Amy dan Da Qing Shan serentak memandang phoenix api yang turun itu.
Tangis panik Sha Ruo bergema dari punggung phoenix: "Amy, kemarilah! Sepertinya Ying..."
Da Qing Shan merasakan tangan Amy bergetar hebat sekali, kedua orang itu segera berlari menghampiri. Di belakang phoenix, mata Sha Ruo berkabut oleh air mata yang pekat, gigi menggigit bibir bawah erat-erat, jubah sihir putihnya telah ternoda merah darah——Ying bersandar miring di pangkuannya, darah mengucur deras dari perut Ying. Wajah cantik yang semula sehat kini pucat menakutkan, bibir yang kemerahan menjadi kering, hidungnya bernapas tersengal-sengal.
"Ying——" Amy sudah tak bisa mengendalikan emosi, menggenggam tangan Ying sambil memanggil lembut nama gadis itu.
"Tadi aku melihatnya, tapi dia sudah tertembak panah..." Sha Ruo berkata sambil terisak, "Dia terus mengeluarkan darah, semua sihir yang bisa kugunakan sudah kupakai, sepertinya sihir manusia tidak berpengaruh pada peri, obat terakhir juga sudah habis... Hiks... Aku sama sekali tak bisa menghentikan perdarahannya..." Ia memberi isyarat pada Amy untuk melihat tangannya yang lain——tangan itu sedang menekan punggung bawah Ying, darah segar terus merembes dari sana.
"Ying——ini aku, kau dengar?" Saat ini Amy tak bisa mendengar apapun, matanya terpaku tajam pada wajah Ying.
Dalam panggilan berulang Amy, Ying sepertinya mendengar sesuatu, tubuhnya bergerak sedikit, matanya perlahan terbuka menampakkan kelelahan yang mendalam: "Sayang..." Tangannya terangkat dengan susah payah, perlahan menghapus air mata yang mengalir di wajah Amy: "Jangan menangis, ya?" Bisiknya lemah.
"Ying, kamu sadar?" Amy menempelkan tangan dingin Ying di wajahnya: "Jangan takut, sudah diberi penyembuhan sihir, sebentar lagi akan membaik."
"Huh..." Ying batuk lemah, setetes darah merembes dari sudut bibirnya, "Sayang, jangan bohongi aku. Kehidupan peri terlalu panjang, kami sudah memahami arti kematian. Hanya sayang tak bisa menemanimu lagi, aku sangat suka bersamamu."
"Jangan ngomong sembarangan, Sayang. Kamu pasti baik-baik saja. Aku akan menikahimu, membawamu ke Daratan Es melihat kakekku."
"Iya, aku juga ingin terus bersamamu... Da Qing Shan, Sha Ruo, ke depannya tolong rawat Amy ya."
"Ying, kamu pasti sembuh, sungguh. Kami pasti bisa menyembuhkanmu." Sha Ruo menangis sambil melantunkan mantra Cahaya Pelindung suci, sinar kemilau suci terus mengalir dari tangannya menyapu tubuh Ying.
"Amy, antarkan aku kembali ke hutan peri. Rawat adikku baik-baik. Semoga bisa bertemu lagi di kehidupan mendatang..." Suara Ying semakin melemah, napasnya seperti benang halus.
"Ying, kamu pasti baik-baik saja. Tunggu aku, aku mau..."
“Adik Ying, jangan…” Suara Sha Ruo hampir tertahan oleh isak tangis.
“Kraaak——” Phoenix Api mengeluarkan suara melengking pilu di telinga Amy. Kepala merahnya menyembul dari bahu Amy, mahkota bulu indahnya bergetar tertiup angin. Jelas, Phoenix Api juga merasakan kesedihan ini, merasakan kepedihan dalam hati Sha Ruo, sekaligus menyaduri nyawa yang hampir pudar dari darah yang terus menetes dari tubuhnya.
