Kasihan hati orangtua di dunia. Semua yang baru menjadi ayah-ibu pasti ingat hari pertama anak mereka berbicara. Momen ketika tiba-tiba mengucap "papa" atau "mama" jelas sangat membahagiakan. Tapi... jika anak itu pertama kali membuka mulit langsung bisa bicara lancar, bahkan memiliki kefasihan tiada tanding, entah bagaimana perasaan orangtuanya.
Baik bagi Da Qing Shan, Huo Ensi, maupun Chi Aotian, pertama kali menghadapi Lü'er yang bisa berbicara, otak mereka kosong total. Sedikit sisa kemampuan berpikir yang menyedihkan dipenuhi oleh dua karakter besar - "TEROR". Melihat wajah Lü'er yang dipenuhi tulisan "Aku akan menghabisi kalian bertiga", ketiganya terus-menerus merindukan Amy di benak mereka. Tak heran pagi itu Amy terus-menerus bersin-bersin, membuat Nona Ying yang terbaring sakit merasa khawatir sia-sia.
Akhirnya, ketika ketiga pemuda itu hampir menyerah pada ide bodoh ini, entah mengapa Yang Mulia Lü'er tiba-tiba berbelas kasih. Beliau menyatakan kesediaannya mencoba mengangkut Da Qing Shan. Namun mengenai ide menempatkan Huo Ensi di punggungnya secara bersamaan, Yang Mulia Lü'er dengan tegas menyatakan - meski musim dingin bergemuruh dan musim panas turun salju - tak akan pernah dipertimbangkan.
"Kemudian, atas permintaan semua orang, Amy dan Lü'er membicarakan hal ini. Mengenai alasan mengapa Lü'er akhirnya bersedia ditunggangi Da Qing Shan, Lü'er mengungkapkan: 'Naga Suci yang baik hati dan menggemaskan seperti ini, mana mungkin tidak membiarkan teman terdekatnya menunggangi? Namun, Naga Suci memiliki intuisi alami yang bahkan dalam tidur pun bisa merasakan niat jahat dalam radius 10 li. Dengan kecerdasan luar biasa Tuan Lü'er, sekilas langsung tahu bahwa biang keladinya adalah Huo Ensi. Seperti pepatah, "Naga baik ditunggangi, manusia baik ditipu". Untuk mencegah Da Qing Shan dikerjai Huo Ensi, Tuan Lü'er terpaksa mengorbankan reputasinya sendiri untuk memberi pelajaran pada si jahat ini - sekaligus menghindari Da Qing Shan salah memilih teman.' Sambil berkata demikian, senyum khas merekah di wajah Lü'er. Sejujurnya, senyuman ini sangat mirip dengan senyum khas Amy.
Hmm, kenyataan membuktikan bahwa Huo Ensi yang berusaha mengakali Tuan Lü'er akhirnya mengalami nasib yang sangat tragis.
"Hmm, Huo Ensi, kamu tahu, hubungan kita sangat baik, tapi..." Lü'er menjelaskan dengan wajah serius dan ramah: "Sebagai Naga Suci, sama sekali tidak boleh membiarkan non-Ksatria Naga Suci menunggangi. Kalau tidak, Dewa Pencipta dan Dewa Naga akan menghukum dengan dosa besar."
Lü'er berkata dengan hati-hati sambil melirik ke langit, ha—tidak ada kilat yang terus turun, suara kekanak-kanakannya langsung keras: "Bagaimana kalau begini, setelah aku terbang, bisa menggunakan cakar untuk menggenggammu... Demi keamanan, kita bisa terbang lebih rendah..."
Huo Ensi juga orang yang sangat cerdik, melihat senyum senang yang tersembunyi di balik wajah tegang Lü'er, tidak perlu berpikir pun tahu ini pasti ide buruk. Sial, dulu di Pulau Xilin bagaimana Lü'er menggunakan Peri Api sial itu dengan cara di luar imajinasi, kejadiannya masih jelas terbayang. Jikalau dia beralasan kekuatannya habis dan langsung melemparkannya dari ketinggian puluhan meter, nasibnya mungkin lebih parah dari Peri Api, setidaknya itu laut lepas, jatuh pun tidak remuk. Bahkan jika tidak dilempar seperti proyektil, melihat hutan lebat, Lü'er yang licik dan aneh ini pasti akan menggunakannya sebagai sapu sepanjang perjalanan, mungkin dengan dalih membersihkan alam.
