Di bawah serangan bertubi-tubi dari Pasukan Bayaran Kecil, Norton tidak akan menyangka bahwa generasi mendatang akan memberikan penilaian setinggi itu padanya. Masalah terbesarnya saat ini adalah bertahan hidup menyerbu pantai dan melepaskan diri dari serangan pemanah dan magician musuh.
Rasa takut mulai menyusup ke hati Norton. Sejak masuk militer di usia 17 tahun, dalam setiap perang dan latihan militer, Norton tak pernah terkalahkan. Dari komandan regu 10 orang, ia menumpuk jasa hingga menjadi komandan batalion 1000 orang termuda di Benua Fanos. Rencana serangan mendadak ini pun diajukan langsung tiga tingkat melompati hierarki ke Markas Besar Komando Fanos. Dirinya pun menjadi terkenal berkat disetujuinya rencana ini. Dalam pelaksanaan serangan, perhatian khususnya terhadap Pulau Xilin mendapat persetujuan dari Panglima Perang Ekspedisi Barat, Da Haino, yang secara pribadi menunjuknya memimpin 700 prajurit manusia serigala, 200 infanteri berat ork setengah manusia, dan 100 prajurit berat manusia beruang untuk menyerang Pulau Xilin.
Serangan malam hari, 1000 lawan 400... Sebelum hujan panah pertama datang, yang dia pikirkan hanyalah bagaimana memenangkan pertempuran dengan korban minimal. Tapi sekarang...
Seperti pepatah, "jarak sedepa bagai antariksa"...
Jika tidak bisa menerobos beberapa puluh meter pantai di depan ini, para pemanah dan magician mengerikan itu akan membantai sisa 700 prajuritnya di tempat. Saat seperti ini, panglima manapun - secerdas, seterkenal, atau seberani apapun - hanya bisa mengerahkan sisa keberaniannya dan berteriak: "Dewa memberkati kita! Tanggalkan perlengkapan! Ikuti aku!"
Norton menunjukkan performa seperti ini, di hatinya masih tersimpan sedikit harapan terakhir——pasukan manusia mungkin tidak memahami kecepatan pasukan ork, asalkan bisa mencapai posisi magician dan pemanah musuh dalam waktu singkat, kemenangan mungkin masih bisa diraih.
Aroma darah dan kematian telah meresap ke seluruh medan perang, naluri liar bawaan prajurit manusia serigala dan setengah ork terpicu oleh bau aneh ini. Mata mereka memancarkan kilau biru dan merah, lidah terjulur dari mulut, air liur bercampur napas gelisah menyembur, cuping hidung bergetar... Setelah mendengar teriakan "Serbu!", semua prajurit melemparkan perisai mereka sekuat tenaga, berdesak-desakan menjejakkan kaki di air laut yang semakin surut sambil menyerbu magician di tepi pantai.
Serangan prajurit manusia serigala dan setengah ork yang terbebas dari belenggu perisai memberikan pelajaran sesungguhnya tentang charge militer kepada Pasukan Bayaran Kecil. Tubuh besar setengah ork dengan kelincahan yang mustahil menerjang seperti gunung kecil, kaki yang menghantam tanah bagai martil pemadat, setiap langkahnya mencakup jarak minimal 2 meter; sementara prajurit manusia serigala menggigit pedang panjang di mulut, keempat anggota badan menyentuh tanah, melompat dan mendarat seperti serigala liar.
Jarak 30 meter hampir terhapus dalam sekejap. Pemanah yang dibawa Gersu baru saja berjalan ke belakang batalion pendekar, ketika menoleh kembali musuh sudah menerobos barisan pendekar pedang magis. Elf Padang rumput yang baru bergabung belum terlalu memahami kelompok tempur lain di Pasukan Bayaran Kecil, tepatnya masih sulit membedakan antara pendekar pedang magis dan magician. Melihat puluhan magician tiba-tiba terkepung prajurit musuh, kata "bahaya" sudah bergumam di mulut mereka.
"Pendekar pedang magis, mundur! Pendekar Pedang Besar ikuti rencana dan serbu bersamaku!" Amy masih belum yakin apakah pendekar pedang magis bisa mengalahkan prajurit ork dalam pertarungan fisik.