Dibanding manusia, Phoenix memiliki umur yang hampir tak terbatas. Sepanjang hidupnya, mereka hampir tak memahami makna kematian. Namun situasi mengharukan ini benar-benar membuat Phoenix menyadari berharganya nyawa. Dua butir air mata jernih sebesar biji kacang mengalir dari mata Phoenix, meluncur di paruh kuningnya yang runcing, lalu jatuh tanpa suara di luka Ying.
Saat air mata jernih itu menyentuh darah, seketika memancarkan sinar putih suci. Cahaya lembut itu merambat perlahan menembus baju berlumuran darah Ying...
Sha Ruo yang pertama menyadari fenomena aneh ini. Ia menggenggam lengan Amy erat-erat: “Amy, lihat… lihatlah…”
Darah di baju perlahan membeku, tak ada lagi darah baru yang merembes keluar. Sinar putih mengelilingi pinggang Ying, dari atas ke bawah, secara bertahap menghentikan pendarahan di luka punggungnya.
Sha Ruo dengan hati-hati membuka baju berdarah Ying menggunakan tangannya, luka yang awalnya sebesar mata sapi mulai menutup, di dalam luka yang menyempit itu masih terlihat cahaya berkilauan.
Ying terjatuh dalam kondisi koma, napasnya semakin berat setelah pendarahan berhenti. Sha Ruo mengeluarkan semua sisa obat penambah darah dari bajunya, memberikannya perlahan kepada Ying dengan air. Bagi ras peri, sihir suci manusia tidak berpengaruh, namun obat penambah darah dari tanaman alami masih bisa memberikan efek tertentu. Wajah Ying berangsur membaik.
Melihat kondisi Ying yang membaik signifikan, meski tak tahu penyebab perubahan besar ini, perasaan sedih Amy yang awalnya sangat mendalam mulai mereda.
Dalam kurun kurang dari 30 hari, Ying mengalami dua kali luka mematikan demi Amy. Hasil dari luka-luka ini: pertama menyelamatkan Amy dari lingkungan ilusi Pedang Raksasa Batu Lazuli, kedua menyelamatkan Pasukan Bayaran Kecil dari kehancuran total.
Luka dahsyat ini, perasaan yang melampaui cinta biasa, dan pengorbanan yang tak terbalaskan ini, membuat Raja Tentara Bayaran Amy takkan pernah melupakannya seumur hidup.
Da Qing Shan dengan cepat menebang beberapa batang pohon yang sesuai dari pinggir jalan, merangkainya menjadi tandu kecil. Dia melepas pakaian luar sebagai alas tandu. Bersama Amy, mereka membantu Ying turun dari punggung phoenix dan dengan lembut menempatkannya di tandu. Sha Ruo menunggangi phoenix terbang ke angkasa, mengawasi pergerakan di sekeliling dari udara, memperhatikan apakah ada pasukan pengejar dari Benua Fanos di belakang.
Tak lama kemudian, Chi Aotian yang mengendarai Yao Li Long hitam dan dua pendekar pedang Burung Ganas melesat kembali dari langit jauh. Chi Aotian yang melompat dari Yao Li Long bergegas mendekati tandu. Melihat Ying tampak sudah lepas dari bahaya, para pendekar Burung Ganas pertama kalinya dalam dua tahun menyaksikan kapten mereka menunjukkan sisi manusiawinya. Tangan putihnya yang dingin menggenggam tangan Amy yang mengangkat tandu, "Yang penting tidak apa-apa. Jangan biarkan dia mengambil risiko lagi," ujar pria yang biasanya sangat dingin itu dengan penuh perhatian.
Meski baru bergabung 30 hari penuh di Pasukan Bayaran Kecil, gadis peri Ying telah mendapatkan penerimaan seluruh anggota dengan kecepatan luar biasa, termasuk dari Sang Raja Naga Bermuka Hitam Chi Aotian yang paling tidak pandai bergaul.
