“Hehe,” Pedang Raksasa Biru Muda tertawa geli melihat Amy tak bisa ditipu, “Sebenarnya sederhana. Untuk membawaku pergi, kamu harus melewati barisan Roh Pedang ini...”
“Hmm...” Amy memotong suara logam, “Kakek, bukannya ini roh yang kau panggil? Bukannya mereka harus patuh padamu? Kakek saja yang menyimpannya.”
“Siapa bilang?” Pedang Panjang mengeluarkan suara kesakitan, “Roh-roh ini dipanggil oleh Dewa Pencipta. Kurasa aku hanyalah inkubator yang dipakai Dewa Pencipta untuk membiakkan mereka. Jika gunung besar di luar ini adalah penjara untukku, maka roh-roh ini adalah belenggu kaki untukku.” Batu Meteor Biru menggambarkan penderitaannya dengan sangat menyedihkan.
“Kakek, sudah melenceng lagi.” Amy harus turun tangan lagi.
“Apakah kau sama sekali tidak punya rasa simpati...”
“Mari kembali ke topik utama, setuju? Aku sampai kagum dengan semangat menyimpangmu yang tak kenal lelah.” Amy juga mulai kesal.
“Tadi aku sudah sampai mana ya...” Pedang tua yang pelupa ini menghela nafas, Batu Meteor Biru berpikir sejenak, “Satu-satunya cara mengatasi masalah ini adalah dengan menemukan manusia yang bisa berkomunikasi dengan Roh Pedang. Berdirilah di depanku, gunakan metode biasa untuk memanggil Roh Pedang, pelan-pelan berkomunikasi dengan mereka - dengan kekuatan kita berdua, bimbing Roh Pedang itu kembali ke dalam tubuhku.”
“Bagaimana jika berhasil? Bagaimana jika gagal?” Amy menunjukkan minat yang besar.
“Berhasil, aku adalah rampasan perangmu kali ini, aku juga ingin pergi melihat dunia luar bersamamu. Hanya saja tidak tahu apakah kemampuanmu saat ini bisa menggunakanku. Jika gagal, lupakan saja, kurasa ini takdir, kalian boleh pergi saja.” Pedang Panjang saat ini juga terlihat sangat tenang.
“Baik, sepakat.” Amy merenungkan untung ruginya dengan seksama, sepertinya tidak ada kerugian, setidaknya bagaimanapun Ying tidak akan terluka. Di bawah prasyarat ini, Amy sudah siap mengambil semua risiko.
Mata Ying yang anggap menembus cairan biru memandang Amy, Amy mengulurkan tangan menggenggam kedua tangan mungil Ying di telapaknya: “Tenang, sayang, aku pasti baik-baik saja.”
Gadis peri mengedipkan matanya, bulu mata panjangnya berkibar-kibar, ekspresi wajahnya sangat serius tapi tidak mengucapkan apa-apa, hanya menambah sedikit tekanan di telapak tangan untuk merasakan kehangatan telapak Amy dengan lebih nyaman. Dahulu kala, kaum peri mendengar pepatah: “Jika ingin tahu apakah seorang bocah lelaki mencintaimu, genggamlah tangannya dengan hati dan rasakan getarannya. Bocah yang mencintaimu akan memberikan kehangatan dengan sedikit kelembapan yang nyaman. Jika terasa dingin dan kasar, lebih baik tidak usah dipertimbangkan.”
Amy menggenggam tangan Ying secara berirama sebanyak tiga kali - ini adalah perjanjian lama antara mereka: Jika di tempat umum benar-benar tidak nyaman menunjukkan rasa cinta, maka mengulangi satu gerakan tiga kali berturut-turut berarti "Aku mencintaimu". Setelah itu, Amy memutar tubuhnya dan melangkah naik anak tangga demi anak tangga, mendekati pedang raksasa itu.
Dia mengangkat tangannya perlahan, seolah menggenggam pedang yang tak nyata. Untuk menguasai dengan lebih akurat, Amy perlahan menutup matanya, merasakan lautan Roh Pedang yang tak bertepi di sekitarnya.
Pada saat Amy memasuki kondisi meditasi, seluruh Roh Pedang dalam Perisai Sihir biru memancarkan kegelisahan yang tersamar. Tak hanya Ying di dalam perlindungan yang merasakannya kian jelas, prajurit tentara bayaran di luar pun menyadari perubahan ini. Tepatnya, para elf pedang tersebut terkejut bukan main.
Roh Pedang yang muncul di sini semuanya tercipta pada saat penciptakan dunia. Dalam ratusan ribu tahun yang lalu, mereka secara perlahan berubah dari saling bertentangan hingga akhirnya mencapai simbiosis sempurna dengan Pedang Batu Meteor Biru - harta langka alam semesta. Setiap Roh Pedang sangat memahami Perisai Sihir ini, dan selama ribuan tahun tak terhitung, tidak pernah ada satu pun individu yang berusaha memahami - lebih tepatnya, berusaha menaklukkan mereka.
