Memandang formasi api yang jauh di depan, tampaknya pengorbanan satu kesatuan seribu orang telah memberi kesempatan bagi komandan musuh untuk mengatur pasukan. Wajah Amy tiba-tiba menjadi muram.
"Huo Ensi— garda depan ubah menjadi sayap kiri, dua kompi pendekar pedang besar di pasukan tengah ikut aku serang ke kanan—" Ini juga salah satu arahan yang sudah ditetapkan. Jika serangan ke utara gagal, maka segera beralih menerobos ke kanan. Di sana seharusnya terdapat pasukan elit Wilayah Pertahanan Sungai Singa. Meski ada musuh yang menghadang, seharusnya tidak banyak perlawanan karena mereka harus mempertahankan diri dari pasukan Sungai Singa yang mungkin datang membantu. Dalam badai salju ini, musuh seharusnya tidak bisa begitu cepat mengubah fokus pertahanan.
Sisa-sisa pendekar pedang besar dari garda depan segera bergabung dengan sayap kanan pasukan tengah. Dua komandan kompi yang sebelumnya bertugas di barisan belakang memimpin 50 pendekar pedang besar dari pasukan mereka mengikuti Amy. Mereka segera menyerbu ke kanan sepanjang tepi Sungai Singa. Tidak jauh berlari, seekor naga api menghadang jalan. Jelas terlihat bahwa musuh juga berlari kencang ke sini. Dalam kondisi berlari, prajurit manusia serigala yang berpakaian ringan menunjukkan kemampuan lari superior mereka. Semua yang sudah membentuk formasi tempur tak lain adalah prajurit manusia serigala.
"Obor di tangan manusia serigala dilempar seluruhnya ke tengah medan perang. Dua pasukan sama sekali tidak berhenti, berlari sambil meraung dan bertubrukan."
"Badai Salju!" Amy sudah lama tidak menggunakan sihir level satu dan dua. Pisau Es yang disegel oleh high elf es, di tangan Penyihir level 1, memancarkan kekuatan yang belum pernah ada sebelumnya. Perisai kecil prajurit manusia serigala tidak bisa melindungi kaki mereka sendiri - Badai Salju adalah mantra yang sangat praktis. Meski daya serangnya tidak kuat, lapisan es yang terus terbentuk membungkus kaki banyak manusia serigala di barisan depan. Pasukan belakang yang berdesakan langsung terjatuh berantakan.
Huo Ensi dan pasukan tengah bergerak maju bersamaan. Kali ini Penghadang menjadi pasukan utama perang. Serangan jarak pendek adalah keahlian mereka. Setiap kali Pendekar Pedang Besar jatuh, Penghadang segera menggantikan. Pedang hitam ramping menembus tirai pedang yang diayunkan Pendekar Pedang Besar, menusuk celah perisai kecil. Darah langsung menyembur dari ujung pedang. Takut musuh belum mati, sesuai pelatihan khusus yang diatur Chi Aotian, semua pendekar saat menarik pedang dari tubuh musuh mengangkatnya ke atas dengan keras.
"Amy—" Da Qing Shan sebelumnya tidak langsung mendarat tapi melayang mendekat. Dia menarik kuat tangan Amy, prajurit belakang segera mengisi posisi kosong yang ditinggalkan Amy: "Situasi tidak normal! Sekarang ada dua pasukan lagi menyerang ke sini!"
"Amy terkejut!" Amy terkejut, musuh bereaksi begitu cepat. Setelah melayang ke udara, barulah dia menyadari bahwa tidak hanya ada dua naga api yang menyambar ke sini dengan gesit, tetapi naga-naga api lainnya yang menjaga arah timur, barat, utara seperti sangkar juga mulai bergerak ke sini. Tanpa perlu menghitung jumlah obor, setiap naga api diperkirakan membawa 500-1000 orang.
"Amy!" Ying yang kondisi fisiknya belum pulih sepenuhnya diatur Amy untuk bergerak bersama pasukan tengah, "Di langit barat laut ada sekelompok bola api yang terus bergoyang sejak tadi siang."
Gersu yang sedang memimpin pemanah peri lewat di situ langsung menoleh ke barat laut setelah mendengar perkataan Ying, wajahnya menunjukkan keterkejutan: "Komandan, benar ada bola api di sana!"
Setelah mendarat, Amy dan Da Qing Shan saling memandang. Keduanya melihat kekagetan dan ketakutan di mata masing-masing. Meski karena perbedaan ras mereka tidak bisa melihat kejadian di barat, semua ini menunjukkan bahwa komandan musuh sedang mengendalikan situasi dari jarak jauh.
Habislah! Jika demikian, hampir tidak ada harapan bagi Pasukan Bayaran Kecil untuk keluar dari sangkar hari ini!
