Di depan gerbang markas Pasukan Bayaran Kecil, didirikan papan kayu besar bertuliskan nama semua prajurit. Di belakang setiap nama tercantum prestasi mereka dalam pertempuran ini. Setiap musuh yang terbunuh, tertangkap, atau terluka tercatat jelas di papan ini.
Di bagian atas papan tergambar dua pedang panjang bersilang, di bawahnya tertulis "Daftar Pemberani Pasukan Bayaran Kecil". Tanpa perlu penjelasan panjang, setiap tentara bayaran yang lewat langsung paham seberapa dekat mereka dengan dua senjata legendaris itu - apalagi komandan sudah menjanjikan pembagian rampasan perang begitu pertempuran usai. Hati semua orang berdegup kencang penuh harap.
"Daftar Pahlawan Pasukan Bayaran Kecil" sejak pertama kali dibuat, seiring pengaruh Pasukan Bayaran Kecil, reputasi pahlawan peringkat atas di dalamnya perlahan menyebar dari Pasukan Bayaran Kecil ke dunia tentara bayaran, kemudian ke seluruh negara, seluruh benua, hingga melintasi tiga dunia: Naga, Manusia, dan Iblis. Dampak daftar ini bagi Pasukan Bayaran Kecil tidak hanya pada pahlawan peringkat tertinggi. Prajurit biasa yang gagal meraih prestasi setara rekan sejawat dalam suatu pertempuran, jelas merupakan aib bagi diri sendiri. Maka dalam daftar ini, Yang Mulia Jenderal punya target saingan sesama jenderal, prajurit punya kompetitor setingkat.
Pada titik ini, tak ada lagi yang bisa disembunyikan dari prajurit pasukan bayaran. Amy memerintahkan para komandan batalion pendekar masing-masing untuk melakukan mobilisasi pada prajurit di batalionnya.
Pasukan Bayaran Kecil yang dipenuhi bintang-bintang perang, dalam mobilisasi ini juga menunjukkan gaya khas masing-masing komandan.
Yang pertama berkumpul adalah Batalion Pendekar Besar. Pendekar-pendekar besar gagah berjejal memadati separuh lapangan latihan. Huo Ensi memegang kapak perang biru di satu tangan, sementara tangan lain mengusap janggut lebatnya.
"Para pahlawan!" Kapak besar menghantam tanah dengan keras, "Menghadapi musuh kuat, serangan dari benua lain - pertempuran kemarin membuktikan bahwa kita adalah kekuatan terbesar Pasukan Bayaran Kecil. Sekarang kutanya: Apakah kalian TAKUT?!"
"TIDAK!" Teriakan pendekar besar menggema memenuhi lapangan.
“Batalion Pendekar Pedang Besar memiliki jumlah personel lebih dari separuh pasukan tentara bayaran. Aku yakin, setelah perang nanti, di daftar pahlawan pasti akan ada prajurit tak terkalahkan dari batalion ini yang mendapatkan senjata legendaris, melanjutkan mitos tak terkalahkan kita!” Suara Huo Ensi yang berapi-api terus memompa semangat di lapangan.
“Sebagai komandan, aku tak bisa menerima jika kehormatan kita ternodai setelah pertempuran. Jika itu terjadi, saranku: semua prajurit Batalion Pendekar Pedang Besar bunuh diri untuk menghapus aib kita — bunuh musuh, ciptakan legenda tak terkalahkan!”
“Bunuh musuh, ciptakan legenda tak terkalahkan!”
Tampak jelas, retorika provokatif Huo Ensi sangat efektif menghadapi Batalion Pendekar yang terkenal garang. Lebih dari 300 pedang raksasa bersarung terhunus serentak. Di bawah terik matahari, kilau pedang bak salju, semburan energi pedang memenuhi langit.
Selanjutnya yang memasuki lapangan adalah Batalion Penghalang di bawah komando Chi Aotian. Untuk menjaga kelincahan, seragam mereka paling minim armor di antara empat batalion pendekar. Kemeja hitam dengan kulit di bagian vital, jubah hitam untuk kamuflase malam. Berbeda dengan langkah gagah Batalion Pedang Besar, 100 lebih pasukan ini masuk lapangan hampir tanpa suara.
Berkat kinerja gemilang tadi malam, para Penghalang ini sejajar dengan Elf Padang Rumput, menjadi dua kelompok paling kompetitif dalam perebutan gelar "Senjata Legendaris".
"Chi Aotian yang juga mengenakan pakaian hitam berjalan perlahan ke podium. Dia sama sekali tidak pandai dalam berbicara."
Dia berdiri tak bergerak, angin laut menerpa jubah di punggungnya yang bercampur dengan mantel Penghadang, menghasilkan suara gemerisik.
Dalam kesunyian, aura pembunuh mulai memancar dari tubuh Chi Aotian. Di bawah podium, aura serupa juga secara perlahan bangkit dari barisan Penghadang.
Tiba-tiba, pedang hitam Chi Aotian menorehkan kilat hitam di udara. Karakter raksasa "kematian" muncul di papan belakangnya. "Clang!" Pedang hitam itu menghilang kembali ke sarungnya.