Pendekar Pedang Besar yang sudah tak sabar melompat tinggi dari lereng. Pedang panjang hitam mereka melukis kilatan-kilatan hitam di udara, menghujam, menebas, dan menghantam tubuh prajurit manusia serigala di barisan depan. Beberapa prajurit manusia serigala bahkan tak sempat bangkit atau menghunus pedang sebelum kepala mereka berguling di pasir. Batalion pendekar pedang magis segera mundur setelah kontak singkat - pendekar pedang magis yang ahli duel tunggal tak bisa menyaingi batalion pendekar dalam kericuhan pertempuran, fakta yang sudah lama diakui di Pasukan Bayaran Kecil.
Lebih dari 100 prajurit ork mengayunkan gada besi murni sambil menyerbu ke depan, menggunakan bahu tebal mereka untuk menyikut prajurit manusia serigala yang menghalangi jalan. Di depan ada Pendekar Pedang Besar dengan pedang berat yang kuat, di belakangnya ork-ork yang berkerumun. Prajurit pedang manusia serigala dengan cerdik berjongkok setengah, mempertemukan dua kekuatan utama perang ini.
Ini adalah perang pertama kalinya Pendekar Pedang Besar berpartisipasi sebagai pasukan reguler, menghadapi ork yang terkenal ganas dalam Kampanye Kekaisaran Tentara Bayaran Haiga di Pantai Timur. Data musuh yang dikirimkan Kekaisaran Tentara Bayaran Haiga ke Kekaisaran Amy secara tegas menyatakan bahwa ork adalah pasukan utama Benua Fanos, memiliki kekuatan luar biasa. Dalam pertempuran frontal, batalion pendekar biasa hanyalah santapan ringan, setidaknya dibutuhkan infanteri berat untuk memperlambat laju serangan mereka - hanya Berserk yang bisa menyaingi mereka. Saat ini, data tersebut baru sampai ke tangan Yang Mulia Jenderal yang mengawasi 7 wilayah pertahanan Kekaisaran Amy.
Norton yang berada dalam perlindungan pasukan melihat prajurit manusia serigala menenggelamkan Magician, lalu prajurit ork menerobos ke garis depan. Saat itu, ia benar-benar mengira akan menang - di bawah gada ork, bahkan infanteri tombak berat manusia pun akan gemetar, apalagi pulau ini hanya diisi oleh pendekar berpakaian ringan.
Gada bergigi dan pedang besar dua tangan yang bergema dengan suara berbeda seketika menjadi instrumen utama yang mengalunkan musik perang. Dalam kegelapan, benturan antara gada besi murni dan pedang besar semi-baja memantulkan kilatan listrik merah yang nyata. Sedikit kelalaian akan mengorbankan anggota tubuh atau nyawa, darah bercampur ombak yang menghantam tepian membentuk kabut merah.
Dari segi kekuatan tempur, setengah ork dan Pendekar Pedang Besar di bawah Raja Tentara Bayaran hampir setara. Amy yang tak ingin terjebak dalam perang attrition ini mengibaskan Pisau Es-nya menangkis serangan gada, berteriak ke sekeliling: "Ikuti rencana, mundur!" Da Qing Shan, Huo Ensi, Chi Aotian, serta para komandan batalion pendekar mulai memberi isyarat kepada pasukan untuk menarik diri.
Noton segera menyadari lawan mulai mundur. Nampaknya saudara-saudara setengah ork akan membuktikan kembali mitos invincibilitas mereka: "Demi bangsa terpilih Fanos, serbu!"
Seperti Amy, Huo Ensi, Da Qing Shan, dan Chi Aotian, Noton saat ini masih merupakan pemula yang tertatih-tatih di universitas perang. Dalam berbagai manuver militer di Benua Fanos, strateginya selalu menarik perhatian markas besar. Namun dalam pertempuran kacau, pengalamannya masih jauh tertinggal dibanding Amy dan Huo Ensi - para tentara bayaran yang biasa bergulat dengan maut.
