Banyak orang di hadapan hidup dan mati, mengorbankan segala harga diri, mengorbankan segala keyakinan, memilih untuk hidup. Apalagi hanya seekor binatang.
Angin menderu menerpa wajah Chi Aotian yang pucat membiru, alis tebalnya yang sudah dipenuhi serpihan salju berkerut rapat. Di bawahnya, mata besar itu menyipit menjadi celah tipis. Pemuda itu menggigit bibir bawahnya keras-keras, lalu menepuk-nepuk naga hitam kecil di belakangnya: "Xiao Hei, kita hidup dan mati bersama."
Kemudian, Chi Aotian melepaskan naga hitam kecil di balik dinding es yang miring ke depan. Dia mengumpulkan pecahan-pecahan es dari sekitar, menumpuknya miring di kedua sisi gundukan salju. Lalu mengambil salju longgar dan menepuk-nepukkannya ke pecahan es sambil menghembuskan nafas. Salju yang meleleh langsung membeku kembali, menutupi celah-celah berangin di antara pecahan es. Dinding es dan dua tembok pecahan es membentuk bentuk labu dengan mulut kecil dan perut besar. Akhirnya, dengan sisa salju longgar dan serbuk es, dia menutup setengah bagian depan. Angin pun berangsur melemah.
Chi Aotian sendiri tak menyangka, dalam kelelahan yang begitu parah, dia masih memiliki tenaga untuk menyelesaikan semua pekerjaan ini.
Suhu udara di dalam labu botol perlahan meningkat, setidaknya tidak sedingin di luar. Manusia dan Naga berdekatan erat, Chi Aotian memeluk erat kepala naga hitam kecil di dadanya, membiarkan napasnya membentuk sirkulasi kecil di dalam pakaiannya agar panas bisa cepat kembali ke tubuh naga kecil itu, sehingga tidak banyak kehilangan suhu.
Malam semakin larut.
Salju berterbangan ditiup angin menyelimuti langit dan bumi, labu botol kecil di luar juga tertutupi lapisan salju yang semakin tebal.
Di malam hari, dalam mimpi, Chi Aotian bermimpi dirinya dan Xiao Hei masuk ke Taman Suci Binatang Legenda... Hmm... Ini Taman Suci Binatang Legenda? Kok ada banyak bangunan? Tak pernah dengar paman bercerita ada bangunan di sana. Segalanya di sini hitam kelam, sunyi senyap. Xiao Hei terlihat sangat aktif, terus menggigit bajunya sambil berlari ke depan. Tiba-tiba sebuah aula besar muncul, saat masuk terlihat seorang pria berbaju hitam berdiri di atas podium tinggi membelakangi pintu menghadap ke satu-satunya lubang cahaya di aula. Sinar bulan menyorot dari atas, membuat bayangannya memanjang di lantai.
Selain sinar bulan pucat itu, ruangan itu gelap gulita.
Tiba-tiba pria hitam itu tertawa dingin: "Heh, tak disangka, setelah ribuan tahun, ada manusia yang berani menantang kematian di sini. Hebat, anak muda."
Orang berbaju hitam itu berbalik dengan cepat, mata merah darahnya menyambar seperti kilat di ruangan gelap. Chi Aotian merasakan hawa dingin menusuk turun dari atas, membekukan dari ujung rambut hingga telapak kaki, sakit seperti tertusuk jarak di kakinya.
Ha— Chi Aotian terbangun dari mimpi. Menemukan lubang angin di dasar dinding Salju, kakinya persis berada di belakang lubang itu. Angin dingin berdesir masuk dari sini. Ia menggeser kakinya, menyumbat lubang dengan topi kapas lalu menginjaknya.
Tangannya meraba Xiao Hei, dadanya berdebar—kenapa kepala-nya sedingin es? Buru-buru ia membalik badan dan mengangkat kepala Xiao Hei yang sudah membeku, tapi lubang hidungnya masih mengembang lemah. Bahaya! Chi Aotian teringat deskripsi Naga Tanah dalam pelajaran Binatang Gaib di sekolah Ksatria: Naga Tanah, sebagian besar hewan berdarah dingin, sedikit yang berdarah panas. Naga Tanah berdarah panas bertubuh kecil, tidak bisa digunakan sebagai tunggangan Ksatria, jadi semua Naga Tanah dinas adalah jenis berdarah dingin. Untuk menjaga sirkulasi darah normal, Naga Tanah harus mendapatkan panas cukup melalui: gerakan, berjemur, atau memakan daging hewan berkalori tinggi. Jika terlalu lama tak mendapat panas baru, Naga Tanah akan mati.