"Eh... Lü'er, lebih baik tidak usah, aku kasihan melihatmu susah-susah begini. Kalian pergi dulu, aku akan cari cara ke Pos Peristirahatan." Huo Ensi segera menolak dengan halus.
Begitu mendengar itu, air mata panas langsung membanjiri mata Lü'er lagi, hidungnya terisak-isak: "Aku tahu kau tidak percaya padaku... Hiks..."
Saat itu, Da Qing Shan dan Chi Aotian sangat tersentuh, bahkan sempat meragukan apakah Lü'er yang usil tadi dengan Lü'er yang perhatian dan patuh ini adalah naga yang sama. Huo Ensi juga merasa bersalah, sepertinya memang tidak seharusnya meragukan ketulusan Lü'er.
Tentu saja, fakta kemudian membuktikan bahwa Lü'er menangis karena rencananya terbongkar - dengan menggunakan taktik air mata untuk menghilangkan kewaspadaan Huo Ensi.
"Sudahlah..." Lü'er menghela napas panjang dengan penuh kepedihan: "Untuk membuatmu tenang, agar kita bisa cepat kembali ke Ibukota, begini saja. Aku akan memberimu mantra pengapungan. Mantra pengapunganku bisa bertahan setidaknya hingga pagi. Lalu, karena kau tetap tidak percaya padaku, lebih baik kau memegang ekor Yao Li. Dengan begitu, tenaganya tidak terlalu terbebani, dan kita bisa terbang pulang bersama."
Melihat Lü'er mengajukan saran konstruktif dengan wajah memelas, Huo Ensi hampir menyesali kecurigaannya. Hampir saja ia memilih untuk memegang ekor Lü'er. Namun sebagai Huo Ensi yang selalu waspada, di detik terakhir ia tetap memilih ekor Yao Li Long. Huo Ensi sangat khawatir jika tiba-tiba Lü'er menyesal di udara dan "memproduksi" kotoran, maka nasibnya akan berubah dari keset menjadi popok bayi.
Sayangnya, kecerdasan manusia pada akhirnya terbatas, apalagi yang berasal dari bangsa yang memang tidak terkenal akan kecerdasannya seperti Bangsa Kurcaci.
Saat terbang, dua sayap raksasa Naga digunakan untuk mengipaskan angin kencang saat melayang di langit, sedangkan ekor besar berfungsi untuk mengubah arah dengan gerakan menyamping. Dalam hal ini, jika arah yang dituju cukup akurat tanpa perubahan besar, ekor Naga Raksasa benar-benar bisa menjadi tempat nyaman bagi seseorang yang diberi Mantra pengapungan.
Sayangnya, apakah Tuan Lü'er akan membiarkan situasi ini terjadi? Baik Da Qing Shan maupun Chi Aotian dapat membuktikan bahwa selama 8 jam penerbangan berikutnya, Lü'er menggunakan segala kemampuannya untuk melakukan berbagai manuver akrobatik di udara dan memancing Yao Li Long untuk mengejarnya - sejujurnya, Yao Li adalah Naga yang baik, hanya saja pikirannya agak sederhana.
Baru saja terbang ke langit, Da Qing Shan tentu sangat bersemangat. Chi Aotian juga tidak memperhatikan perilaku aneh Lü'er dengan saksama. Yang benar-benar menderita adalah pewaris ketiga Kerajaan Kurcaci yang diikat di ekor Yao Li. Setiap kali ekor naga raksasa itu mengayun kuat di udara, Huo Ensi "bersemangat"—oh, salah—berteriak histeris penuh kengerian. Awalnya Huo Ensi memaki-maki Lü'er dengan kata-kata yang benar-benar merusak citra dua tokoh legendaris penting dalam sejarah, jadi tidak perlu diuraikan detailnya. Singkatnya, mulai dari Dewa Naga sampai semua hewan melata di bumi. Kemudian, melihat baik Lü'er maupun Da Qing Shan dan Chi Aotian mengabaikannya, makian Huo Ensi beralih ke dua rekannya.
Sayangnya... ini benar-benar bukan kesalahan Da Qing Shan dan Chi Aotian. Tadi lupa disebutkan—Saat melepaskan Mantra pengapungan, Yang Mulia Lü'er juga melepaskan "mantra keheningan", membuat Da Qing Shan dan Chi Aotian sama sekali tidak bisa mendengar. Lü'er sekarang sudah memiliki kemampuan magister, sehingga tidak perlu kidungan untuk melepaskan sihir level 5 biasa.