Dalam tarik-ulur mundur dan serang, jarak 10-15 meter terbentang. Norton yang dikelilingi pasukan baru saja melangkah maju. Tak jauh, suara terompet perang menyobek langit. Di belakang formasi serangan ork, sosok-sosok manusia menyembul dari pasir, membuat debu halus mendominasi udara. Prajurit manusia serigala yang menyusul terpaksa mengerjap-kerjapkan mata karena pasir beterbangan. Pendekar penghadang yang telah aman dari serangan belakang menusukkan pedang panjang hitamnya bagai ular berbisa. Para ork yang sedang bertarung sengit dengan Pendekar Pedang Besar tiba-tiba melihat bayangan pedang hitam menyambar dada atau perut mereka sebelum lenyap, meninggalkan hawa dingin Malaikat Maut.
Jurus pedang tak lazim, ular berbisa, secepat kilat, tewas seketika - murid-murid langsung Chi Aotian ini telah menguasai esensi Jurus Pedang Keluarga Chi. Setiap tusukan pedang panjang langsung menembus jantung, limpa atau organ vital lainnya.
Pedang hitam dicabut, ditusukkan lagi... Di bawah serangan ganda ini, lebih dari 100 ork dalam formasi serangan tewas sepenuhnya dalam puluhan detik. Para pendekar penghadang menyusup kembali ke dalam Batalion Pendekar Pedang Besar yang maju menerjang.
Di balik taburan pasir halus yang bertebaran, Norton mendorong prajurit penjaga di depannya dengan sekuat tenaga, menyaksikan jelas prajurit seklan-nya yang berlari paling depan dibantai diam-diam oleh pedang panjang. Kata-kata seperti "hina" bergulir di mulutnya tapi tak terucap, inilah perang—hanya kemenangan yang menjadi satu-satunya kebenaran!
"Semua pendekar, ikuti aku!" Pedang Es putih Amy terangkat tinggi, dari balik bukit kecil muncul para pendekar pedang magis yang baru saja mundur dan pasukan pendekar pedang Burung Ganas yang sudah lama menahan diri, menyerbu seperti air pasang dari berbagai arah ke pasukan ork yang sudah tercabik-cabik. Kapak perang Huo Ensi menjadi pusat perhatian di antara ribuan orang, bilah kapak berlapis kristal ungu kebiruan melukiskan kilat-kilat melengkung di udara—pedang panjang prajurit serigala sama sekali tak mampu menandinginya. Disertai teriakan khas kurcaci, setiap kilat biru melengkung melemparkan anggota tubuh prajurit serigala ke langit; Di sisi Amy, Chi Aotian mengayunkan perisai hitam dengan tangan kiri, terus mendorong mayat-mayat di depannya dengan empat paku di perisai, sementara pedang hitamnya muncul secara mistis dari balik perisai, setiap kali merenggut nyawa dengan wajah-wajah penuh ketidakpercayaan... Elf Padang Rumput merenggut lebih banyak nyawa dengan keahlian memanah mereka yang luar biasa dalam sekejap.
Sejak menginjakkan kaki di tepi pantai, hanya dalam waktu lebih dari 10 menit, Pasukan Ketiga Farnos yang sebelumnya merupakan Resimen Ketiga Seribu Orang kembali terhempas ke laut. Dalam arus bolak-balik ini, lebih dari 400 prajurit telah kehilangan nyawa sebelum sempat melihat fajar yang akan segera terbit di timur.
Setiap prajurit yang jatuh seperti jarum menusuk hati Norton. Dengan kasar ia menggeser perisai sedang yang berdiri di depannya: "Bersamaku pertahankan formasi!" Beberapa prajurit ork terakhir di sekitarnya menghentikan langkah mundur, pentungan besar dan perisai sedang membentuk formasi kotak kecil yang berusaha bertahan.
Beberapa Pendekar Pedang Besar di depan tiba-tiba tumbang. Amy dan Huo Ensi bergegas maju ke depan perisai ork, Pisau Es dan kapak besar biru menghantam perisai secara bersamaan. Dengan kekuatan dahsyat, bagian atas perisai bentrok mengenai kepala prajurit ork di belakangnya. Seorang prajurit terjatuh ke air laut, sementara yang lain menahan perisai dengan bahu dan kepala.
Amy dan Huo Ensi tertegun sejenak: Apakah prajurit ork biasa semuanya sehebat ini? Beberapa prajurit lain memisahkan formasi perisai, pentungan besar mulai mengayun keluar dari formasi.
"Gigi Bumi Menyilang..." Seperti diketahui umum, Amy adalah tipe pejuang yang pemalas dan takut menderita. Ia akan memanfaatkan setiap keunggulan yang ada, seperti saat ini.
