Di sebelah barat Pulau Xilin, 40 mil laut jauhnya, puluhan kapal perang berlabuh. Di malam hari, setiap kapal menyalakan lentera hijau dan merah di haluan serta buritan untuk menandai posisi. Bentuk kapal-kapal ini sangat mirip dengan yang menyerang Pulau Xilin.
Di tengah kerumunan kapal, terdapat satu kapal yang berukuran jauh lebih besar. Berbeda dengan kapal lainnya, kapal ini diterangi lampu-lampu terang, di haluan tergantung obor yang terbentuk dari sihir. Api merah menyala dengan pesona magis di tengah kegelapan laut dan langit. Di sisi kapal dipenuhi oleh prajurit penjaga, kebanyakan manusia serigala, tentu juga ada ork.
Tiba-tiba terdengar suara nyaring dari langit. Tirai kabin kapal besar dibuka, empat orang keluar secara berurutan. Mereka menyapu pandangan mencari sesuatu di langit. Angin kencang tiba-tiba berhembus, di balik awan gelap yang bergulung muncul sosok raksasa di atas kapal, lalu seekor Naga Raksasa Tingkat 3 berwarna keemasan perlahan mendarat di haluan.
Menghadapi Naga muda Tingkat 3 yang baru memasuki periode kecerdasan ini, orang-orang di kapal menunjukkan rasa hormat yang cukup. Pemimpin dari keempat orang tersebut, seorang pria paruh baya, memberi penghormatan dalam-dalam pada naga sebelum mendekati tubuhnya dengan hati-hati. Terlihat jelas pria itu sangat berhati-hati, menghindari posisi tubuhnya tepat di depan mulut naga, juga tidak ingin hembusan napas naga menyentuhnya. Tentu semua tahu hembusan napas yang tampak biasa ini bisa berubah menjadi utusan kematian dalam sekejap.
Naga Emas Raksasa terlihat tidak berniat menyakiti manusia, mungkin bahkan meremehkan untuk melukai mereka. Leher naga yang ramping menjulur ke depan dengan anggun, memperlihatkan gulungan biru yang terikat di bawah lehernya. Pria paruh baya itu dengan sangat hati-hati melepaskan gulungan tersebut, lalu mengambil cincin dari tangan rekannya yang dihiasi batu mulia besar berkilauan di tengahnya, menyerahkannya kepada Naga Muda Raksasa Tingkat 3. Naga itu memiringkan kepala dan memeriksa batu itu dengan mata besarnya, mengangguk puas sebelum menggapai batu itu dengan cakar depannya. Tubuh raksasanya melayang ke udara dan menghilang di balik awan setelah angin kencang menerpa.
Semua orang di kapal serentak menghela napas lega. Tak peduli ras atau sehebat apa pun pahlawan mereka, semua makhluk pasti merasakan tekanan bawaan dari aura naga yang menguras ketegangan terakhir dalam diri.
Keempat orang kembali masuk ke dalam rumah.
Interior rumah sangat sederhana, hanya ada meja besar di tengah ruangan kosong tanpa perabot lain. Pria paruh baya itu segera membuka gulungan dan alisnya langsung berkerut. Saat tiga orang lainnya mendekat, mereka hanya menemukan beberapa kata pendek di gulungan: "Amy, Da Qing Shan akan segera kembali ke Xilin. Percepat."
Pria paruh baya itu bergegas ke meja, membungkuk memandangi peta wilayah barat Benua Eminoll yang terpajang. Di peta tersebut, lima panah merah besar membentang dari titik yang sama menuju pantai barat benua.
“Orang yang sedikit mengerti ilmu peta dapat dengan mudah melihat bahwa kapal besar ini berada di titik awal merah tersebut. Dari lima panah, satu mengarah ke sisi utara Sungai Singa Kekaisaran Xius, tiga lainnya mengarah ke tiga kota kecil 20 kilometer di utara sisi selatan Sungai Singa Kekaisaran Amy. Panah terakhir mengarah ke Pulau Xilin yang terletak di mulut naga Sungai Singa.
“Yang Mulia Jenderal Da Haino, saya sangat heran mengapa Anda masih khawatir?” Seorang ork muda yang kekar menatap posisi Pulau Xilin di medan pasir, di mana empat figur manusia jelas mewakili pasukan 400 personel.