Bertahun-tahun kemudian, mayoritas mantan anggota Pasukan Bayaran Kecil yang pernah berinteraksi dengan Ying memberikan penilaian sebagai berikut:
"Bagi bangsa elf yang memiliki sifat baik dan jujur, Nona Ying juga termasuk yang terbaik di antara mereka, seharusnya menjadi istri idaman setiap pria." Komandan pertama batalyon pemanah wanita Pasukan Bayaran Kecil, Elf Padang Rumput Gran Hujan Sutra memberikan penilaian.
"Perhatian Ying mungkin adalah hasil sumpah tak terbatas yang diucapkan ayah Amy di Menara Permohonan kepada Dewa Pencipta untuk anak kesayangannya..." Balbas dari Pasukan Bayaran Kecil menyampaikan pandangan sebagai sosok orang tua.
"Jika aku ibu dari seorang anak laki-laki, aku ingin putraku bertemu gadis seperti Ying; Jika aku ibu dari seorang anak perempuan, aku sama sekali tidak ingin putriku menjadi seperti Ying. Gadis yang terlalu baik dan terlalu rela mengorbankan diri untuk melindungi kekasihnya seperti ini benar-benar mudah terluka." Meski kehadiran Ying membuat Lin Yushang tidak mendapatkan Amy, hal ini sama sekali tidak membuatnya membenci atau tidak menyukai gadis seperti Ying, apalagi mempengaruhi kesannya terhadap Ying.
Tak lama kemudian, Amy dan Da Qing Shan bersama rombongan menyusul pasukan besar kelompok tentara bayaran. Untuk menghindari kejaran pasukan dari Benua Fanos, Pasukan Bayaran Kecil menyusuri jalan raya langsung menuju kota kekaisaran terdekat - Kota Lionheart.
Konon 500 tahun yang lalu, di tepi timur Sungai Singa hidup banyak subspesies singa berbulu merah menyala. Ukuran tubuh singa ini 1,5 kali lebih besar dari singa biasa, dalam "Shan Hai Jing" disebut sebagai Singa Api. Berbeda dengan singa lainnya, singa jantan dari spesies buas ini yang berburu, sedangkan singa betina khusus merawat anak. Setiap kelahiran hanya menghasilkan satu anak singa. Sejak usia dini, anak singa sudah berburu didampingi singa dewasa, sehingga mereka juga memiliki aura raja hutan.
Pada masa awal pendirian Kekaisaran Amy, Kaisar Emi I melakukan ekspansi ke segala penjuru. Tahun ke-37 Kalender Shenhuang, ketika Kekaisaran Amy mulai terbentuk, Pangeran Da yang berusia 17 tahun memimpin pasukan mengejar sisa tentara Kadipaten Xius yang melarikan diri dan tersesat ke padang rumput Sungai Singa. Untuk pertama kalinya sang raja hutan melihat spesies yang berani menantang otoritasnya, lalu menyerang pasukan kedua belah pihak.
Di padang rumput luas tak bertepi, alang-alang cokelat setinggi manusia menjadi tempat penyergapan ideal bagi Singa Api. Seperti saat berburu mangsa lain, mereka biasanya menyelinap dari arah angin secara diam-diam. Ketika kobaran api merah menyambar dari dekat bagai angin topan, kuda perang biasa yang melihat atau mencium bau Singa Api langsung panik, berkali-kali menjatuhkan Yang Mulia Jenderal dari punggung kuda.
Kuda perang meringkik ketakutan, menginjak-injak dan meronta dalam barisan. Saat pasukan akhirnya stabil, bola api itu telah menghilang jauh ke dalam padang rumput sambil membawa mangsa malang di mulutnya.
Dari 8000 pasukan Kadipaten Xius yang memasuki padang rumput, hanya kurang dari 10% yang berhasil mencapai tepi selatan Sungai Singa. Ketika Pangeran Green terpaksa mundur dari padang rumput dengan 15.000 pasukan, hanya tersisa 5000 orang.