"Pertaruhkan nyawa demi kemenangan!"
Dalam pelatihan pertama Chi Aotian untuk Batalion Pendekar Penghalang, dia mengukir karakter "kematian" sedalam 2 inci di dinding dengan pedangnya dalam waktu singkat, sambil berbisik kata itu. Ini menjadi simbol semangat batalion dalam bertempur hingga titik darah penghabisan. Kini, tulisan pedang yang bisu namun penuh makna di tengah angin laut langsung memicu keyakinan paling akrab dalam hati mereka: "Pertaruhkan nyawa demi kemenangan!"
Da Qing Shan baru naik ke podium setelah tiga kali disodok pinggang oleh Amy - jabatan komandan Batalion Pendekar Burung Ganas sebenarnya dipegang oleh Chi Aotian, namun Amy memaksanya untuk memberi pengarahan. Da Qing Shan yang pendiam ini terpaksa menuruti "kediktatoran" Amy.
“Ini...” Da Qing Shan menggaruk-garuk kepala. Jika bukan karena semua anggota Pasukan Bayaran Kecil sangat memahami kemampuan wakil komandan ini, pasti akan terdengar gemuruh suara diskusi di bawah panggung. Sebagai kelompok terbesar kedua di Pasukan Bayaran Kecil, Batalion Pendekar Burung Ganas juga menunjukkan performa yang sangat baik hari ini, bahkan berkolaborasi dengan hewan peliharaan wakil komandan. Semua orang berharap sang wakil komandan bisa mengucapkan beberapa kata penyemangat.
“Ini... Kita semua adalah anggota Pasukan Bayaran Kecil. Aku berharap... aku berharap... kita bisa bersatu padu, persahabatan di atas segalanya, kompetisi nomor dua...”
"Bruuk..." Begitu kalimat "persahabatan di atas segalanya, kompetisi nomor dua" terucap, suara tawa pecah di bawah panggung. Bahkan Sha Ruo tak bisa menahan diri menutupi mulut kecilnya dengan tangan.
Amy berjalan naik dengan bantuan mantra pengapungan, berdiri di samping Da Qing Shan: "Semua anggota, tenang!"
Suasana langsung hening. Wajah Amy saat itu gelap bagai wajan besi: "Tertawa! Tertawa apa?! Apa perkataan wakil komandan salah?! Kita menghadapi musuh yang jumlahnya lebih besar! Yang kita butuhkan adalah kekuatan tim! Apakah dengan terus mengejar prestasi pribadi kita bisa mengalahkan ribuan musuh di hadapan kita?! Ingat: Prajurit dengan senjata sakti belum tentu bisa menentukan kemenangan perang! Tapi Pasukan Bayaran yang bersatu padu dan berpikir untuk kepentingan bersama, itulah kunci kemenangan kita! Aku perintahkan, semua orang! Bersatu padu, gempur musuh habis-habisan!"
Tak ada yang menyangka Amy yang biasanya ramah bisa berbicara seperti itu di atas panggung. Suasana di bawah panggung sunyi senyap. Setiap orang menahan tawa sambil merenungkan kata-katanya.
Setelah kata-kata yang sangat dramatis dari Da Qing Shan, Amy sangat berharap bisa menarik kembali pemikiran semua orang melalui ancaman dan bujukan. Namun efek motivasi dari wakil kapten pendekar pedang magis dan kapten Elf Padang rumput di bawah ini jelas menunjukkan bahwa dampak negatif sebelumnya terlalu besar, sungguh tidak mungkin menghilangkan tawa dalam waktu singkat.
Pengepungan Pulau Xilin telah memasuki hari ketujuh. Da Hai Nuo sering ditemani oleh Mei Lin dan lainnya, duduk di perahu kecil yang menyamar sebagai pemanah manusia-kuda untuk menyusuri sekitar Pulau Xilin sambil mengintip penempatan di dalam pulau. Untuk mencegah pengintaian ini, Amy juga melakukan persiapan matang dengan menyembunyikan pemanah Elf Padang rumput di balik tempat-tempat tersembunyi, menggunakan panah dingin untuk menyergap perahu-perahu kecil yang bergerak lambat.
Pada hari ketujuh itu, Da Hai Nuo melihat dari perahu kecilnya lima Burung Ganas raksasa terbang dari ujung selatan yang sangat jauh. Setelah berhadapan dengan Pasukan Bayaran Kecil selama beberapa hari, dia sudah tahu bahwa ini adalah Skuadron Burung Ganas Pasukan Bayaran Kecil, yang biasanya mengerjakan misi penting dengan formasi lima orang per kelompok. Tiba-tiba Da Hai Nuo tersadar akan sesuatu, ekspresinya berubah beberapa kali. Perahu kecil itu segera mengangkat layar, melesat seperti anak panah menuju laut lepas.
Pada pukul 5 sore tanggal 7, pasukan Farnos di lepas pantai Pulau Xilin melakukan penyesuaian besar. Selain 1500 orang yang tetap di laut lepas untuk menjaga kapal, sebagian besar pasukan menggunakan perahu kecil untuk mendarat 20 li utara muara Sungai Singa di bawah kegelapan yang semakin pekat. Markas Pasukan Ekspedisi Barat Da Hai Nuo juga dipindahkan ke daratan utama.