Akhirnya, setelah beberapa jam, Huo Ensi yang kelelahan mengumpat akhirnya berhenti muntah dan memaki di ekor Yao Li... tertidur, atau lebih tepatnya pingsan.
Untuk menghindari kehebohan publik, dua Naga Raksasa mendarat di lereng bukit tak jauh dari Skambray. Da Qing Shan dan Chi Aotian melepaskan Huo Ensi yang terikat di ekor Yao Li Long. Wajah kurcaci kecil itu pucat seperti orang kelelahan, sepanjang perjalanan telah memuntahkan semua isi perutnya. Meski kakinya sudah menjejak tanah, tubuhnya masih bergetar seolah terus berputar...
Sejak saat itu, Huo Ensi tak pernah lagi berpikir untuk terbang ke langit. Konon katanya, mulai generasi itu pula seluruh keluarga kerajaan Bangsa Kurcaci mengidap fobia ketinggian.
Keesokan harinya, Da Qing Shan, Huo Ensi, dan Chi Aotian menyusuri lereng bukit menuju jalan raya. Lokasi ini sudah cukup dekat dengan Kota Skambray, sekitar 2 jam berjalan kaki. Yao Li Long telah kembali ke Taman Suci Binatang Legenda, sementara Tuan Lü'er beralasan ingin tidur lebih lama karena tekanan pekerjaan intelektual berat baru-baru ini, dan akan terbang sendiri ke kediaman adipati pada sore hari.
Baru beberapa li mereka berjalan di jalan raya, sudah mencium aroma khusus yang menyengat di udara.
Secara geografis, Ibukota Skambray sangat jauh dari medan perang. Di antaranya terbentang Sungai Sanggan yang megah dan jarak lebih dari 2000 li. Selain Naga, bahkan Ksatria Burung Ganas pun membutuhkan waktu lebih dari 5 hari untuk mencapainya. Di bentang geografis seluas ini, tersebar pasukan elit dari empat zona pertempuran besar. Dengan demikian, posisi ibukota benar-benar aman secara strategis.
Namun, segala yang terlihat di depan mata membuktikan bahwa api peperangan benar-benar telah menyala.
Di jalan raya terus berlalu ksatria ringan yang melesat dengan kuda, zirah kulit merah menunjukkan mereka adalah kurir militer; penginapan di pinggir jalan dipenuhi prajurit bersenjata lengkap; dari kejauhan terlihat Kota Skambray yang dikelilingi perkemahan militer berlapis-lapis.
Seiring eskalasi perang, faksi konservatif yang diwakili Adipati Chi khawatir kekaisaran menghadapi musuh terkuat dalam seabad, sehingga melalui departemen militer terus mendesak Kaisar Hongshi untuk mengerahkan lebih banyak pasukan. Berdasarkan dekret terbaru Kaisar Hongshi, tujuh zona perang kekaisaran telah memasuki status siaga tertinggi.
Belakangan ini, Earl Chi Hanfeng selaku komandan tertinggi Zona Ibu Kota diperintahkan ke Federasi Utara untuk memobilisasi 10000 pasukan elit Legiun Bulan Salju lewat jalur laut. Di hari yang sama, Resimen Kesatria Naga Tujuh Warna - pasukan terbaik dari empat zona perang utama - berkumpul di bawah tembok Skambray. Selain 8000 Pengawal Kerajaan yang menjaga istana, semua pertahanan kota diserahkan ke Batalion Pendekar di bawah Marquis .
Tahun 4 Kalender Sihir, Musim Dingin Bulan 1, angin utara menerjang dari benua beku melintasi samudera. Di Skambray yang terlihat dari kejauhan oleh Huo Ensi dkk, salju tipis pertama tahun ini mulai turun - pertanda musim dingin yang luar biasa dingin.
Kaki sudah menginjak salju tipis yang berderak. Sudah dua tahun tidak kembali ke Skambray, perasaan rindu yang lama terpendam tiba-tiba muncul.
Di luar Gerbang Selatan Skambray, antrean panjang berderet.