Jika bukan karena singa api di padang rumput, perbatasan selatan Kekaisaran Amy mungkin tidak hanya berhenti di tepi Sungai Singa. 76 tahun kemudian, John I yang dijuluki "Raja Amukan Api" dari generasi ke-4 Kekaisaran Amy memimpin 50.000 tentara kembali ke padang rumput. Setelah hampir mengulangi nasib Pangeran Green dengan kehilangan 20.000 pasukan, akhirnya John I terpaksa mengikuti saran Magister Besar istana. Mereka mengumpulkan 8 Magister Sihir atribut api yang menggunakan mantra level 5 - Naga Api Amukan dari 8 arah. Sihir api yang menyala-nyala ini mengubah seluruh padang rumput menjadi lautan api - julukan "Raja Amukan Api" berasal dari peristiwa ini.
Setelah kebakaran besar, di tengah padang rumput ditemukan lebih dari 200 mayat singa raksasa yang hangus. Setelah menguburkan bangkai singa, dibangunlah pusat logistik pasukan ekspedisi di lokasi tersebut - cikal bakal Kota Hati Singa yang kini menjadi kota terbesar di wilayah selatan kekaisaran. Saat itu, Raja Nuo Yan awalnya berencana memperluas wilayah kekaisaran, namun setelah menyelidiki di tepi utara Sungai Singa, baru diketahui bahwa sisa-sisa Kadipaten Xius yang kalah 70 tahun sebelumnya telah membangun kerajaan baru yang kuat di sini - Kekaisaran Xius.
Saat menarik pasukan kembali, Raja Nuo Yan meninggalkan 20.000 pasukan veteran tempur dan 12.000 veteran cacat. Kelompok pertama secara resmi mendapatkan gelar "Korps Singa Api" yang kini menjadi salah satu dari empat pasukan elit dalam sistem militer kekaisaran, sementara kelompok kedua menjadi penduduk awal daerah tersebut. Kota Hati Singa juga menjadi markas pasukan pertahanan Sungai Singa kekaisaran.
Pukul 14.00 di hari yang sama, Pasukan Bayaran Kecil telah melihat bendera Singa Api berkibar di Kota Hati Singa.
……
Markas besar Legiun Ekspansi Barat Benua Fanos sedang dalam kekacauan. Komandan tertinggi tertikam dengan kondisi tidak jelas, 3 dari 4 pasukan utama seribu orang nyaris punah, sementara 1 dari 6 pasukan seribu orang lainnya kehilangan kemampuan tempur. Masih belum jelas apakah sisa pasukan bisa mempertahankan posisi pesisir ini, apalagi tidak ada jenderal yang berani mengusulkan pengejaran terhadap Pasukan Bayaran Kecil.
Pada pukul 09:30 pagi, di bawah penyembuhan beberapa dokter militer, luka Da Haino berhasil dikendalikan. Da Haino yang membuka matanya dalam keadaan koma melihat sekelilingnya dipenuhi komandan batalyon berbaju zirah hitam. Pertanyaan pertamanya adalah: "Mereka kabur?" Delapan komandan batalyon di sekitarnya terdiam.
Da Haino menghela napas panjang, alis tebalnya berkerut lalu kembali tenang: "Ini takdir."
Kemudian Da Haino memberikan wewenang kepada Merilin dan Jenderal Norton yang belum pulih sepenuhnya untuk menggantikannya memimpin pasukan, sambil mengirimkan 3 elang pos yang meminta bala bantuan mendesak ke markas besar Ekspedisi Fanoss.
Fakta membuktikan bahwa Jenderal Merilin dan Jenderal Norton yang menerima mandat darurat memang lebih unggul dalam strategi dibanding komandan batalyon lain. Setelah mengambil alih komando, perintah pertama mereka adalah menghitung total kerugian pasukan, kedua meninjau ulang kondisi Pulau Xilin secara menyeluruh, ketiga mempersiapkan masuk ke Pulau Xilin sambil mempertahankan Bukit Liuda untuk mendirikan markas baru.