Para pimpinan utama Pasukan Bayaran Kecil termasuk Amy berkumpul kembali - Ksatria Burung Ganas yang dikirim ke Ibukota Skambray telah kembali, membawa empat surat dari Kaisar Hongshi, Chi Hanfeng, Lei Ge, dan lainnya.
Kaisar Hongshi sendiri mengirimkan dua surat. Salah satunya adalah perintah penghargaan resmi yang ditulis di kertas sutra berlapis emas: "Beta terkejut mengetahui serangan musuh asing, namun di bawah pimpinan pasukan bayaran profesional terbaik seperti Amy, Da Qing Shan, Chi Aotian, Huo Ensi dari Pasukan Bayaran Kecil, mereka memberikan perlawanan kuat yang patut menjadi teladan ksatria negara dan pilar kekaisaran. Beta berharap Pasukan Bayaran Kecil dapat bertahan selama 10 hari dan pulang dengan kemenangan."
"Surat lain konon dititipkan Kaisar melalui Magister Lei Ge: 'Amy, Da Qing Shan, Chi Aotian, Huo Ensi: Pasukan Kekaisaran di front selatan terlalu lama tidak berperang. Mayoritas perwira dipromosikan di masa damai, sehingga kekuatan tempur mengkhawatirkan. Terutama dalam penyebaran pasukan, untuk menghindari kehancuran pasukan elit, biasanya formasi depan ringan belakang berat. Formasi ini rasional, namun ketika satu pihak pasukan veteran perang ratusan pertempuran melawan pasukan damai, keunggulan justru mudah berubah menjadi kelemahan. Pasukan Bayaran Kecil bisa bertahan dalam serangan malam pertama, sudah sangat luar biasa. Pasukan pertahanan lain kemungkinan... Secara strategis, aku harap Pasukan Bayaran Kecil bisa bertahan beberapa hari lagi agar Wilayah Pertahanan Sungai Singa punya waktu memobilisasi pasukan, dan warga sipil di dataran bisa mengungsi. Tapi, seribu tentara mudah didapat, satu jenderal sulit dicari. Aku sangat tidak ingin melihat kalian mempertahankan Xilin mati-matian sampai kehilangan talenta. Ingat baik-baik.'"
Surat Lei Ge lebih singkat, hanya beberapa kalimat: "Bertahan atau mundur boleh saja. Aku akan segera tiba di Xilin dalam waktu dekat." Hah~ Dalam kondisi dikepung musuh dari segala penjuru, datang ke Xilin? Tuan Magister terlihat sangat percaya diri dengan kemampuannya.
Surat dari Earl Chi Hanfeng, Yang Mulia Jenderal Wilayah Pertahanan Ibu Kota Kekaisaran:
"Ha, akhirnya perang pecah! Murid yang baik hati, putra tercinta, keponakan yang menyebalkan, dan si kurcaci licik itu.
Kalian semua tidak mati? faint, sangat disayangkan, ini adalah poin paling mengecewakan yang kudengar dari kabar indah tentang perang ini. Hei, anakku, katanya kali ini hampir kalah total tanpa bantuan menantumu, ya? Apa yang kubilang? Gadis itu jelas tidak biasa, kamu akan sengsara di masa depan..."
(Semua orang mengerutkan kening membaca bagian ini, sungguh luar biasa Pangeran Chi, hanya dengan beberapa kalimat singkat berhasil menyinggung semua orang)
Tunggu apa lagi? Segera kabur! Cukup berpura-pura menunjukkan aksi untuk Kaisar Hong Shi, jangan sampai modal lama habis terkuras. Saat kabur ingat, kirim dulu pasukan perintis, buat kegaduhan seolah musuh menyerang di depan, bikin semua pasukan garnisun dan penduduk kota ketakutan dan lari, lalu ambil barang berharga mereka. Ingat baik-baik.
Bos besar di belakang layar - Ayah, Paman, Guru, Kakek Chi Hanfeng
Amy tersenyum getir sambil memberikan surat ke setiap orang: "Paman Balbas, sepertinya kamu dan Paman Chi memiliki banyak kesamaan dalam hal bahasa."
Ekspresi wajah Balbas penuh bertanya: Bagaimana bisa ada brengsek militer seperti ini di dunia, sungguh memalukan untuk disamakan dalam hal apapun selain urusan mundur dari medan perang.
Amy menunduk dan berpikir sejenak: "Batalion pendekar pedang besar akan melakukan manuver terobosan besok malam pukul 12:00, kapal harus segera kembali ke garis tengah Sungai Singa; pasukan pendekar pedang magis dan pemanah akan melakukan manuver terobosan lusa malam pukul 12:00, kapal kembali ke garis tengah lalu menggunakan hujan panah dan sihir untuk menyerang perahu pengejar di seberang sungai; semua personel bersiap untuk serangan mendadak pukul 10:00 malam lusa!"