Chi Aotian mengerutkan kening. Ibukota yang luas ini jarang terlihat di dunia, memiliki 16 gerbang kota. Menurut peraturan ibukota, gerbang biasanya dibuka pukul 06.00 pagi dan ditutup pukul 23.00 malam. Namun Gerbang Selatan utama yang terhubung dengan Jalan Raya wilayah selatan kekaisaran tetap terbuka sepanjang malam. Dalam ingatan Chi Aotian, belum pernah ada antrean sepanjang ini di depan ibukota.
Meskipun Chi Aotian selalu berusaha menyangkal, dalam segala hal Keluarga Chi adalah keturunan bangsawan kekaisaran. Hubungan antara Keluarga Chi dengan keluarga kerajaan sangat kompleks - banyak putri bangsawan kekaisaran yang akhirnya menikah dengan anggota Keluarga Chi, demikian pula beberapa kaisar di masa lalu pernah memperistri wanita cantik dari keluarga ini. Ibu dari Kaisar Hongshi sendiri adalah saudari kakek kandung Chi Aotian. Melihat "depan rumah sendiri" sedemikian kacau, Chi Aotian bahkan sedikit menyalahkan pamannya.
Antrean berkelok-kelok terbagi menjadi tiga jalur: jalur terpanjang berisi rakyat biasa dan pedagang, jalur tengah mengejutkan karena diisi berbagai tentara bayaran, sedangkan jalur terpendek berisi belasan prajurit pengantar laporan situasi militer. Da Qing Shan menarik lengan Chi Aotian dan mengantre di barisan tentara bayaran. Para pejalan kaki terus berdatangan dari penginapan kecil dan kedai minuman di luar Gerbang Selatan, menambah panjang antrean. Pergerakan antrean sangat lambat, banyak yang sambil menepuk-nepuk butiran salju kecil di pakaian mereka, menggerutu pelan.
“Perang belum mulai, mengapa sudah panik seperti ini?”
“Ah, Baginda Raja yang masih muda ini belum banyak pengalaman perang, tidak seperti zaman almarhum Baginda Raja dulu. Wajar jika agak gugup.”
“Pelankan suara. Ngomong-ngomong... kabarnya bahkan Jenderal Wilayah Pertahanan Ibu Kota kabur? Musuh baru masuk wilayah, Earl itu langsung lari ke Federasi Utara. Jika sampai menyerbu ke depan pintu rumah, bukankah semua akan menyerah?”
……
Ketiga orang Chi Aotian saling pandang. Chi Hanfeng tidak ada di Ibukota? Pergi ke Federasi Utara?
Dalam sejarah setiap ras, pasti ada simbol-simbol yang layak dikenang lama, seperti pahlawan atau peristiwa sejarah tertentu. Semua yang patut dikenang ini punya satu ciri bersama: baik rakyat jelata maupun bangsawan kerajaan, begitu disebutkan akan membuat dada berdesir haru.
Jika mencari persimpangan tempat-tempat bersejarah yang dikenang manusia, ork, peri, kurcaci, bahkan suku jahat Pulau Iblis, jawabannya hanya satu - Perang Para Dewa.
Dalam Perang Para Dewa yang berlangsung 20 tahun, tiga faksi sembilan negara menjadi kekuatan utama. Setiap wilayah memunculkan bakat-bakat luar biasa. Sebut saja satu nama terkenal di era itu, meski bukan pahlawan paling termasyhur, sudah cukup membuat generasi berikutnya gemetar.
Cukup dengan mengambil contoh pertempuran skala menengah pada masa itu, perubahan taktik komandan di medan perang, keberanian prajurit, sinergi dan kelemahan antar-korps tempur... Semua ini sudah cukup menjadi bahan kajian para ahli strategi militer generasi berikutnya dalam waktu lama.
Tentu saja, ini semua belum cukup untuk dikenang oleh semua ras secara abadi.
Yang membedakan dari era besar mana pun dalam sejarah, dalam Perang Para Dewa terdapat jenius strategi yang langka muncul seribu tahun sekali, ahli sihir yang tak tertandingi, master ilmu pedang yang menggemparkan zaman. Namun satu hal yang tak ada sama sekali adalah pengecut - seolah ada kesepakatan tak tertulis yang langka, setiap orang di era itu berjuang demi idealisme masing-masing.
Waktu telah berlalu 1000 tahun, bahkan hingga hari ini kita tetap harus mengakui: Setiap individu dalam Perang Para Dewa adalah pahlawan yang hidup di bawah terang matahari.
——《Desahan Ribuan Tahun》
