Masalah yang tak menyangkut diri sendiri akan diabaikan, tapi bila menyangkut diri sendiri akan membuat panik.
Pepatah ini paling tepat menggambarkan keadaan Moye dan Long selama 10 hari terakhir. Setahun setelah Long pensiun, Moye juga mengajukan pengunduran diri dari Pasukan Perbatasan Federasi Utara Kekaisaran, resmi menjadi salah satu penanggung jawab markas besar Benteng Es Pasukan Bayaran Kecil.
Markas besar Pasukan Bayaran Kecil dipindahkan ke Pulau Xilin. Sebagian besar tentara bayaran berusia di atas 14 tahun telah dipindahkan ke Xilin. Di cabang Benteng Es hanya tersisa lebih dari 200 tentara bayaran remaja di bawah 14 tahun. Sesuai perjanjian sebelumnya, pada musim gugur, Long memimpin lebih dari 30 tentara bayaran kecil yang baru menginjak 14 tahun ke Pulau Xilin untuk bergabung dengan markas besar. Moye yang juga sudah bosan tinggal di benua beku ikut bersama Long.
5 hari yang lalu, rombongan Pasukan Bayaran Kecil dihadang oleh pos-pos pemeriksaan yang didirikan oleh pasukan garis kedua di jalan raya Sungai Sanggan.
Mendengar kabar wilayah kekaisaran diserang, mesin perang raksasa departemen militer kekaisaran segera diaktifkan. Dalam waktu 4 shichen (8 jam), departemen militer menggunakan segala cara untuk mengirim pemberitahuan status siaga perang ke semua unit militer setingkat batalyon di seluruh kekaisaran. Untuk menghindari serangan di jantung wilayah kekaisaran, perintah untuk tiga wilayah pertahanan utama - Wilayah Pertahanan Sungai Singa, Gunung Suci (Benteng Tongyun), dan Jielin - dikirim oleh Ksatria Binatang Legenda jenis elang yang terbang siang-malam tanpa henti. Wilayah Pertahanan Gunung Suci (Benteng Tongyun) menerima pemberitahuan pertama. Sesuai perintah militer, dua batalyon pasukan pelopor segera memblokir tiga jalan raya yang ditentukan dalam waktu singkat.
Ketika Moye dan Long mengetahui bahwa yang diserang adalah Pulau Xilin, kegelisahan mereka bisa dibayangkan. Mereka segera menunjukkan surat keterangan tentara bayaran mereka, berharap bisa melewati pos pemeriksaan secepatnya. Sayangnya, perintah dari komandan wilayah pertahanan tidak menyebutkan siapa yang bertahan di Pulau Xilin, apalagi membahas kelompok tentara bayaran mana yang boleh dilewati.
Demikianlah, Moye, Long, dan lebih dari 30 anggota Pasukan Bayaran Kecil terperangkap seperti semut di atas wajan panas di luar pos pemeriksaan selama dua hari. Akhirnya, Pasukan Bayaran Kecil bentrok dengan pasukan wilayah pertahanan.
Sulit menentukan siapa yang salah dalam bentrokan ini. Jika hanya Moye yang ada di tempat, mungkin bentrokan tidak akan terjadi. Sayangnya, Long juga hadir - reputasinya dalam memicu keributan sudah sangat terkenal di pasukan Federasi Utara.
Long, Moye, Balbas dan yang lainnya bergabung dengan pasukan Kekaisaran hampir bersamaan. Saat pensiun, Moye sudah menjadi komandan batalyon, Balbas sebagai komandan regu, sementara Long tetap sebagai prajurit biasa. Secara logika ini sangat aneh. Nama lengkap Long adalah Long.Sparta.Wannis. Marga Sparta menunjukkan garis keturunan salah satu bangsawan tertua Kekaisaran yang biasanya menyandang gelar Ksatria kerajaan. Di militer, keturunan bangsawan seperti ini seharusnya mendapat prioritas promosi.
Alasan terpenting mengapa Long tidak mendapat promosi adalah: tidak menghargai atasan dan sering membuat masalah. Setelah bergabung dengan militer pada usia 18 tahun, tak peduli seberapa tinggi pangkat perwira yang ditemuinya, Long selalu mempertahankan "sikap biasa" yang langka, bahkan senang mempermainkan atasan di depan rekan sejawat. Misalnya bertaruh dengan teman untuk – di malam hari pergi ke depan rumah perwira dan meninggalkan kotoran, atau menghasut anggota tim yang kasar untuk menantang otoritas kapten yang baru ditugaskan, belum lagi perkelahian dan keributan sehari-hari yang tak terhitung jumlahnya.