Di barat laut, sebuah panggung kayu raksasa telah dibangun di lereng Bukit Liudakeng. Badai salju di timur tidak mempengaruhi daerah ini. Da Haenuo sedang menemani beberapa perwira tinggi dari komando tertinggi Pasukan Ekspedisi Barat minum teh di atas panggung. Sebagai manusia, dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di timur, namun dia tahu ini tidak akan mempengaruhi kemenangan akhir perang. Tiga manusia serigala dengan penglihatan terbaik yang dipilih dari 7.000 manusia serigala sedang menyipitkan mata mengamati perkembangan pertempuran di kejauhan, sambil mengarahkan lima lentera raksasa berwarna merah di panggung untuk memberikan sinyal posisi musuh kepada para Komandan 1.000 orang.
Da Haenuo perlahan mengaduk daun teh di cangkirnya. Rasanya sangat tidak nyaman dibangunkan dari tempat tidur, terutama bagi orang seusianya. Namun perasaan bisa membaca niat musuh yang ingin menerobos dan mengendalikan situasi secara keseluruhan tetap menyenangkan. Meskipun pertempuran ini sudah tidak membutuhkan perhatiannya lagi, kenikmatan menghancurkan musuh kuat yang terkumpul ini tak boleh dilewatkan.
……
Para tentara bayaran yang terus berdatangan masih menyerbu ganas ke arah pasukan manusia serigala. Baik Pendekar Pedang Besar, Pendekar pedang magis, maupun Penghadang, semuanya memiliki kemampuan individual yang jauh melebihi prajurit manusia serigala. Dengan jumlah yang hampir setara, posisi pusat formasi musuh dengan cepat dilahap. Komandan musuh kali ini jelas lebih buruk dibanding komandan sebelumnya. Meski memiliki keunggulan jumlah, tidak menggunakan formasi fleksibel untuk menyerap gempuran.
"Tapi, tak peduli seberapa lemah komandan musuh, 1 regu seribu orang manusia serigala yang mengulurkan kepala untuk dipenggal prajurit Pasukan Bayaran Kecil, diperkirakan sebelum pertahanan tembus, naga api di kejauhan akan membentuk formasi baru. Lagipula, pasukan berat seperti ork dan manusia beruang akan muncul kembali di sana."
Dalam badai salju yang mengamuk, keringat membasahi dahi Amy dan Da Qing Shan.
"Lü'er, mana Lü'er?" Amy bergegas menuju kelompok kereta luncur di pasukan tengah, membuka selimut di kereta luncur terbesar. Lü'er terbaring di atasnya dengan wajah yang terlihat sangat pucat. Hati Amy terasa perih—selama 10 hari ini anak anjing kecil itu kelelahan, terus-menerus melepaskan sihir tingkat 3 dan 4, bahkan terakhir menggunakan sihir Bidang Kekuasaan. Andai bukan Naga Suci, pasti sudah kehabisan tenaga.
Prajurit bayaran kecil yang terluka dan tewas terus dibawa ke sekitarnya, darah dengan cepat mengenakan jubah merah pada bumi. Di antara dua penderitaan harus memilih yang lebih ringan—tangan Amy gemetar saat menepuk lembut tubuh Lü'er: "Lü'er, Lü'er, masih bisakah bangun? Kami butuh bantuanmu."
Lü'er perlahan membuka matanya, berjuang untuk berdiri dari kereta luncur. Kepalanya terkulai lesu, sayapnya terseret di tanah.
"Lü'er, lihat ke barat. Mercusuar itu mengancam kita. Jika tidak dihancurkan, kita semua akan... Masih sanggup?" Amy menempelkan wajahnya ke pipi Lü'er, air mata haru pun mengalir keluar!
Situasi saat ini sudah tidak perlu dijelaskan lagi oleh Amy. Pasukan yang terbaring hitam legam di atas kereta luncur sudah menjelaskan segalanya—sejak Lü'er bergabung dengan kelompok tentara bayaran, belum pernah terlihat begitu banyak tentara bayaran yang terluka dan gugur.
Naga Suci kecil itu mengayunkan cakar depannya dengan kuat di bahu Amy, mengepakkan sayapnya berharap bisa terbang ke langit. Baru saja meninggalkan tanah, tubuhnya terjatuh keras dengan kepala membentur salju yang beterbangan.
Amy menarik napas dalam-dalam. Tampaknya... benar-benar takdir menghancurkan Pasukan Bayaran Kecil! Setelah menarik napas lagi, dia menyeka air matanya diam-diam saat melepas sihir: "Huo Ensi, pimpin pasukan menyerbu ke timur sepanjang sungai. Jika benar-benar tidak bisa, mundur ke Pulau Xilin atau Kekaisaran Xius."