"Prajurit ork tiba-tiba menyadari pasir halus di bawah kaki mereka mulai bergetar, kemudian muncul banyak paku tanah dari pasir yang terbentuk seperti gigi binatang yang menggigit dan menggerus.
Beberapa prajurit yang sedang lengah langsung dihantam oleh Amy dan Huo Ensi yang membenturkan perisai, menerobos masuk ke barisan prajurit ork. Tanpa perisai di tangan, Norton mengerahkan semua tenaga memukulkan pentung bergigi serigala dua tangannya ke kepala Amy yang baru masuk.
Pentung bergigi dua tangan?
Pedang besar dua tangan Amy menahan pukulan itu sementara kakinya menendang perut Norton. Tak menyangka ada yang bisa menahan senjata seberat 30 kilogram tanpa terlempar, Norton terpental dua langkah ke belakang hingga tertahan deretan paku tanah horizontal dan jatuh ke tanah. Huo Ensi yang tak mengenali musuh di depannya, setelah membabat seorang prajurit ork dengan kapak perang birunya, menyambar Norton juga. Sementara prajurit ork biasa hanya memakai zirah kulit untuk mobilitas, sebagai komandan Norton mengenakan zirah rantai di bawah zirah kulitnya. Kapak perang itu membelah zirah kulit, lalu mata kapak berlapis kristal ungu menyayat zirah rantai di bawahnya, meninggalkan luka dalam sampai terlihat tulang. Dalam 3-5 detik, darah menyembur deras mengelilingi tulang putih itu.
"Tuan--" Beberapa ork yang masih hidup menyeret dan menarik Norton kabur ke laut.
Prajurit yang selamat mengangkat perisai berat yang ditinggalkan prajurit beruang dari air laut. Beberapa orang mengangkatnya bersama untuk menahan hujan panah dari udara. Air pasang mulai surut, membawa prajurit ork menjauh dari medan pertempuran.
Amy melambaikan tangan memberi isyarat untuk menghentikan pengejaran. Chi Aotian mengerutkan alisnya dengan wajah gelap menatap penuh tanya. Amy juga mengernyitkan dahinya, matanya menatap tajam ke laut di kejauhan. Fajar mulai menyingsing, di permukaan laut yang kelabu terlihat samar-samar lebih banyak kapal perang di barat dan selatan Pulau Xilin. Layar putih menggelembung kencang, bergerak mendekat mengikuti arus surut.
"Sial, sepertinya kita akan rugi kali ini..." Huo Ensi, Chi Aotian, Da Qing Shan, dan prajurit lain di sekitar Amy mendengar jelas gumamannya.
Sejarawan kemudian menyayangkan bahwa dalam Pertempuran Xilin yang legendaris, penyesalan terbesar Raja Tentara Bayaran adalah gagal menghabisi Nuo Dun yang sudah tercerai-berai. Justru Nuo Dun belajar banyak taktik perang Amy dan Huo Ensi dari kekalahan ini, menjadi musuh tangguh dalam Perang Para Dewa di kemudian hari.
Dalam konteks perang saat itu, tindakan Yang Mulia Raja Tentara Bayaran jelas benar. Dengan jumlah pasukan yang tidak memadai dan ketidakpastian jumlah pasukan bantuan musuh, sungguh tidak bijaksana mengerahkan prajurit kelompok tentara bayaran ke laut hanya untuk memburu sisa-sisa pasukan ork yang melarikan diri. Jika musuh memanfaatkan celah ini untuk menyerbu pantai, itu akan menjadi bencana bagi Pasukan Bayaran Kecil. Prioritas utama adalah segera mengidentifikasi jumlah dan penyebaran pasukan musuh, mempersiapkan pertahanan terhadap serangan berikutnya, serta mencari kelemahan musuh untuk dipukul.
Namun... Jika Amy tahu bahwa orang yang dibiarkannya kabur saat itu adalah Norton - jenderal legendaris yang setahun kemudian akan menjadi salah satu rival utamanya, dan jika dia memahami teriakan para setengah-ork yang tersisa itu memanggil "Yang Mulia", mungkin saat itu dia akan memimpin pasukan elit untuk melakukan pengejaran. Sayangnya, dalam perang tidak ada kata "jika".
——《Perang Para Dewa》