Meski berada di tengah salju dan es yang membeku, keringat segera mengucur dari kepala Chi Ao Tian. Sejak kemarin hingga sekarang, Xiao Hei sama sekali tidak bergerak, tidak mengonsumsi makanan hangat, apalagi berjemur di bawah sinar matahari. Bagaimana ini? Jika terus begini, besok hanya ada satu akibat - mati kedinginan.
Di dalam sakunya masih tersisa beberapa potong terakhir dendeng sapi, juga dingin membeku.
Kalori, kalori, di mana ada kalori? Chi Ao Tian meremas kedua tangannya dengan erat.
Tiba-tiba, ide muncul di kepalanya. Ia mengeluarkan pisau belati dari sepatu boot, melepas sarung tangan kiri dan membuka pita sutra hitam antiangin antara lengan baju dan pergelangan tangan, memperlihatkan lengan bawah. Mengepalkan telapak tangan, remaja itu mengeratkan gigi. Pisau belati menikam membujur di arteri, darah menyembur keluar. Tangannya segera mengarahkan ke mulut Naga Tanah hitam itu. Ia bisa merasakan darahnya mengalir dari lengan, perlahan masuk ke tenggorokan sang naga. Bahkan bisa merasakan lidahnya bergerak perlahan beberapa kali. Beberapa saat kemudian, aliran darah mulai melambat. Chi Ao Tian menarik tangannya, lalu menggoreskan luka berbentuk salib dalam di vena lainnya...
Tak tahu berapa lama waktu berlalu, kedua lengan Chi Ao Tian sudah penuh luka bekas sayatan. Kakinya terasa melayang, tak lagi merasakan keberadaan tanah. Melihat napas Xiao Hei yang perlahan normal kembali, sebelum sempat mengikat kembali pita sutra, Chi Ao Tian langsung terjatuh ke hamparan salju.
Tidak tahu berapa lama lagi, Chi Aotian akhirnya terbangun kembali. Di kegelapan, bintik-bintik emas bertebaran di pandangannya. Ia mengerutkan mata erat-erat lalu membukanya kembali, menyadari hari sudah terang di luar dan sepertinya salju juga sudah berhenti. Meraba Xiao Hei, nafasnya teratur - darahnya tidak sia-sia.
Setelah memasukkan dua potong terakhir dendeng sapi ke mulut, ia menggendong naga hitam kecil itu dan mengikuti penunjuk jalan. Tak lama kemudian menemukan area perkemahan. Daripada menggunakan energi sihir, ia memakai tenda dan selimut perkemahan untuk menyalakan api memasak, berusaha sebisanya menghangatkan tubuh Xiao Hei.
Lagipula sudah melewatkan satu area perkemahan. Jika tidak bergegas, mungkin akan ketinggalan waktu masuk Taman Suci Binatang Legenda. Chi Aotian menyulut potongan terakhir perlengkapan kulit sambil berpikir, "Tidak apa-apa." Setelah kenyang, ia menyimpan energi sihir di dada lalu melanjutkan perjalanan dengan menggendong Xiao Hei.
Proses menuruni gunung relatif lebih mudah. Sering menemui lereng salju besar yang bisa dituruni dengan cara berbaring miring dan meluncur perlahan - sekarang bukan saatnya memikirkan kebersihan pakaian.
Untungnya setelah masuk sisi selatan gunung, angin berangsur reda. Hampir tiap hari ada sinar matahari. Untuk mengejar ketertinggalan satu hari itu, Chi Aotian terus berjalan di malam hari selama ada cahaya bulan.
Xiao Hei beberapa hari ini terlihat lesu dan tidak bersemangat, tidak bisa dikatakan baik atau buruk, terus-menerus tidur. Setelah sampai di perkemahan, dipaksa untuk menelan sedikit sup daging dan daging cincang lalu langsung tertidur. Ini sudah merupakan performa terbaik yang bisa diharapkan. Semakin dekat dengan Taman Suci Binatang Legenda, harapan pun semakin besar.