Dalam hal kemampuan tempur, dia memang pantas menyandang nama marga bangsawan "Sparta". Karena itu tidak hanya sekali dia melukai atasan maupun rekan. Sebagai keturunan bangsawan Kekaisaran, ada kabar burung bahwa dia sebenarnya adalah anak dari keluarga bangsawan berkuasa, tapi sangat tidak disukai oleh kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya sehingga secara tidak langsung dibuang ke dinas militer. Hal ini memberinya kekebalan dalam banyak hal. Di pasukan Federasi Utara, dia adalah sosok yang merepotkan semua atasan, sehingga wajar jika tidak mendapat promosi.
Yang bertanggung jawab atas pos pemeriksaan ini adalah regu kecil dari wilayah pertahanan Gunung Suci Kekaisaran (Benteng Tongyun). Batalyon tempat regu ini berada merupakan bagian dari Resimen Naga Hitam – salah satu dari empat pasukan elit Kekaisaran. Secara teknis, Resimen Naga Hitam adalah pasukan pribadi keluarga Chi yang merupakan keluarga terkemuka terbesar di Kekaisaran, yang ditempatkan secara permanen di Benteng Tongyun di tenggara Kekaisaran. Di antara empat pasukan elit, pasukan ini merupakan yang kedua dibentuk. Marsekal Chi Tongyun memiliki 5.000 pengawal pribadi selama Perang Pendirian Negara, dan setelah mendapatkan wilayah feodal, mendirikan Resimen Naga Hitam berdasarkan pasukan pengawal tersebut.
Para kepala keluarga Keluarga Chi dari generasi ke generasi selalu menjadi teladan ksatria, dikenal dingin, pendiam, adil, dan kaku. Pasukan Ksatria Naga Hitam juga mewarisi gaya ini.
Seperti semua tentara resmi, Pasukan Ksatria Naga Hitam memandang rendah kelompok tentara bayaran. Seorang Marsekal Kekaisaran pernah menilai semua kelompok tentara bayaran: "Kutu sosial yang mengharapkan kekacauan tapi takut pada kekacauan besar, berani berkelahi pribadi tapi pengecut di medan perang, hanya mengejar harta, tidak layak digunakan."
Komandan regu yang memimpin telah menahan kegaduhan tentara bayaran ini selama dua hari.
Bagaimana tidak... Jika seorang tentara kekaisaran terhormat dalam dua hari lebih dari 10 kali dituduh postur militernya tidak rapi, wajah pucat, gaya berkudanya seperti babi jantan yang dikebiri, siapa pun tidak akan tahan. Karena itu, dengan kesal dia melambaikan tangan mengerahkan 20 lebih prajurit kuat untuk mendorong Long dan Moye menjauh dari pos garda.
Prajurit yang juga kesal dengan ulah Long segera bertindak sesuai perintah atasan untuk membersihkan sampah.
"Bangun, cepat!" Beberapa prajurit mulai mendorong-dorong.
"Jika tidak pergi, kalian akan ditangkap sesuai peraturan darurat perang!"
Moye dan Long didorong beberapa kali. Di depan anak-anak, muka mereka mulai memanas. Mata cokelat Long menyipit kebiasaan, tangannya menarik prajurit ke dadanya sementara kakinya menyandung hingga seorang prajurit terjatuh.
Pasukan Ksatria Naga Hitam yang sedang berdesak-desakan sebenarnya tidak siap berkelahi. Melihat rekan senjata mereka jatuh, para prajurit segera menghunus pedang panjang - persis seperti yang dikatakan Marsekal Kekaisaran, gerombolan perusuh ini berani menyerang pos pemeriksaan kerajaan demi keuntungan kecil saat kekaisaran diserang bangsa asing.
Moye tersenyum getir melihat Long, lalu juga menghunus pedang panjangnya.
Baik dalam perang maupun duel antar ksatria, pasukan Ksatria Naga Hitam sangat berpengalaman. Di hadapan mereka hanya ada dua orang dewasa dan sekumpulan anak-anak lemah dari kelompok tentara bayaran. Salah satu dari empat pasukan elit Kekaisaran pasti bisa mengatasi mereka dengan mudah. Bahkan komandan regu berteriak: "Jangan sampai melukai anak-anak."
Sayangnya, Long dan Moye berasal dari Pasukan Perbatasan Federasi Utara.