“Benar,” seru seorang manusia serigala muda yang mendukung, “Sebagai bangsa terpilih para dewa, setelah berjuang ratusan tahun, akhirnya kita akan memulai misi suci dari Sang Dewa Sejati. Apakah kepala suku khawatir sebuah pulau kecil bisa menghalangi arah perjalanan kita?”
Pada Tahun 4 Kalender Sihir, sebagai salah satu dari tiga pihak dalam tahap awal Perang Para Dewa, berbagai ras dari Benua Fanos akhirnya untuk pertama kalinya mengungkapkan tabir misteri mereka di hadapan dunia.
Saat ini di dalam kabin kapal terdapat empat orang: Da Haino, kepala suku manusia berusia paruh baya dari komunitas manusia terbesar di Benua Fanos, sekaligus pemimpin militer yang memimpin 10.000 pasukan dalam strategi pengepungan setelah serangan frontal. Konon di masa mudanya ia pernah menjadi jenderal di suatu negara di Benua Eminoll, namun harus melarikan diri ke luar negeri bersama keluarga karena melanggar tabu tertentu. Berkat kepemimpinannya yang brilian, dalam waktu enam tahun ia berhasil mempersatukan manusia yang sebelumnya tercerai-berai di pesisir utara Benua Fanos menjadi kekuatan yang tak tertandingi; Meilin, komandan Batalyon Pertama dari Aliansi Suku Ork Setengah Manusia yang masih muda; Morashou, perwakilan suku werewolf terbesar yang bertanggung jawab atas 7.000 prajurit werewolf dalam operasi pengepungan ini; serta perwakilan ras manusia beruang yang sejak tadi diam, seperti kebanyakan kaumnya yang enggan berdebat dan hanya percaya satu hal: kebenaran lahir dari kepalan tinju.
"Kalian tahu seperti apa karakter Amy sebenarnya?" tanya Da Haino dengan suara berat sambil mengeluarkan setumpuk dokumen dari bawah meja.
“Apa bedanya siapa yang melakukannya?” Morashou mulai kehilangan kesabaran. Sebagai ork, dia sama seperti kebanyakan ork yang meyakini Benua Fanos adalah anugerah dewa sejati untuk mereka, bukan untuk manusia pendatang ini. Melalui serangan tak terhitung ke desa-desa manusia, dia selalu menganggap manusia sebagai kelompok lemah yang patut dikasihani, bahkan prajurit terkuat sekalipun tak bisa menahan serangan ork. Menghadapi atasan manusia seperti ini, rasanya sungguh tidak nyaman. "Di sini hanya ada 400 prajurit manusia! Pasukan kita lebih dari 1000 orang. Dengan mudah kita bisa kuasai tempat ini. Saranku, arahkan pandangan lebih jauh - pikirkan bagaimana kita menghadapi serangan kekaisaran nanti."
"Ketua suku tak perlu khawatir. Yang memimpin pasukan ini adalah Norton, panglima setengah ork paling cerdas dan pemberani. Aku yakin harimau buas ini pasti akan memimpin..." Merlin berusaha meredakan ketegangan antara jenderal dan komandan.
"Ha..." Da Hainuo menggelengkan kepala pasrah. "Jika Norton diibaratkan harimau, maka yang dihadapinya adalah singa bernama Huo Ensi. Awalnya kuharap dia bisa memenangkan perang ini dengan keunggulan pasukan dibanding prajurit manusia. Tapi setelah rubah kecil bernama Amy ini kembali, peluang menang 60% langsung turun jadi 20%."
"Jangan lihat aku seperti itu. Tahukah kalian? Huo Ensi adalah ahli waris ketiga tahta suku Kurcaci Hutan, terkenal dengan strateginya; sedangkan Amy adalah jenius sihir yang disebut langka dalam seratus tahun, memiliki julukan 'Otak Emas' di Kekaisaran Amy dan Kekaisaran Orang Hamii (pada saat ini Da Hai Nuo pasti salah paham, julukan ini lebih banyak mengandung makna negatif daripada pujian); Selain mereka berdua, di pulau kecil ini juga ada Kesatria Naga Suci dan Ksatria Naga Tengkorak yang belum pernah terdengar sebelumnya. Menurut kalian, apakah Norton masih punya kesempatan menang?" Hanya beberapa kalimat, wajah ketiga orang lainnya langsung berubah pucat.