Melewati garis salju, sinar matahari semakin terik. Pakaian yang membungkus tubuh Xiao Hei mulai dilepas. Merasakan hangatnya sinar matahari, untuk pertama kalinya Xiao Hei membuka matanya dengan sukarela, mengerling melihat cahaya lalu menatap Chi Aotian, menjilat tangan Chi Aotian dengan lidahnya yang dingin.
Akhirnya, terlihat lingkaran sihir raksasa di tengah hutan cemara. Apakah itu Taman Suci Binatang Legenda? Chi Aotian bersukacita, menoleh ke Xiao Hei: "Hei Xiao Hei, kau lihat? Itu Taman Suci Binatang Legenda! Kita hampir sampai." Xiao Hei menjawab dengan suara mendengus.
Melihat harapan, manusia bisa tiba-tiba memiliki keberanian dan kekuatan tak terbatas. Bahu Chi Aotian yang sudah perih terasa kembali kuat, langkahnya dipercepat. Cemara, sungai kecil, dan pegunungan satu per satu tertinggal di belakang.
Akhirnya kaki menapak tanah datar. Melalui hutan cemara di depan, terlihat kerumunan orang di sekitar lingkaran sihir. Apakah itu gerbang? Berarti dia telah sampai di tempat yang benar.
Tiba-tiba angin kecil berputar muncul di antara pepohonan——ini buruk, meskipun dalam keadaan sangat lelah, Chi Aotian langsung menyadari. Matahari hitam akan bersatu dengan matahari putih. Angin kecil berputar ke atas seperti ini hanya muncul dalam satu kondisi: gerhana matahari. Fenomena ini juga disebut angin gerhana matahari.
Dari kejauhan terlihat kerumunan orang mulai gempar. Pintu sihir bergetar, orang-orang berhamburan masuk seperti air bah. Tinggal 10 menit lagi... Chi Aotian tersandung-sandung mulai berlari. Saat menerobos keluar dari hutan, dia melihat dua gadis berdiri di pintu gerbang yang sepertinya pernah dilihatnya. Sedikit terganggu konsentrasi, kakinya tersandung dan jatuh. Tanpa sempat melakukan apapun, dia bangkit dan terus berlari. Terdengar teriakan kedua gadis itu: "Cepat, cepat!"
Banyak orang mendengar teriakan Lin Yushang dan Sha Ruo. Mereka menoleh melihat ke luar gerbang. Seorang bocah lelaki berbaju hitam penuh lumpur dengan Binatang Gaib raksasa di punggungnya, terhuyung-huyung keluar dari hutan menuju gerbang. Jelas ini juga rekan Binatang Gaib. Mengingat penderitaan mereka sendiri di perjalanan, hampir semua orang mulai bersorak: "Semangat! Cepat!"
Banyak Binatang Gaib dengan heran mengangkat kepala, menyaksikan pemandangan ini.
Namun, tepat pada saat ini, pintu magis Taman Suci Binatang Legenda yang semula samar-samar mulai bergetar lagi——matahari hitam akan melebihi matahari putih, Lingkaran Sihir akan menutup kembali. Bocah berbaju hitam itu kini hanya berjarak belasan langkah dari gerbang. Semua orang menahan napas, menatap tegang saat dia melompat dan berlari. Hati mereka serasa naik ke tenggorokan...
Pada detik terakhir sebelum getaran Lingkaran Sihir berhenti, bocah itu menubruk keras pintu magis. Meski berada puluhan langkah jauhnya, aura pelangi dari benturan keras di pintu magis terlihat jelas——bocah dan Binatang Gaib yang dipikulnya terjatuh ke dalam Perisai Sihir. Kerumunan bersorak gembira, seorang lagi bocah lelaki telah menjadi Ksatria Binatang Legenda.
Aura berwarna-warni di atas Lingkaran Sihir bergetar cepat lalu menutup dengan gesit.