Sebagai formasi termuda di antara empat pasukan elit Kekaisaran, Legiun Bulan Salju yang berada di bawah komando Pasukan Perbatasan Federasi Utara memang menempati peringkat terakhir. Namun seluruh tentara Kekaisaran tahu bahwa kekuatan tempur sebenarnya Legiun ini pasti masuk dua besar - ini pun masih harus memberi muka kehormatan untuk Legiun Naga Pelangi ibukota. Dalam 300 tahun terakhir, hanya pasukan Federasi Utara yang terus menerus terlibat pertempuran, ditambah ujian berat salju dan api, membuat kekuatan tempur mereka jauh melampaui pasukan lain. Terutama Legiun Bulan Salju sebagai pasukan elit Pasukan Perbatasan Federasi Utara, dimana Batalyon Infanteri Gletser dan Resimen Ksatria memang berada dalam struktur organisasi Legiun ini.
Moye dan Long yang merupakan perwira menengah dan veteran berpengalaman di Federasi Utara Kekaisaran, dengan dua pedang panjang berkilauan berhasil menumbangkan 19 prajurit kerajaan dalam 20 menit. Prajurit Kesatria Naga Hitam patut bersyukur, karena Moye dan Long hanya menggunakan pedang tusuk khusus ksatria bangsawan untuk mempercepat perjalanan. Andai mereka menggunakan pedang besar standar Pasukan Bayaran Kecil, akibatnya pasti lebih dari sekadar tusukan. Kejadian ini akhirnya menarik perhatian dua komandan batalyon dan Marquis Chi Hantong yang baru tiba di barisan kedua.
Saat Marquis Chi Hantong dengan seragam jenderal perak-hijau muncul di hadapan Moye dan Long, Moye secara refleks berbisik ke Long: "Long, bukankah ini komandan brengsek dari batalyon ksatria itu? Kenapa dia ada di sini?"
"Sepertinya naik pangkat. Katanya sekarang jadi pemegang saham utama kita," jawab Long yang baru dapat kabar itu. "Ingat barang yang kita lelang kemarin? Katanya dia yang menyelundupkan dari istana kekaisaran."
"Ada yang bisa jelaskan apa yang terjadi?" Chi Hantong bertanya dengan suara berat.
"Hei, Komandan Chi, jangan terlalu sok resmi lah?" Melihat prajurit-prajurit kerajaan termasuk seorang komandan kompi berjatuhan, Moye dan Long agak canggung. Long segera mendekat untuk menjalin hubungan.
Chi Hantong yang terkena imbas dari adiknya ini tertegun: Masa jabatannya sebagai komandan batalyon sudah 20 tahun lalu. Kok bisa bertemu mantan anak buahnya di sini?
"Yang Mulia, apakah Anda mengenal saya?"
“Komandan Batalyon Chi, Bos Besar Chi,” Long yang berperilaku misterius sama sekali tidak seperti keturunan bangsawan, dia bersandar di sebelah Chi Hantong dan berbisik: “Jangan pura-pura tidak tahu, dulu saya adalah prajurit Pasukan Gletser, bersama komandan batalyon kami pernah menyelamatkan nyawamu. Aku ini penyelamatmu, sekarang aku juga anggota Pasukan Bayaran Kecil...”
Mendengar ini, Chi Hantong sudah memahami semua yang terjadi: “Tuan, Anda salah orang, saya adalah Chi Hantong kakak Chi Hanfeng. Kalian buru-buru ke Wilayah Pertahanan Sungai Singa? Baik, tinggalkan biaya pengobatan untuk prajurit yang kalian lukai, kalian boleh pergi sekarang.” Setelah memimpin pasukan bertahun-tahun, dia sangat paham karakter veteran licik seperti Long yang memiliki kebiasaan buruk tentara dan tentara bayaran. Hanya adik kesayangannya yang bisa mengelola tipe orang seperti ini. Setelah berkata demikian, dia meninggalkan seorang pengawal untuk urusan administrasi dan kembali ke markas.
Dua hari kemudian, rombongan Long dan Moye yang membawa perintah resmi Marquis Chi Hantong tiba di Kota Hati Singa.
Pasukan Bayaran Kecil mendirikan cabang di Bar Pohon Kota Hati Singa. 20 hari sebelumnya, Huo Ensi telah memindahkan sebagian besar tentara bayaran kembali ke Pulau Xilin, kini hanya tersisa 5 prajurit penjaga termasuk 3 Pendekar Pedang Besar dan dua pendekar pedang Burung Ganas.
Melihat dua ekor Burung Ganas yang dititipkan di Bar Pohon, Long memiliki ide baru - dia ingin menunggangi Burung Ganas langsung terbang ke atas Pulau Xilin untuk menyelidiki situasi.