Saat ini, cara berjalan pemuda di depan mata ini bagi Roh-Roh Pedang tersebut jelas merupakan sebuah tantang duel yang sangat besar.
Untuk Roh Pedang tingkat tinggi dan perlindungan Roh Pedang, hanya ada satu mode yang dapat dimasuki - jiwa. Manusia atau peri hanya dapat berkomunikasi dengan Roh Pedang melalui jiwa.
Amy sedang mencoba hal seperti ini sekarang, hasil percobaannya...
Ying menatap Amy dengan tegang. Meskipun dia tidak bergerak, sebagai peri tingkat tinggi yang bisa memasuki perlindungan peri dengan bebas, dia terlalu memahami jalur apa yang harus dilalui manusia untuk berkomunikasi dengan peri alam. Mungkin sebagai Raja Tentara Bayaran manusia, Amy belum sepenuhnya memahami maksud Pedang Batu Meteor Biru, tapi Ying telah mengerti - memasuki perlindungan peri secara gegabah seperti ini sangat mudah memicu serangan massal dari para peri. Mengandalkan kekuatan satu orang atau satu peri tingkat tinggi untuk melawan seluruh dunia peri hanya bisa dijelaskan dengan empat kata: khayalan yang mustahil.
Keringat sebesar kacang muncul di wajah Amy, menetes perlahan di sepanjang pipinya dan menghilang dengan cepat dalam perlindungan.
Kegelisahan para Roh Pedang semakin intens, hingga akhirnya menjadi seperti gelombang gila yang mengamuk. Sebagai peri, tanpa perlu memasuki perlindungan Roh Pedang, Ying bisa dengan mudah merasakan kemarahan para peri dan keinginan mereka untuk membunuh orang yang lancang ini.
Saat ini, jiwa Amy yang telah sepenuhnya memasuki perlindungan dapat melihat dengan jelas bayangan-bayangan para peri yang melayang di depannya, wajah-wajah mereka yang berubah karena kemarahan.
"Amy juga mulai menyesal. Menantang ratusan ribu hingga jutaan peri di hadapannya sendirian adalah hal yang tak terbayangkan, seperti seorang bocah lelaki yang hendak melawan seluruh pasukan tempur."
Kesadaran Amy melayang-layang di udara. Melihat gerombolan biru para peri yang menari-nari menghampirinya, pikirannya tiba-tiba terbang ke sepuluh tahun silam. Di tengah hutan es dan salju yang tak berujung, seorang diri berlari telanjang bulat diterpa angin kencang. Baik tiupan angin dingin yang menyayat kulit maupun duri pinus berlapis es yang menusuk tubuh - semuanya memberikan sensasi yang sama seperti sekarang: rasa sakit yang menusuk tulang, terus-menerus tanpa akhir. Betapa kecilnya kekuatan seorang manusia di sini.
Saat itu, Amy sepenuhnya mengandalkan insting bertahan hidup untuk memaksa kedua kakinya bergerak mekanis di tengah hutan.
Para peri terkejut dengan tekad kuat yang ditunjukkan bocah lelaki biasa ini - jelas terasa bagaimana ia bertaruh nyawa melawan. Setiap kali mereka mengira ia sudah kehabisan tenaga dan akan roboh, tiba-tiba ia bisa mengumpulkan sisa keberanian untuk terus melawan.
Ying segera menangkap getaran perasaan para peri. Matanya langsung membasahi air. Ia menatap tajam ke arah pedang raksasa: "Mengapa kau menipu kami?"
"Aku tidak menipu!" Pedang raksasa yang juga sedang memantau pertarungan itu baru bereaksi setelah Ying berteriak tiga kali berturut-turut.
“Bagaimana kekuatan satu orang bisa melawan seluruh perlindungan? Jika bisa, bukankah semua Bidang Kekuasaan sihir akan menjadi tidak berguna? Bahkan para dewa pun tak bisa mengabaikan fungsi Bidang Kekuasaan!” Peri memiliki pemahaman bawaan terhadap banyak istilah sihir.
“Hmm... Kau lihat sendiri, tadi aku tidak memaksanya, dia yang mau sendiri!” Pedang Panjang menghela napas lega.
“Jika kau hanya ingin kami menemanimu, kami berdua bisa tinggal. Mengapa kau harus menyuruhnya masuk? Tidakkah kau tahu ini bisa membuat jiwanya tersesat selamanya dalam perlindungan?”
“Aku tahu, tapi ini satu-satunya jalan keluar kita. Tanpa mengambil risiko...”
“Mengapa? Mengapa harus dia yang mengambil risiko?” Air mata Ying sudah menggenang.