Pukul 13:00 siang, semua laporan kerugian Korps Ekspedisi Barat terkumpul. Dalam "Pertempuran Xilin", total kerugian Korps Ekspedisi Barat adalah sebagai berikut:
Tewas: 2.283 orang termasuk Komandan Batalyon Du Qilie; terdiri dari 1 komandan batalyon, 26 komandan kompi, 340 perwira setingkat komandan peleton ke atas.
Terluka: 2.603 orang termasuk Panglima Da Haino; 5 perwira setingkat komandan batalyon ke atas, 28 komandan kompi; 1.346 orang kehilangan kemampuan tempur.
Tanpa mengganggu panglima yang masih koma, Norton dan Merilin berkoordinasi lalu melepaskan 3 elang pos lagi ke markas besar.
Kemudian, 5.000 lebih prajurit yang tersisa bersama pasukan langsung di bawah Komando Tertinggi dibentuk menjadi 6 resimen 1.000 orang. Pada saat ini, dua jenderal terkenal baru menyadari bahwa 600 lebih prajurit sisa Resimen Dua Qilie telah benar-benar kolaps. Untuk menghindari perluasan dampak, 600 lebih prajurit ini bersama 1.000 lebih prajurit terluka parah yang kehilangan kemampuan tempur dibentuk menjadi dua resimen 1.000 orang sementara. Dua komandan resimen dikirim untuk memimpin mereka melalui Markas Besar Pasukan Ekspedisi kembali ke Benua Fanos.
Pukul 14:00, setelah mengonfirmasi tidak ada pasukan bertahan di Pulau Xilin, Resimen ke-5 dan ke-6 Fanos yang telah direorganisasi secara resmi menduduki pulau tersebut.
Faktanya, 8 hari sebelumnya, Markas Besar Korps Ekspedisi Fanos telah menerima surat dari Da Hainuo. 10.000 pasukan bantuan gelombang pertama dari Ekspedisi Barat telah berlayar dengan kapal besar menuju Pulau Xilin.
Musim gugur Tahun ke-4 Kalender Sihir, situasi perang di Benua Eminoll mengalami perubahan besar. Di bawah panduan strategi membuka medan perang kedua di Benua Fanos, meskipun kehilangan 4 resimen 1.000 orang dalam Pertempuran Pertahanan Xilin, mereka meraih keberhasilan strategis dengan akhirnya memasuki wilayah Sungai Singa yang subur. Sementara itu, Kekaisaran Tentara Bayaran dan Kekaisaran Xius yang sebelumnya menjadi aktor utama perang dengan cepat tertutupi oleh cahaya yang dipancarkan Kekaisaran Amy sebagai pemain baru.
Kota Hati Singa berbentuk persegi dengan setiap sisi sepanjang 5 li. Setiap sisi tembok kota memiliki 2 gerbang yang dinamai "Singa Api, Naga Angin, Beruang Es, Macan Tanah" sebagai empat gerbang utama. Unsur air sengaja dihilangkan dari penamaan karena Singa Api termasuk unsur api yang bertentangan dengan air. Empat gerbang tambahan dinamai berdasarkan bagian tubuh Singa Api: Raungan, Ekor, Cakar, dan Sayap. Legenda menyebutkan Raja Singa Api yang sebenarnya memiliki sayap di ketiaknya, sehingga ada Gerbang Sayap.
Berbeda dengan kota lain, sekitar Kota Hati Singa tidak ada pegunungan tinggi. Gunung Suci terdekat berjarak ribuan li. Selama pembangunan, semua bata dibuat dengan membangun 3.000 tungku raksasa yang menggali tanah setempat. Tanah di utara Sungai Singa kebanyakan berwarna merah bata, sehingga bata yang dihasilkan juga merah.
Ratusan ribu bata merah menyala membuat seluruh Kota Hati Singa bagai nyala api di tengah padang rumput hijau-kuning. Bendera merah yang berkibar di tembok kota menyerupai lidah api yang melonjak-lonjak.
——《Shan Hai Jing*Catatan Ringan》