Dua buku tebal ditampar ke meja, satu bertuliskan "Analisis Kekuatan Kelompok Tentara Bayaran Tingkat A", satunya lagi "Data Tokoh Internal Referensi". Mo La Shou meludahi jarinya lalu membuka "Data Tokoh Internal Referensi", dua pemuda lainnya juga ikut mengerumuni. Seiring halaman yang dibalik, wajah mereka semakin berubah suram.
Legenda menceritakan bahwa di seberang lautan luas, Benua Fanos selalu dilanda konflik dan pemberontakan. Catatan sejarah di arsip negara-negara seperti Benua Eminoll dan benua beku menggambarkan daratan ini sebagai tempat yang tandus dengan penduduk yang dianggap spesies rendah. Mengenai dua negara yang masih bertahan di benua ini, sebagian besar deskripsi berasal dari kabar burung para pedagang besar: baik Aliansi Suku Keke maupun Aliansi Ork Setengah, kedua negara ini hanya eksis secara nominal. Di dalamnya, sering terdapat puluhan raja yang diakui rakyat secara bersamaan, yang sebenarnya adalah kepala suku masing-masing. Selama suku mereka memiliki kekuatan yang tidak mudah dihancurkan, semua orang akan mengakui statusmu sebagai raja.
Tentu saja, beberapa suku besar pernah ingin mendirikan negara sendiri. Namun bagi sebagian besar ras di benua ini, mengingat dua nama negara yang ada saja sudah sulit, apalagi menambah satu lagi? Bagi penduduk benua asing yang digambarkan para pedagang besar, hal ini tak terbayangkan. Setiap proposal kemerdekaan atau upaya memisahkan diri akhirnya selalu dipatahkan oleh otak keras para ork.
Faktanya justru sebaliknya, atau dengan bahasa yang lebih akurat: benua asing memang seperti itu 200 tahun silam. Namun dalam 200 tahun terakhir, laut bagaikan topeng raksasa yang menyembunyikan segala sesuatu tentang benua asing tersebut.
Awal Kalender Bulan Merah, dalam perang konflik besar antarsuku antara ork dan manusia serigala, puluhan ribu prajurit mengenakan zirah compang-camping, memegang berbagai senjata, dengan mata merah menyala mengeluarkan uap panas siap bertarung mati-matian. Tiba-tiba dewa sejati turun dari langit. Menurut catatan sejarah saat itu, seorang dewa berbaju zirah biru mengendarai Naga Emas Raksasa turun dari langit, memanggil tembok angin raksasa untuk memisahkan kedua pihak yang bertikai, lalu membawa pergi pemimpin kedua belah pihak.
Setelah pemimpin kembali, mereka mendapat kabar: Benua Fanos sebenarnya adalah benua terakhir yang diciptakan dewa sejati. Semua penghuni benua ini adalah umat pilihan dewa. Dewa juga memberitahu bahwa ada tiga jenis umat di dunia ini - selain umat dewa, ras-ras di Benua Eminoll dan benua beku adalah bangsa buangan dewa (hasil kreasi awal dewa yang tak bisa menandingi kemampuan umat pilihan). Selain itu ada bangsa gelap ciptaan musuh dewa.
Bersamaan dengan memilih mereka, dewa memberikan misi suci: musnahkan bangsa gelap, jadikan bangsa buangan sebagai budak umat pilihan, dan sebarkan umat dewa ke setiap benua di dunia.
Banyak sejarawan kemudian menganggap legenda semacam ini hanya bisa menipu rakyat bodoh di Benua Fanos. Namun melihat situasi saat itu, siapapun - tak peduli statusnya - yang ditarik ke dunia dewa dengan kekuatan ilahi lalu dicuci otak, pasti akan percaya tanpa syarat pada kebenaran peristiwa ini.
Selanjutnya, dewa-dewa asli kerap muncul di tempat umum Benua Fanos, cepat menyatukan berbagai ras di benua itu. Di bawah bimbingan para dewa, kaum ork tidak lagi memusuhi manusia, bahkan bersedia menerima suku manusia yang telah bermigrasi lebih dari 10 tahun sebagai anggota Dewan Bersatu Benua Fanos. Manusia tidak hanya membawa populasi dan konsumsi pangan, tapi juga memperkenalkan teknologi seperti budaya, tekstil, dan metalurgi kepada peradaban prasejarah ork.