Pedang Panjang baru menjawab setelah lama terdiam: “Mungkin ini takdir. Dia sudah hampir gagal. Tadinya, melihat kemampuan dan tekadnya, kukira dia bisa berhasil. Maaf, nona kecil, pergilah.”
“Tidak——” Tekad Ying runtuh seketika. Air mata membasahi wajah cantiknya, “Kau keji! Aku tidak mau pergi! Aku ingin Amy-ku!”
“Selain nenekku, tak ada yang benar-benar mencintaiku. Amy satu-satunya, aku tak mau kehilangannya!” Gadis itu tersedu-sedu, “Sejak pertemuan pertama, aku tahu dia suamiku. Persis seperti pria dalam mimpiku waktu kecil. Dia tidak tampan, tapi sangat mencintaiku. Hidup atau mati, aku takkan berpisah darinya.”
Ying sudah merasakan pesan yang disampaikan antara para peri: "Lancarkan serangan terakhir pada orang ini, dia sudah di ambang batas. Begitu tekadnya runtuh, semuanya akan berakhir."
Ying diam-diam mengeluarkan pisau belati putih dari pinggangnya, perlahan mendekati Amy, duduk di tangga di sampingnya. Pipinya menempel di paha Amy, suara lembutnya bergema dalam perlindungan: "Suami, terakhir kusebut kau suami. Jangan bilang aku nakal. Mari kita tinggal di sini bersama. Kau harus tetap melindungiku. Tak mau kau pergi duluan. Suamiku, aku yang pergi dulu. Akan kujadikan nyawaku menyertaimu."
Pisau belati di tangan kanan Ying perlahan menembus pergelangan tangan kirinya yang pucat. Darah awalnya mengalir perlahan, lalu memancur deras setelah vena pecah.
Cairan merah menyebar diam-diam di antara cairan biru.
Di tengah warna merah, seorang peri kecil memeluk kaki Amy, suara lembutnya seolah masih sedang berbisik dengan kekasihnya: "Suamiku, lihat betapa indah warna di sekitar kita... Suamiku, aku akan membawamu ke rumah nenekku di tepi timur, di sana sangat cantik. Rumput yang bisa menggulung daun seperti yang kalian lihat di Bar pohon, di gunung kami sangat banyak, itu kan putri malu... Suamiku, aku tidak suka kamu memberiku bunga, waktu itu kau memberiku, aku sudah buang. Bunga segar punya nyawa, lain kali jangan beri apa-apa, yang penting ada kamu, itu sudah membuatku bahagia... Suamiku, jangan boros lagi, jangan beli baju-baju ini, asal ada yang bisa dipakai sudah cukup... Suamiku, aku agak dingin, bisakah kamu memelukku..."
Kaisar-kaisar sepanjang sejarah banyak yang memerintahkan sejarawan istana khusus mengumpulkan dan mengorganisir setiap perkataan serta perbuatan mereka, secara berkala dibukukan menjadi 《××× Kutipan Kaisar》. Jika dinasti dapat melanjutkan secara normal, kaisar generasi berikutnya biasanya akan berusaha merevisi kutipan kaisar sebelumnya, demi menjaga integritas dinasti.
Sebagaimana diketahui umum, Raja Tentara Bayaran Amy sepanjang hidupnya tidak pernah benar-benar mendapatkan gelar raja - tentu bukan karena tidak ada kesempatan. Di seluruh wilayah peradaban manusia, jika dihitung berdasarkan frekuensi, Amy adalah orang yang paling banyak menolak kesempatan mendapatkan tahta kerajaan maupun kekaisaran secara sukarela.
"Raja Tentara Bayaran" hanyalah istilah fiksi yang muncul dalam sejarah resmi maupun catatan non-resmi di empat benua. Meskipun tidak ada penobatan resmi, sejak era Amy, gelar ini menjadi sebutan eksklusif yang melambangkan satu makna tunggal: Amy, baik di dunia manusia, dunia peri, alam dewa, bahkan melampaui tiga alam ciptaan Dewa Pencipta yaitu dunia naga.
Meskipun Amy sendiri sangat menentang, selama hidupnya, banyak lembaga yang menerbitkan beberapa versi 《Kutipan Raja Tentara Bayaran》, seperti buku ini.
Mengenai cinta, persahabatan, karier, dan nilai kehidupan, semua edisi 《Kutipan Raja Tentara Bayaran》 mencantumkan pidato legendarisnya:
"Hidup ibarat bangunan megah dengan pilar-pilar berbeda untuk tiap individu. Bagiku, cinta, persahabatan, dan ikatan keluarga adalah tiga pilar utama yang menyangga istana kehidupanku. ... Aku tak ingin satu pun pilar ini berubah. Beban itu terlalu berat untuk kupikul."
——《Kutipan Raja Tentara Bayaran*Halaman Sampul》
