy, serta Wakil Pemimpin Kesatria Naga Suci Tuan Da Qing Shan."
Dengan senyum khasnya yang melegenda, Amy maju menyambut. Ia memberikan salam ksatria kepada Kesatria Xika disertai beberapa ucapan basa-basi.
Malam itu, Amy, Da Qing Shan, kedua nyonya muda, serta si kurcaci Huo'ensi yang belum terkenal menghadiri jamuan penyambutan yang diadakan oleh perwira tersebut. Amy dan Lin Yushang menjadi pusat perhatian pesta. Lin Yushang dengan rambutnya yang berkibar-kibar menunjukkan sopan santun keluarga bangsawan. Tak sedikit tamu senior yang bertanya dengan nada setengah bercanda tentang status pernikahannya - tentunya para penanya ini memiliki status dan gelar yang terhormat. Sementara Amy memancarkan senyum bangsawan sepanjang malam, semangat ksatria yang sempurna. Bahkan para waiter yang mengantarkan minuman pun mendapat penghormatan penuh darinya. Semua tamu menjadi bingung dengan rumor yang pernah mereka dengar: "Siapa yang bilang dia bajingan? Ini baru bangsawan sejati!" Banyak yang membela pemuda rendah hati ini.
Da Qing Shan tidak ingin menghadiri acara sosial seperti ini. Tak lama setelah hadir, dia beralasan harus pulang merawat Lü'er dan kabur diam-diam; Huo Ensi yang juga tidak pandai bersosialisasi turut memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri; Sha Ruo karena status khususnya tidak bisa kabur, namun sebagai utusan Gereja Suci, dia tidak bisa menarik perhatian mayoritas orang. Terutama karena dia jarang menghadiri pesta seperti ini dan tidak tahu cara berdandan, secara alami berada di pinggiran pesta.
Singkatnya, menurut Amy setelah kejadian itu, Da Qing Shan kabur di saat paling kritis, meninggalkan Amy yang malang seperti domba di mulut serigala.
Ibu kota Kekaisaran Amy, Skambray, adalah kota terbesar di seluruh benua bahkan di seluruh peradaban yang dikenal.
Kota ini memiliki lingkar 40 km, berbentuk segi delapan beraturan dengan setiap sisi sepanjang 5 km, memiliki satu pintu utama dan dua pintu samping di setiap sisi, disebut delapan sisi delapan pintu.
Jalan-jalan kota juga dibangun sesuai pola segi delapan, memancar dari pusat kota ke delapan penjuru.
Pusat kota adalah istana kerajaan, satu-satunya bangunan di kota ini yang tidak mengikuti pola segi delapan. Istana ini berbentuk lingkaran dalam dan persegi luar, dengan banyak bangunan megah dan menjulang tinggi.
Bagian utara kota adalah kompleks kediaman bangsawan Kekaisaran Amy. Dari empat keluarga besar kekaisaran, selain memiliki kediaman megah di wilayah feodal mereka, juga memiliki puri seperti kastil di kawasan bangsawan tepat di utara istana.
Di sebelah timur istana, terdapat area perkumpulan pedagang besar di mana lebih dari 50% toko di kota terkonsentrasi. Jalan-jalan komersial utama juga berada di sini. Inilah makna dari pepatah "Timur kaya, Utara mulia".
Di selatan istana, populasi penduduk relatif lebih beragam campuran, dan semakin ke selatan semakin kacau.
——《Shan Hai Jing*Zatan》