Sha Ruo dan Lin Yushang berlari mendekat, membantu Chi Aotian berdiri. Untuk pertama kalinya, senyum mengembang di wajahnya pada gadis-gadis itu: "Terima kasih." Setelah itu, dia berlari ke tempat paling ramai——pasti ke arah Kolam Darah.
Di tengah-tengah para Ksatria Binatang Legenda, terdapat kolam darah raksasa dengan diameter lebih dari 100 meter. Kolam ini dipenuhi cairan berwarna rubi, di mana banyak binatang gaib sedang berenang. Binatang gaib yang baru masuk memancarkan cahaya kemerahan, bulu mereka basah kuyup oleh cairan kolam hingga seluruh tubuhnya berubah merah darah. Sementara binatang gaib yang telah tinggal bertahun-tahun di sini berenang dengan lincah sambil memancarkan cahaya kebiruan, bulu mereka langsung kembali ke warna asli saat keluar dari cairan.
Beberapa binatang gaib baru yang masuk dengan hati-hati tiba-tiba memancarkan cahaya merah dan bertubuh membesar. Ciri-ciri anak burung/hewan muda pada tubuh mereka hilang tercuci oleh kolam darah, bahkan warna bulu pun berubah seperti hewan dewasa. Beberapa binatang gaib sendiri tidak percaya dengan perubahan cepat ini, mengeluarkan suara panik.
Chi Aotian menerobos kerumunan dan berlutut di tepi kolam darah, membuka tali pengikat di tubuhnya. Lin Yushang dan Sha Ruo yang telah mempelajari pedoman binatang gaib juga mendekat. Mereka menyadari alasannya - pasti binatang gaib itu terluka dan perlu segera diobati dalam kolam darah.
Sebuah tali pinggang yang diikat erat di pinggang, Chi Aotian dengan panik mencabut pisau belati dan langsung merobeknya. Saat Xiao Hei diturunkan dari punggung dan diletakkan di tanah, semua ksatria muda berteriak kaget: Apa yang terjadi dengan binatang gaib ini? Sementara semua Ksatria Binatang Legenda dari kekaisaran hampir tidak percaya bahwa naga tanah hitam ini adalah makhluk yang dulu memiliki aura penguasa saat uji coba binatang gaib.
Darah mengalir perlahan dari sudut mulut dan lubang hidung Xiao Hei.
Chi Aotian juga tidak menyangka Xiao Hei yang diturunkan menjadi seperti ini. Ia mengangkat kepala Xiao Hei dengan tangannya dan berteriak: "Xiao Hei, Xiao Hei, kita sudah sampai di Kolam Darah! Bangunlah!"
Kepala Xiao Hei bergerak lemah. Matanya perlahan terbuka, memandang kosong ke orang di depannya. Lidah putihnya yang berlapis lendir perlahan menjilat tangan Chi Aotian. Matanya perlahan terpejam, mengalirkan dua butir air mata besar. Kepala yang dulu penuh kharisma itu miring lemah ke pelukan Chi Aotian, kehilangan napas.
Dewa Maut akhirnya mengunjungi naga tanah hitam kecil yang telah menderita ini di saat terakhir.
"Xiao Hei—" Chi Aotian sama sekali tidak bisa menahan perasaannya. Ia memeluk erat Xiao Hei di dadanya, mata yang bengkak dan merah segera dipenuhi kabut air mata.
Katalog Senjata Ajaib Perang Para Dewa:
Halaman ketiga, kolom kedua: Chiguan
Nama perisai, panjang 5 chi 1 cun, lebar 3 chi 3 cun, berat 23 jin, desain sangat sederhana, material tidak diketahui, asal produksi tidak jelas. Digunakan oleh Raja Naga Kegelapan dalam Perang Para Dewa, asal-usul nama aslinya tidak diketahui.
Dalam Perang Para Dewa, perisai ini terkenal sebagai senjata pendukung serangan. Sebelum tombak Cunyan milik Raja Naga Kegelapan menyerang, senjata musuh akan terkunci oleh duri-duri di Chi Guan, bahkan tidak bisa ditarik kembali.
Legenda menyebutkan perisai ini dibuat langsung oleh Dewa Kematian. Saat perang, selalu mengeluarkan aura hitam.
——《Katalog Senjata Magis Perang Para Dewa》