Saat ini hanya satu jalan yang mungkin memberi harapan hidup. Tebing Sungai Singa yang dipenuhi alang-alang bisa membantu Pasukan Bayaran Kecil menghadang pasukan berat musuh. Area serangan yang sempit mungkin bisa diubah menjadi mata bor untuk menerobos kepungan!
"Tunggu, Amy!" Ying berdiri di samping: "Aku akan mencoba. Aku ingin menunggang Burung Ganas kecil dan menembak lentera di langit."
"Ying, tidak mungkin. Burung Ganas buta total di malam hari, tidak bisa melihat apa-apa. Kalau tidak, aku sudah mengerahkan batalyon Burung Ganas untuk menyerbu." Amy memeluk pinggang Ying dengan lembut.
“Aku coba, kita peri bisa menggunakan sihir paling dasar untuk berkomunikasi dengan hewan, masuk ke dunia mereka, melihat musuh yang lebih jauh melalui mata mereka. Mungkin sebaliknya, Burung Ganas juga bisa melihat pemandangan dari mataku.” Gadis peri itu menatap Amy dengan tekad, bibir bawahnya gemetar halus.
“Benarkah?” Mata Amy tiba-tiba berbinar, “Bisa benar-benar dilakukan?”
“Aku coba!” Tangan dingin Ying erat menggenggam tangan Amy, suara lembutnya berbisik pelan: “Amy, peluk aku sekali lagi, ya?”
Kenapa tangan gadis ini sedingin ini? Hati Amy remuk redam, serpihannya beterbangan tertiup angin.
Amy tahu, seperti semua prajurit Benua Fanos, Ying dari hutan peri sama sekali belum pernah melihat daerah bersalju dan beku seperti ini. Bagaimana bisa menggunakan kemampuan di cuaca beku? Musuh yang berpengalaman seperti ini pasti sudah menyiapkan pertahanan. Kali ini, mungkin... Tak peduli pandangan tentara bayaran di sekitarnya, Amy memeluk erat pinggang ramping Ying yang menggigil kedinginan. Bibirnya menyentuh ujung telinga runcing gadis itu: “Sayang, apapun hasilnya, aku akan menunggumu kembali. Janji ya.”
“Amy, aku mencintaimu... seumur hidup.” Gadis itu menekan wajahnya erat-erat ke baju putih Amy, rambut hitamnya berkibar-kibar tertiup angin. Dengan hati-hati ia mengeringkan air mata di baju putih itu, melepaskan diri dari pelukan Amy, lalu melepaskan seekor burung ganas kecil yang baru saja kehilangan paruh kuning dari punggung seorang Pendekar Pedang Besar. Ia melompat ke punggung burung ganas itu, bulu-bulunya beterbangan dalam hembusan angin kencang.
“Terbanglah—!” Gadis kecil itu menggigit bibirnya yang pucat karena kedinginan, menarik kuat tali kekang di paruh burung ganas. Setelah ragu-ragu mengepakkan sayap, burung itu berlari beberapa langkah sebelum menerjang ke langit malam.
Di udara, setiap goyangan tubuh burung ganas tertiup angin membuat jantung Amy berdebar kencang: “Yingying, kamu harus kembali, kalau tidak...”
Kalimat yang tertelan itu, baik Ying di langit, Da Qing Shan di sampingnya, maupun tentara bayaran yang terbaring di tanah—semua mengerti maknanya: Hidup dan mati bersama.
Berbeda dengan kebanyakan pasangan, hubungan Amy dan Ying selalu berada dalam situasi yang sangat rumit. Sejak kecil tidak mendapat kasih sayang ayah sejati, Ying tidak hanya menganggap Amy sebagai bocah lelaki yang disukai dan calon suami masa depan. Di alam bawah sadarnya, Ying juga memposisikan Amy yang lebih berpengalaman secara sosial sebagai figur ayahnya. Itulah sebabnya dalam surat pertama yang ditulisnya untuk Amy, tanpa sadar ia menulis: “Aku sangat sangat ingin pemilik yang akan menumbuhkan tunas kecil (ini) menjadi pohon kokoh nan tangguh adalah kamu.”
Demikian pula, Amy yang sejak kecil hidup bersama kakeknya—kakek, Chi Hanfeng, Lei Ge, Da Qing Shan, serta A Feng dan Lao Luo Ke yang kemudian sangat mempengaruhinya—semuanya tanpa kecuali adalah laki-laki. Hampir tidak ada perempuan di sekitarnya. Secara naluriah, ia selalu menolak kehadiran perempuan manapun. Dalam lingkaran pergaulannya, ia selalu menjadi yang termuda. Dalam hubungannya dengan Ying, panah asmara menyambar seperti kilat dan menggoyang senar terdalam di hatinya. Amy yang belum pernah benar-benar merasakan cinta antara pria dan wanita ini, selain terpikat oleh Ying, juga merawat dan menyayangi gadis mungil dan lemah lembut yang sejak kecil tak pernah merasakan kebahagiaan sejati ini seperti anaknya sendiri. Saat Ying "dengan galaknya" memaksanya mencukur kumis, mengeringkan rambut, atau sarapan pagi, Ying sesungguhnya sedang menunjukkan bentuk kasih sayang lain yang belum pernah Amy rasakan—kasih ibu. Mereka bahkan melewati ujian hidup-mati Pedang Batu Meteor Biru, di mana Ying hampir mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Amy.