Pagi-pagi keesokan harinya, Long dan Moye menggunakan jabatan mereka sebagai komandan divisi Kelompok Tentara Bayaran untuk memerintahkan dua pendekar pedang Burung Ganes menyerahkan kedua Burung Ganas malang itu. Para pendekar itu sangat enggan, namun terpaksa mematuhi karena permintaan kedua pria paruh baya yang juga merupakan Rekan Senjata ayah mereka.
Setelah belajar singkat teknik mengendalikan burung, kedua pria besar itu dengan susah payah memanjat punggung Burung Ganas. Sepanjang sejarah mungkin belum ada Burung Ganas yang lebih sial dari ini. Semua Burung Ganas memiliki batas muatan maksimum. Saat Pasukan Bayaran Kecil merekrut pendekar pedang Burung Ganas, calon penunggang harus ditimbang terlebih dahulu. Burung Ganas biasa hanya bisa mengangkut pendekar berbobot sekitar 90 jin, sehingga banyak perempuan di Batalion Pendekar Burung Ganas.
Moye dan Long yang sudah berusia 37-38 tahun dengan tubuh mulai membulat dan kurangnya kelenturan anak muda, langsung membuat kedua Burung Ganas itu tertekan hingga hampir jongkok di tanah.
Setelah beberapa kali berjuang, Burung Ganas akhirnya terbang ke angkasa, membawa dua komandan divisi yang berteriak-teriak ke langit biru. Sayangnya, tidak semua orang beruntung merasakan keindahan langit. Dua ekor Burung Ganas yang harus menanggung beban berlebihan, mati-matian mengepakkan sayap di udara. Dua pria paruh baya itu merasa seperti terlempar ke pusaran badai, mata berkunang-kunang.
Tapi karena mereka memaksa anak buah untuk mengantarkan diri ke langit biru, sekarang tidak enak untuk langsung turun. Kedua pria paruh baya itu menahan penderitaan di langit, erat memeluk leher Burung Ganas, berharap bisa cepat beradaptasi.
Dua Burung Ganas yang dicakar, ditekan, lalu dicekik erat oleh lengan kuat dua pria perkasa - ditambah kedua pria paruh baya itu akhirnya muntah-muntah di atas punggung - kedua makhluk malang ini tak tahan lagi. Mereka terjatuh dari langit sambil terbalik dan berguling-guling.
Setelah mendarat keras, untuk mengalihkan konsekuensi perintah salah tadi, Long bereaksi pertama: "Barusan aku terbang ke langit? Kira-kira 200 meter ya?"
...Beberapa tentara bayaran saling pandang tak tahu harus jujur atau tidak. Akhirnya seorang Pendekar Pedang Besar yang jujur menunjuk rumah satu lantai sambil bergumam: "Paman Long tadi... mungkin setinggi rumah itu..."
"Pasti aku terbang lebih tinggi darinya kan? Aku lihat dia di bawah kakiku." Setelah mempermalukan diri di depan junior, Moye juga tak bisa terima. Dia memilih menginjak rekan untuk menyelamatkan muka.
“Kalian berdua hampir sama. Kau melihatnya di bawah kakimu, mungkin karena Burung Ganas jatuh dari langit sambil berputar-putar...”
Petualangan Burung Ganas ini mengakibatkan konsekuensi langsung: banyak bulu terbang kedua Burung Ganas patah, diperkirakan juga ada otot yang tertarik, sehingga tidak bisa terbang dalam waktu dekat.
Tanpa pengintaian udara dari Burung Ganas, Moye dan Long setiap hari sejak subuh datang ke luar perkemahan untuk memandang jauh ke arah Pulau Xilin, berharap bisa melihat bayangan Pasukan Bayaran Kecil.
Begitu Pasukan Bayaran Kecil muncul, Moye dan Long langsung memimpin lebih dari 20 tentara bayaran muda mengikuti dari belakang kavaleri pengintai Legion Singa Api.
Di aula para dewa di ujung langit, Dewa Pencipta pernah bertanya kepada para dewa: "Apa yang paling jauh di dunia ini?"
Dewa Api yang ceroboh langsung menjawab: "Mungkin ujung dunia di dunia upper elf, tempat yang bahkan para dewa tak bisa jangkau."
Dewi Cinta yang cantik tersenyum manis: "Bukankah dua hati? Meski saling melekat erat, tapi tak memahami isi hati satu sama lain."
Di tengah perdebatan para dewa, tiba-tiba air mata besar mengalir dari mata Dewa Kebijaksanaan: "Yang paling jauh di dunia... mungkin adalah ketika ada seseorang di hadapanmu, tapi dia akan segera menghilang... untuk selamanya."
Aula para dewa langsung hening... Bahkan para dewa dengan kehidupan abadi pun harus menghadapi 'jarak' tak terhindarkan ini.
——《Perang Para Dewa》