Para manusia yang terpaksa mengungsi ini telah mempersiapkan diri untuk mati selama pelayaran puluhan hari. Setelah mendapat perlakuan relatif baik di sini, semakin banyak manusia perlahan menerima pandangan baru: Fanoslah tanah air mereka yang sebenarnya, sehingga memutus hubungan total dengan tanah leluhur.
Dalam berbagai situasi yang tampak kebetulan ini, seluruh Benua Fanos sengaja menciptakan citra tertentu untuk pedagang asing. Sambil berdagang, mereka terus mengirim pedagang manusia dari Fanos untuk berlayar ke benua lain guna memata-matai situasi militer.
Hingga setengah tahun lalu, Dewan Bersatu Fanos akhirnya memutuskan untuk mengirim 100.000 pasukan menyerang Benua Eminoll - memenuhi misi yang diberikan para dewa. Dengan kemenangan beruntun di front selatan melawan Kekaisaran Tentara Bayaran, Markas Besar Fanos memutuskan membagi pasukan ke front barat untuk menyelesaikan langkah strategis penting.
Melihat tiga perwira bawahan langsung lainnya tidak keberatan, Da Hainuo memanggil pengawal luar: "Sampaikan perintah, Detasemen Pertama dari 5000 pasukan cadangan dikerahkan seluruhnya, target Pulau Xilin."
Entah bagaimana Raja Tentara Bayaran, Raja Kurcaci Pengamuk, Raja Naga Bermuka Hitam, dan Kesatria Naga Suci kemudian mengayunkan tongkat komando perang mereka dengan cerdik, atau berapa banyak taktik jenius yang mereka tinggalkan dalam sejarah perang, pada musim gugur Kalender Sihir tahun ke-4, para pemuda ini masih hanya bisa melihat masalah dari sudut pandang taktis. Dalam konteks makna strategis keseluruhan, mereka masih seperti anak burung dengan cangkang telur di ekor. Saat mereka terkesima bahkan berbangga diri karena mudahnya menghancurkan 50 lebih manusia beruang, tiga kali lipat musim sedang menyerbu dengan garang. Empat skuadron tempur terpadu yang sukses merebut dua wilayah kekaisaran juga diperintahkan untuk menarik 1/4 pasukan masing-masing guna menyelesaikan pengepungan strategis Pulau Xilin di sepanjang Sungai Singa.
Dalam Perang Para Dewa, Grup Angkatan Darat Ketiga Benua Fanos selalu menikmati kehormatan tertinggi.
Di balik bayangan besar Grup Angkatan Darat ke-1 dan ke-2 yang dipimpin langsung oleh dua jenderal legendaris Farnorth, Grup Angkatan Darat ke-3 di bawah komando jenderal termasyhur Norton menjelma sebagai senjata perang paling lincah, misterius, dan gesit di seluruh pasukan Farnorth. Kilau yang dipancarkannya dalam peperangan sama sekali tidak kalah dibandingkan dua jenderal besar tersebut.
Dalam perang tiga pihak yang berkepanjangan itu, baik pihak lawan, sekutu, maupun kita sendiri selalu mengawasi setiap pergerakan Grup Angkatan Darat ke-3. Akademi Militer Skambray memberikan penilaian berikut terhadap kelompok tempur Farnorth ini:
"Diam bagaikan gadis perawan, bergerak laksana rubah licin." Meskipun 80% pasukan terdiri dari infanteri ringan dan infanteri berat, mereka justru terkenal dengan taktik mobilitasnya. Dalam berbagai pertempuran besar, tak terhitung contoh kemenangan yang diraih melalui serangan mendadak pasukan pendekar ringan dari jarak ratusan li. Sepanjang sejarah perang, pencapaian jumlah serangan mendadak dan gerak cepat sebesar ini bahkan jarang ditemui pada pasukan ksatria penuh atau pasukan udara.
Komandan Norton ahli dalam pertempuran taktis. Ia mampu menemukan titik lemah musuh dalam situasi kacau-balau sekalipun. Ucapan "Mengambil kepala jenderal musuh dari tengah pasukan sejuta orang bagai menggapai benda dalam kantong" menjadi pujian terbaik bagi kelihaian taktik perangnya.
Tentu saja, patut dicatat bahwa sebagian besar sejarawan militer berpendapat: Gaya komando Norton justru terinspirasi dari jenderal musuh yang pertama kali mengalahkannya - Raja Tentara Bayaran Amy.
——《Raja Segala Raja》