Berbagai bentuk cinta yang terjalin ini, yang menyatu menjadi satu, mungkin benar-benar membuktikan: Di dunia ini, apakah cinta itu? Hingga membuat manusia rela hidup dan mati bersamanya...
Da Qing Shan teringat sesuatu. Ia berlari ke sisi Ge Ersu dan bertanya keras: "Bisakah kau mengatur beberapa pemanah yang lebih ringan untuk menunggang Burung Ganas dan menghancurkan sistem komando musuh?"
Adegan tadi semuanya terlihat oleh Gersu, dia menggelengkan kepala dengan pasrah: "Wakil komandan, jika memungkinkan, saya sama sekali tidak akan mengirim elf perempuan yang baru saja dewasa untuk misi berbahaya seperti ini! Kami adalah Elf Padang Rumput, sihir dasar Elf Hutan adalah sihir mental yang terpisah dari 6 elemen, sedangkan Elf Padang Rumput karena faktor geografis, sihir dasar kami adalah sihir atribut angin."
Melihat sekilas ke langit malam yang menelan sosok kekasihnya, Pisau Es di tangan Amy kembali memancarkan aura cahaya. Dengan tubuh yang berbalik, dia menerjang ke barisan musuh. Air mata, darah, dan keringat di wajahnya menyatu...
Generasi kemudian memberikan penilaian sangat tinggi terhadap "Ying" sang Elf Hutan. Seorang gadis kecil yang latar belakangnya tidak sebaik Lin Yushang, juga tidak meraih gelar tertinggi seperti magister besar sihir atau Pastor Suci sebagaimana Putri Bi dan Sha Ruo, namun dalam penilaian komprehensif jauh melampaui para perempuan hebat sezamannya.
Elf Hutan adalah ras yang paling menjauhi konflik duniawi. Jarang ada Elf Hutan yang masuk ke masyarakat manusia, apalagi bergabung dengan militer atau kelompok tentara bayaran. Umur ribuan tahun membuat mereka memandang segala sesuatu dengan tenang. Hutan Peri yang dilindungi Raja Peri adalah surga damai mereka. Seperti Ying, demi cinta berani keluar dari Hutan Peri; demi cinta pertama kali mengarahkan busurnya ke manusia... Sebelum peristiwa ini terjadi, semua itu tak terbayangkan.
400 tahun setelah Perang Para Dewa, seorang pemuda setengah peri bernama Haber Bulan Bangun menggunakan kalimat paling ikonik ini untuk menilai Ying:
Tanpa Ying, tidak akan ada legenda Raja Tentara Bayaran; Baik di Zhanlan Shengjie maupun Pulau Xilin, tanpa Ying di tempat pertama, Amy pasti sudah menjadi korban lain di bawah pedang besar meteorit biru. Di tempat kedua, 10.000 pasukan elit Farnos pasti akan menghancurkan Pasukan Bayaran Kecil. Meski mungkin Amy, Da Qing Shan, Huo Ensi, Chi Aotian, Sha Ruo dan inti kelompok lainnya bisa lolos, seluruh talenta yang telah dilatih selama dua tahun lebih pasti akan musnah.
Jika pengaruh Ying terhadap Amy hanya sebatas ini, mungkin masih ada yang bisa menggantikan posisinya. Namun ada tiga aspek pengaruh terbesar gadis kecil ini terhadap Raja Tentara Bayaran yang tak bisa direplikasi oleh siapapun.
1. Dibandingkan dengan beberapa gadis luar biasa lainnya, Ying juga memiliki pendirian yang sangat kuat. Sejak muncul di publik bersama Amy yang ceria dan banyak bicara, ia selalu dengan lihai mendorong Amy ke depan sementara dirinya sendiri jarang memberikan pendapat. Kebajikan seperti ini sangat langka di antara perempuan.
2. Ying tidak pernah memberikan penilaian terhadap orang-orang di sekitar Amy, sehingga bisa berintegrasi dengan cepat ke dalam Pasukan Bayaran Kecil. Gadis lain mungkin akan bertindak sebagai istri pemimpin kelompok.
3. Di saat paling sulit dalam hubungannya dengan Amy, Ying dengan diam-diam menanggung tekanan terbesar.
